Liputan6.com, Jakarta - PT Blue Bird Tbk (BIRD) menggandeng mitra KLHK, PT Mountrash Avatar Indonesia (Mountrash) penyedia platform pengelolaan sampah untuk menciptakan lingkungan hidup yang sehat, bersih dan nyaman, serta berpartisipasi dalam mengurangi timbunan sampah nasional.
Kerja sama ini dilakukan melalui program implementasi dropbox sampah digital di lima pool Blue Bird (pool Mampang, pool Ciputat, pool Kelapa Gading, pool Daan Mogot, Pool Kalibata) yang ditujukan bagi para pengemudi dan karyawan dan diharapkan cakupannya akan diperluas ke seluruh pool Bluebird.
Baca Juga
Hal ini menunjukan komitmen Blue Bird, sebagai salah satu perusahaan jasa transportasi terbesar di Indonesia, untuk melestarikan alam dan lingkungan, melalui pengelolaan sampah berkelanjutan.
Advertisement
Direktur Utama PT Blue Bird Tbk, Sigit Djokosoetono menyatakan, inisiasi pengelolaan sampah ini pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi dampak sampah terhadap lingkungan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup manusia.
Langkah tersebut menunjukan kontribusinya terhadap pencapaian Kebijakan Strategi Nasional (Jakstranas) Pengelolaan Sampah. Indonesia menargetkan reduksi sampah hingga 30 persen atau sebanyak 20,9 juta ton dengan tingkat pengelolaan sampah sebesar 70 persen atau sebesar 70,8 juta ton pada 2025.
"Melalui kerjasama ini bisa mendapatkan nilai tambah untuk mendapat pendapatan bagi diri kita dan lingkungan,” kata Sigit dalam kegiatan peluncuran kerja sama Bluebird x Mountrash, Rabu (28/9/2022).
Sigit menjelaskan, melalui kemitraan-kemitraan dengan berbagai pihak lain, Blue Bird sejak 2015, melalui Pool Bali, telah mulai berupaya menurunkan produksi sampah plastik dalam wilayah operasionalnya.
Pengelolaan Sampah
Hal ini dilaksanakan dengan pengurangan pemakaian 3.575 botol plastik per hari atau 1,2 juta per tahun.
"Di pool Bali, kami telah melakukan substitusi dan pengelolaan sampah, sehingga dapat menghemat biaya pengelolaan sampah hingga 60 persen. Langkah-langkah pengelolaan sampah ini sejalan dengan Visi Keberlanjutan Bluebird untuk mengurangi dampak emisi karbon dan buangan operasional sebanyak 50% pada 2030 melalui tiga pilar keberlanjutan Bluebird, yaitu BlueSky, BlueLife, dan BlueCorp," kata Sigit.
Sejalan dengan visi keberlanjutan ini, Bluebird telah turut mengambil bagian dan akan terus mendukung agenda keberlanjutan Pemerintah, demi terciptanya masyarakat yang madani, sejahtera, dan bahagia, serta berkelanjutan.
Kemudian, beberapa di antaranya adalah dengan melakukan transisi ke kendaraan listrik dan armada berbahan bakar CNG, menerapkan sistem 3R (reduce, reuse, recycle) untuk pengelolaan sampah, mengurangi polusi lingkungan terutama udara, serta perencanaan untuk melakukan instalasi solar panel di kantor pusat Perseroan dalam rangka menghemat energi hingga 150 ribu KWH.
Advertisement
Kolaborasi
Selain itu, Sigit menyatakan, kolaborasi dengan Mountrash merupakan wujud sikap yang bertanggung jawab atas semua sampah yang dihasilkan.
"Selain itu, Mountrash juga membantu menciptakan ekonomi sirkular dan melahirkan generasi sadar sampah. “Kegiatan ini merupakan aktivitas ekonomi yang sejalan dengan prinsip ekologi dan anjuran kebijakan yang berlaku dan merupakan langkah yang sangat penting bagi Perseroan,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Pengurangan sampah KLHK Shinta Saptarina Soemiarno mengatakan, diperlukan pendekatan yang berbeda untuk dapat mengubah perilaku masyarakat. Salah satunya adalah menciptakan sebuah sistem yang dapat mengangkut sampah dalam skala besar, di mana teknologi digital menjadi kunci utamanya.
“Selain mengurangi sampah plastik, aplikasi pengelolaan sampah juga menawarkan keuntungan dan peluang pendapatan bahkan lapangan pekerjaan. Karenanya kami menyambut baik kolaborasi antara pelaku industri transportasi seperti Bluebird dan penyedia solusi pengelolaan sampah digital seperti Mountrash,” kata Shinta dalam keterangan resminya.
Seperti diketahui, Mountrash merupakan salah satu aplikasi pengelolaan sampah, sistem pengelolaan sampah mandiri yang dapat mengumpulkan sampah plastik dengan cepat, bersih, dan langsung dari sumbernya. Aplikasi ini menawarkan layanan sistem pengelolaan sampah digital yang bisa dioperasikan secara mandiri dan dikelola secara transparan, bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Pendekatan Atasi Masalah Sampah
Saat ini, pelayanan Mountrash terdapat di wilayah Jabodetabek, dan telah dapat digunakan di wilayah di luar Pulau Jawa seperti Kalimantan, Sulawesi hingga ke Nusa Tenggara Barat (NTB) dengan animo yang sangat baik.
Direktur Utama PT Mountrash Avatar Indonesia, Gideon W. Ketaren mengungkapkan, persoalan sampah secara nasional harus diselesaikan dengan pendekatan yang implementatif agar berbagai komitmen dan regulasi yang dikeluarkan Pemerintah dapat memberikan solusi yang berdampak.
Untuk mengatasi isu sampah, dibutuhkan kesadaran dan komitmen menyeluruh, untuk bisa mencapai hasil yang kita semua idamkan, Indonesia yang bersih dan sehat.
"Mountrash hadir menjawab kebuntuan dari berbagai persoalan sampah. Saat ini kami fokus di sampah plastik dan kedepannya akan dikembangkan untuk semua jenis sampah. Saat ini Mountrash telah mengolah ratusan ton jenis sampah, termasuk 242 ton sampah plastik dari total 14,5 juta botol plastik yang digunakan atau bekas dikonsumsi oleh sekian juta masyarakat Indonesia,” jelas Gideon.
Melalui Mountrash, lebih dari 14,5 juta ton plastik terselamatkan. Sampah plastik tersebut dikelola dengan baik sehingga tidak mencemari lingkungan. Hal tersebut tidak terlepas dari 70 ribu pengguna Mountrash yang mulai sadar akan dampak buruk dari sampah. Mereka merupakan nasabah dan pengelola dropbox sampah digital.
Advertisement