Sukses

IHSG Merosot 1,2 Persen pada Sesi I, Ini Kata Analis

Pada penutupan perdagangan sesi pertama, Senin, 26 September 2022, IHSG merosot 1,22 persen ke posisi 7.090,99.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertahan di zona merah hingga penutupan perdagangan sesi pertama, Senin pagi (26/9/2022). Seluruh sektor saham tertekan hingga sesi pertama, dan sektor saham energi pimpin koreksi.

Pada penutupan perdagangan sesi pertama, IHSG merosot 1,22 persen ke posisi 7.090,99. Indeks LQ45 susut 1,16 persen ke posisi 1.013,73. Seluruh indeks acuan kompak tertekan. Pada sesi pertama, IHSG berada di level tertinggi 7.178,50 dan terendah 7.039,24. Sebanyak 430 saham melemah sehingga menekan IHSG. 137 saham menguat dan 125 saham diam di tempat.

Total frekuensi perdagangan 887.446 kali dengan volume perdagangan 16,3 miliar saham. Nilai transaksi harian Rp 8,3 triliun. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 14.974.

Seluruh sektor saham tertekan. Indeks sektor saham energi IDXenergy memimpin koreksi dengan turun 3,88 persen.  Indeks sektor saham IDXindustry susut 2,77 persen, indeks sektor saham IDXtechno tergelincir 2,11 persen, indeks sektor saham IDXbasic susut 1,51 persen, indeks sektor saham IDXinfrastruktur merosot 1,1 persen, indeks  sektor saham IDXnonsiklikal melemah 0,96 persen.

Selanjutnya indeks sektor saham IDXsiklikal tergelincir 0,80 persen, indeks sektor saham IDXproperty susut 0,77 persen, indeks sektor saham IDXfinance melemah 0,37 persen.

2 dari 4 halaman

Top Gainers-Losers pada Senin 26 September 2022

Saham-saham top gainers antara lain:

-Saham PCAR melonjak 24,17 persen

-Saham SRAJ melonjak 23,70 persen

-Saham PICO melonjak 22,95 persen

-Saham KJEN melonjak 18,48 persen

Saham-saham yang masuk top losers antara lain:

-Saham LEAD melemah 7 persen

-Saham SMDM melemah 6,97 persen

-Saham SMMT melemah 6,94 persen

-Saham PANI melemah 6,91 persen

-Saham PGLI melemah 6,90 persen

Saham-saham teraktif berdasarkan nilai antara lain:

-Saham BBRI senilai Rp 492,2 miliar

-Saham BBCA senilai Rp 450,8 miliar

-Saham ADRO senilai Rp 349,2 miliar

-Saham BUMI senilai Rp 305,7 miliar

-Saham BMRI senilai Rp 227,7 miliar

Saham-saham teraktif berdasarkan frekuensi antara lain:

-Saham AMMS tercatat 18.814 kali

-Saham BBRI tercatat 17.163 kali

-Saham ADMR tercatat 16.018 kali

-Saham KJEN tercatat 15.739 kali

-Saham BBCA tercatat 15.012 kali

 

3 dari 4 halaman

Kata Analis

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok pada perdagangan saham Senin (26/9/2022). Analis menilai hal tersebut karena masih ada kekhawatiran mengenai kenaikan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) serta resesi ekonomi global.

Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis menuturkan, masih adanya kekhawatiran kenaikan suku bunga the Fed serta resesi ekonomi global yang menyebabkan IHSG mengalami penurunan.

"Masih adanya kekhawatiran kenaikan suku bunga The Fed serta  resesi ekonomi global menjadi penyebab penurunan pada IHSG. Selain itu kenaikan yang sudah cukup tinggi juga menyebabkan adanya aksi taking profit dari investor," kata Abdul saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 26 September 2022.

Kemudian, Abdul menyebutkan, pergerakan IHSG pada sesi dua masih berpotensi tertekan. "Pada sesi dua pergerakan IHSG masih berpotensi tertekan," kata dia.

