Liputan6.com, Jakarta - PT Bank BTPN Tbk (BTPN) berkomitmen untuk memenuhi aturan rasio batas minimum saham yang beredar di publik atau free float. Saat ini mayoritas saham BTPN atau sebesar 92,43 persen atau sebanyak 7.532.311.297 lembar saham dimiliki oleh Sumitomo Mitsui Banking Corporation.
Mengutip laman Bursa Efek Indonesia (BEI), jumlah saham perseroan yang beredar di publik saat ini sebesar 5,27 persen atau setara 429.273.229 lembar. sehingga BTPN masih butuh melepas lebih banyak saham untuk memenuhi ketentuan bursa mengenai saham beredar sebesar 7,5 persen.
Baca Juga
"Dengan diterbitkannya ketentuan Bursa Efek terbaru mengenai saham free float, Bank BTPN memang masih perlu untuk mengalihkan setidaknya 2,3 persen saham kepada publik,” kata Dini dalam paparan publik perseroan, Kamis (29/9/2022).
Advertisement
Terkait dengan aturan free float 7,5 persen, BTPN saat ini sudah dan tengah melakukan pengalihan saham treasuri yang berasal dari saham-saham hasil pembelian kembali saham (buyback).
"Kami akan berusaha terus untuk memenuhi minimal saham free float tersebut sampai dengan Desember tahun depan,” imbuh Dini.
Pada perdagangan Kamis, 29 September 2022, BTPN ditutup minus 10 poin atau 0,4 persen ke posisi 2.460. Saham BTPN dibuka pada posisi 2.470 dan bergerak pada rentang 2.450—2.470. Secara tahunan (year to date/ytd), saham BTPN turun 210 poin atau 7,87 persen.
Kinerja Semester I 2022
Sebelumnya, PT Bank BTPN Tbk (BTPN) mencatatkan kinerja yang solid pada semester I 2022, antara lain karena upaya terus menerus dari berbagai pihak untuk memulihkan perekonomian.
Pencapaian ini sejalan dengan laporan Indonesia Economic Prospect yang diterbitkan oleh Bank Dunia pada Juni 2022. Laporan tersebut menyebutkan sejak pertumbuhan ekonomi perlahan berpindah sejak akhir 2021 dari ekspor dan konsumsi pemerintah ke konsumsi dan investasi swasta.
BTPN melaporkan pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kredit di industri perbankan. Seperti yang dilaporkan Bank Indonesia, rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan mencapai 9,03 persen secara tahunan per Mei 2022.
Permintaan kredit bertumbuh sesuai dengan momentum pertumbuhan yang optimis, hal ini terlihat dari segmen korporasi meningkat sebesar 22 persen secara tahunan dan adanya peningkatan pada kredit syariah sebesar 11 persen secara tahunan, sehingga total kredit yang disalurkan BTPN per akhir Juni 2022 meningkat 10 persen secara tahunan ke posisi Rp149,26 triliun.
Tak hanya itu, BTPN juga mencatatkan peningkatan aset 11 persen secara tahunan, dari Rp175,93 triliun menjadi Rp195,47 triliun pada kuartal II 2022.
“Bank BTPN berhasil menunjukkan kinerja baik sepanjang semester I tahun ini. Pencapaian ini merupakan hasil dari strategi kami yang senantiasa mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit sekaligus memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi nasional,” kata Plt Direktur Utama Bank BTPN, Kaoru Furuya, dalam keterangan resminya, Selasa (2/8/2022).
Bahkan, BTPN mampu menjaga kualitas kredit tetap baik, seperti tercermin dari rasio gross Non-Performing Loan (NPL) yang berada di level 1,35 persen, menurun jika dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 1,46 persen dan masih relatif rendah dibanding rata-rata industri yang tercatat sebesar 3,04 persen pada akhir Mei 2022.
Advertisement
DPK dan Laba
Sementara itu, BTPN mengoptimalkan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) melalui penyesuaian dengan kebutuhan pendanaan kredit dan kebutuhan likuiditas bank, sehingga DPK BTPN tercatat meningkat sebesar 7 persen secara tahunan dari Rp96,64 triliun pada akhir Juni 2021 menjadi Rp103,17 triliun pada akhir Juni 2022.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya saldo Current Account Saving Account (CASA) sebesar 38 persen secara tahunan dari Rp28,28 triliun menjadi Rp38,93 triliun, sehingga rasio CASA meningkat dari 29,3 persen menjadi 37,7 persen, sementara time deposit mengalami penurunan sebesar 6 persen secara tahunan menjadi Rp64,24 triliun.
Upaya menghimpun dana pihak ketiga dilakukan sejalan dengan upaya menekan biaya dana seiring dengan suku bunga acuan Bank Indonesia yang masih rendah, cost of fund (Rupiah) turun dari 3,6 persen menjadi 2,9 persen.
Laba bersih setelah pajak BTPN (konsolidasi) yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk per akhir kuartal II 2022 tercatat Rp1,67 triliun, naik 2 persen secara tahunan dari Rp1,64 triliun.
Hal ini disebabkan oleh penurunan beban bunga sebesar 9 persen secara tahunan serta peningkatan pendapatan operasional lainnya sebesar 5 persen secara tahunan, meskipun biaya operasional sedikit meningkat sebesar 2 persen secara tahunan dari Rp3,44 triliun ke Rp3,50 triliun.
Selanjutnya
Melalui visinya untuk menjadi bank pilihan utama di Indonesia, yang dapat memberikan perubahan berarti dalam kehidupan jutaan orang, terutama dengan dukungan teknologi digital, Bank BTPN terus mengembangkan Jenius, pionir digital banking di Indonesia guna melayani segmen nasabah yang lebih luas.
Jenius melaporkan pertumbuhan registered user sebesar 19 persen secara tahunan, dari 3.345.061 per Juni 2021 menjadi 3.995.013 di periode yang sama tahun ini.
Funding balance/DPK yang dikelola Jenius juga menunjukkan kenaikan sebesar 12 persen secara tahunan menjadi 17,3 triliun dari 15,4 triliun di akhir Juni 2022. Flexi cash/Total Disbursement Credit yang disalurkan mencapai 602 miliar atau naik 148 persen secara tahunan dari 243 miliar.
"Kami berkomitmen untuk menjaga performa ini agar senantiasa menyediakan layanan perbankan terbaik guna memenuhi kebutuhan finansial nasabah berbagai segmen sehingga bisa mewujudkan hidup yang lebih berarti, termasuk melalui inovasi teknologi,” ujar Furuya.
Advertisement