Sukses

Wall Street Lanjutkan Koreksi Imbas Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga The Fed

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 tergelincir 0,8 persen ke posisi 3.757,99.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street membukukan koreksi dalam tiga hari berturut-turut pada perdagangan Kamis, 22 September. Tekanan terhadap wall street seiring meningkatnya kekhawatiran kenaikan suku bunga agresif oleh bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed)  akan mendorong ekonomi ke dalam resesi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 tergelincir 0,8 persen ke posisi 3.757,99. Indeks Nasdaq susut 1,4 persen menjadi 11.066,81. Indeks Dow Jones merosot 107,10 poin atau 0,3 persen ke posisi 30.076,68.

Pada perdagangan Kamis pekan ini, indeks acuan yang koreksi mendorong penurunan mingguan. Indeks Dow Jones turun sekitar 2,42 persen hingga kini. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 3 persen dan 3,3 persen.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi melonjak pada perdagangan Kamis pekan ini. Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun dan dua tahun mencetak posisi tertinggi. Imbal hasil tersebut mencapai level tertingg masing-masing sejak Februari 2011 dan Oktober 2007.

Pergerakan pada perdagangan Kamis pekan ini juga terjadi setelah bank sentral AS mempertahankan sikap agresifnya pada Rabu pekan ini.

The Fed menerapkan kenaikan suku bunga acuan 75 basis poin dan prediksi membawa suku bunga 4,4 persen pada akhir 2022. Bank sentral lainnya di seluruh dunia juga mengikuti langkah the Fed menerapkan kenaikan suku bunga meski ada dampak potensial bagi ekonomi.

 

Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.

 

2 dari 4 halaman

Gerak Saham di Wall Street

Saham teknologi dan semikonduktor yang berorientasi pada pertumbuhan cenderung tertekan pada Kamis pekan ini. Hal itu seiring kekhawatiran perlambatan pertumbuhan ekonomi. Sektor saham industri dan konsumsi mencatat kinerja buruk di sektor S&P 500. Sektor saham industri dan konsumsi masing-masing merosot 1,7 persen dan 2,2 persen.

“The Fed membuka jalan jalan bagi bank sentral di dunia lainnya untuk menaikkan suku bunga, dan itu akan menyebabkan resesi global, dan seberapa parah itu akan ditentukan pada berapa lama inflasi turun,” ujar Analis Oanda, Ed Moya seperti dikutip dari CNBC, Jumat (23/9/2022).

Sementara itu, saham defensif lainnya membukukan kinerja lebih baik yang didukung saham produsen obat dan bahan pokok konsumen. Saham Eli Lily naik 4,9 persen setelah UBS menaikkan rekomendasi peringkat saham.

3 dari 4 halaman

Saham Maskapai Terpukul

Saham Caesars Entertainment merosot 9,4 persen dan catat kinerja terburuk pada sektor ini. Saham perjalanan termasuk grup Expedia dan MGM Resorts masing-masing turun 7,1 persen dan 6,6 persen. Saham Wynn Resorts dan Marriott International masing-masing turun lebih dari 5 persen.

Saham maskapai juga menerima pukulan dengan saham United, American Airlines dan Delta masing-masing turun 4 persen. Sedangkan saham FedEx naik 2,8 persen pada perdagangan Kamis sore. Perseroan juga akan melakukan pembelian kembali saham USD 1,5 miliar selama tahun fiskal dan menaikkan harga untuk pelanggan pada 2 Januari 2023. Sementara itu, saham Novavax turun 13,9 persen setelah JPMorgan turunkan peringkat Novavax dan memangkas target harganya.

 

4 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 21 September 2022

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Rabu, 21 September 2022 di tengah perdagangan yang bergejolak.

Wall street merosot setelah the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga 75 basis poin dan memperkirakan kenaikan suku bunga yang lebih besar ke depan dalam perjuangannya untuk meredam inflasi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones turun 522,45 poin atau 1,7 persen ke posisi 30.183,78. Indeks S&P 500 tergelincir 1,71 persen ke posisi 3.789,93. Indeks Nasdaq merosot 1,79 persen ke posisi 11.220,19.

Dengan indeks S&P 500 yang melemah pada penutupan perdagangan Rabu pekan ini sehingga membuat indeks acuan itu turun lebih dari 10 persen dalam sebulan terakhir. Selain itu, indeks itu turun 21 persen dari level tertinggi dalam 52 minggu. Bahkan sebelum keputusan suku bunga, harga saham di tengah kebijakan agresif the Federal Reserve yang dapat mengarahkan ekonomi ke dalam resesi.

Saham bergejolak seiring pelaku pasar menguraikan keputusan suku bunga dan komentar terbaru dari pimpinan bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell. Pada level tertingginya, indeks Dow Jones naik lebih dari 314 poin.

Adapun the Fed menaikkan suku bunga acuan 75 basis poin yang diperkirakan lebih luas. The Fed juga perkirakan apa yang disebut terminal rate mencapai 4,6 persen untuk melawan inflasi AS yang terus tinggi. Itulah tingkat suku bunga ketika bank sentral akan akhiri pengetatannya.