 

Abdul juga menjelaskan, koreksi IHSG ini sangat wajar karena kenaikan IHSG sudah cukup tinggi.

"Koreksi IHSG sangat wajar karena kenaikan IHSG sudah cukup tinggi, hal ini rawan akan adanya aksi taking profit dari investor," ujar dia.

Sejalan dengan Abdul, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta juga mengatakan hal yang sama. Penurunan IHSG ini disebabkan karena kebijakan the Fed yang memungkinkan mendorong ekonomi ke dalam resesi.

"Pelemahan IHSG pada hari ini disebabkan karena para pelaku pasar memfaktorkan kemungkinan aggressive tightening monetary policy The Fed mendorong ekonomi ke dalam resesi," kata Nafan.

Dia juga mengatakan, penurunan IHSG ini masih terbilang wajar.

4 dari 4 halaman

Prediksi Sesi II

Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei menuturkan, turunnya IHSG pada pagi ini mengikuti pelemahan bursa Asia dan global. 

"Sentimen negatif yang mempengaruhi kekhawatiran investor masih dari kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global karena inflasi yang masih tinggi, disusul keputusan bank sentral di berbagai negara untuk menaikkan suku bunga acuan, dan kenaikan nilai dolar AS atau USD,” kata Jono saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 26 September 2022.

Jono menjelaskan, dengan beredarnya kabar kurang baik bahwa pemerintah China sedang mengalami kudeta, walaupun tidak dapat dipastikan kebenarannya tetapi menambah sentimen negatif karena China merupakan mitra dagang strategis bagi berbagai negara, termasuk Indonesia.

Kemudian, untuk sesi dua bisa melihat rilis data investasi asing di Indonesia kuartal III. 

"Untuk sesi dua nanti kita bisa melihat dulu rilis data investasi asing di Indonesia (Foreign Direct Investment) kuartal III. Selain itu, melihat harga batubara dan minyak yang saat ini melemah, dapat membatasi kekhawatiran para pelaku pasar karena  ekspektasi inflasi dapat lebih terbatas, sehingga potensi pelemahan IHSG juga dapat lebih terbatas,” kata dia. 

Lalu, untuk koreksi yang terjadi pada IHSG masih terbilang wajar dan pada bulan ini kerap kali terjadi koreksi IHSG.

"Koreksi yang terjadi pada IHSG masih terbilang wajar karena memang dalam dua bulan terakhir IHSG telah reli menuju level all time high, dan secara historikal pada  September banyak terjadi koreksi pada IHSG, ditambah dengan berbagai sentimen negatif yang sedang terjadi akhir-akhir ini,” ujar dia.

Sementara itu, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya mengungkapkan, para pelaku pasar bersikap menghindari risiko dan menantikan kebijakan the Fed.

"Pelaku pasar bersikap risk off karena menantikan petunjuk lebih lanjut terkait kebijakan moneter bank sentral AS. Berdasarkan jadwal, esok dan Selasa ada pidato Gubernur the Fed yaitu Jerome Powell,” ujar Cheryl.

Tak hanya itu, Cheryl menyebutkan, pelaku pasar akan mencermati berapa besaran kenaikan suku bunga acuan pada November. Selain tentang suku bunga, Powell juga akan memberikan pandangannya terkait prospek ekonomi ke depannya.

Sejalan dengan Jono, Cheryl mengatakan, koreksi IHSG terbilang wajar karena pekan lalu mengalami all time high. Untuk sesi dua, Cheryl memprediksi IHSG masih melanjutkan koreksinya. 

“Koreksinya masih wajar mengingat IHSG jg pekan lalu baru  all time high.  Sesi dua diperkirakan masih lanjut koreksi namun tidak sebesar sesi satu koreksinya, support dekat 7.020-6.990,” pungkasnya.