Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagagan saham Jumat (29/9/2022), menyusul aksi jual lainnya di wall street. Jelang akhir pekan ini, data aktivitas pabrik China akan dirilis.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 tergelincir 1 persen, dan indeks Topix turun 0,66 persen. Indeks S&P/ASX 200 Australia kehilangan 0,11 persen. Indeks Kospi di Korea Selatan turun 0,69 persen dan indeks Kosdaq turun 1,39 persen. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,22 persen.
Baca Juga
Bursa saham Amerka Serikat (AS) jatuh pada perdagangan sesi Kamis, dengan indeks S&P 500 mencapai level terendah baru untuk tahun ini dan juga mencapai penutupan terendah baru. Indeks turun 2,1 persen untuk mengakhiri sesi di 3.640,47.
Advertisement
Sementara itu,indeks Dow Jones Industrial Average merosot 458,13 poin atau 1,54 persen menjadi 29.225,61. Indeks Nasdaq Composite kehilangan 2,84 persen menjadi 10.737,51.
"Risiko geopolitik dan inflasi tidak mereda, dan aset berisiko mengambil tekanan karena ekspektasi pertumbuhan yang lebih rendah dan biaya pendanaan yang lebih tinggi terus meresap," tulis analis ANZ Research dalam catatan, dikutip dari CNBC, Jumat, 29 September 2022.
Produksi industri di Jepang tumbuh 2,7 persen pada Agustus dari Juli, menurut data resmi, menandai pertumbuhan bulan ketiga berturut-turut. Angka itu mengalahkan ekspektasi kenaikan 0,2 persen dalam survei Reuters.
Penjualan ritel juga melonjak 4,1 persen pada Agustus dibandingkan dengan tahun lalu, mengalahkan perkiraan Reuters dari kenaikan 2,8 persen.
Bank sentral AS atau the Fed mengumumkan kenaikan 75 basis poin lagi awal bulan ini, membawa suku bunga dana federal hingga kisaran 3 persen hingga 3,25 persen. Bank sentral juga mengisyaratkan akan menaikkan suku bunga hingga setinggi 4,6 persen pada 2023 untuk mengendalikan inflasi.
Tanggapan The Fed
Ed Yardeni selaku ekonom yang menciptakan istilah penjaga obligasi, memberikan pendapatnya ketika respons the Fed terhadap inflasi berada di bawah pengawasan ketat.
Presiden Federal Reserve Cleveland Loretta Mester mengatakan, suku bunga belum membatasi, dan masih banyak yang harus dilakukan untuk menurunkan inflasi.
"Inflasi masih pada level tertinggi 40 tahun. Jadi saat ini pembicaraan harus kita lakukan, apa yang harus kita lakukan untuk kembali ke stabilitas harga, karena kita tidak dapat memiliki ekonomi yang sehat, kita tidak dapat memiliki pasar tenaga kerja yang baik dari waktu ke waktu, kecuali kita kembali untuk stabilitas harga,” kata Mester.
Mester mengatakan, dia mungkin sedikit di atas jalur rata-rata di antara pejabat the Fed dalam hal menaikkan suku bunga, mengutip persistensi inflasi.
"Kami bahkan masih belum membatasi tingkat dana, jadi Anda benar, kami telah menaikkan suku bunga dana 300 basis poin tahun ini, tetapi lihat seberapa tinggi inflasi,” kata Mester.
Advertisement
Penutupan Wall Street pada 29 September 2022
Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street kembali melanjutkan aksi jual pada perdagangan Kamis, 29 September 2022. Aksi jual tersebut mendorong indeks S&P 500 ke level terendah baru pada 2022 karena kekhawatiran resesi tidak aka hentikan bank sentral AS atau the Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan.
Aksi jual saham dipimpin oleh Apple. Hal ini terjadi setelah bank investasi besar menurunkan peringkat Apple. Saham Apple turun 4,9 persen.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 turun 2,1 persen ke posisi 3.640,47 dan mencatat penutupan terendah baru pada 2022. Selama sesi perdagangan, indeks S&P 500 jatuh ke level terendah intraday 2022 di 3.610,40. Ini merupakan level terendah intraday sejak 2020.
Sementara itu, indeks Dow Jones anjlok 458,13 poin atau 1,54 persen ke posisi 29.225,61. Indeks Nasdaq tersungkur 2,84 persen ke posisi 10.737,51.
Pergerakan wall street terjadi setelah sempat reli pada perdagangan Rabu, 28 September 2022 seiring Bank of England mengatakan akan membeli obligasi dalam upaya untuk membantu menstabilkan pasar keuangannya dan pound Inggris melemah. Sterling telah tersungkur ke rekor terendah terhadap dolar AS dalam beberapa hari terakhir.
Pada perdagangan Rabu, 28 September 2022, indeks Dow Jones naik lebih dari 500 poin atau 1,9 persen. Sedangkan indeks S&P 500 naik hampir dua persen. Dua indeks acuan tersebut menghentikan koreksi beruntun dalam enam hari.
“Kami tetap skeptis kalau suasana yang lebih tenang di pasar pada Rabu menandai berakhirnya periode baru-baru ini dari peningkatan volatilitas,” tulis Mark Haefele dari UBS seperti dikutip dari CNBC, Jumat, 30 September 2022.
Ia menambahkan, untuk reli yang lebih berkelanjutan, investor perlu melihat bukti meyakinkan inflasi terkendali, memungkinkan bank sentral menjadi kurang hawkish.
Imbal Hasil Obligasi AS
Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik ke atas 3,7 persen. Sebelumnya, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun membukukan penurunan satu hari terbesar sejak 2020 setelah melampaui 4 persen.
Laporan klaim pengangguran yang lebih kuat dari perkiraan tidak membantu sentimen. Ini dibangun di atas gagasan the Federal Reserve akan terus menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi tanpa khawatir hal itu dapat merugikan pasar tenaga kerja.
Presiden Federal Reserve Cleveland Loretta Mester mengatakan kalau suku bunga belum membatasi. Ia menuturkan, masih banyak yang harus dilakukan untuk menurunkan inflasi.
Rata-rata indeks acuan berada pada posisi mingguan yang lesu dan penurunan tajam dalam satu bulan. Indeks Nasdaq memimpin penurunan bulan dengan susut 9,1 persen. Sementara itu, indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing susut 7,3 persen dan 7,9 persen.
Sementara itu, dengan hanya satu hari perdagangan tersisa pada kuartal III 2022, indeks S&P 500 berada di jalur penurunan kuartal III berturut-turut untuk pertama kalinya sejak kuartal I 2009 di tengah krisis keuangan global. Hal yang sama berlaku untuk indeks Russell 2000 untuk saham kapitalisasi kecil dan indeks Russell 1000 untuk saham bertumbuh dan bernilai.
Indeks Nasdaq 100 siap untuk kinerja lebih buruk. Penurunan kuartalan ketiga berturut-turut akan menjadi yang terburuk sejak kuartal III 2022. Hal berlawanan terjadi di indeks dolar AS yang menguat.
September secara historis merupakan bulan terburuk bagi indeks S&P 500 sejak 1950. Ini adalah bulan terburuk bagi S&P 500 sejak 1950 dengan rata-rata koreksi 0,5 persen. Adapun sekitar 88 saham di indeks S&P 500 berada di level terendah dalam 52 minggu pada pertengahan hari.
Ketahanan laba sepanjang musim laporan kuartal III akan membantu mendorong saham mengaut pada akhir 2022, menurut Citi. “Kami bersiap untuk reli, sebut saja reli bantuan di beberapa titik selama kuartal IV 2022,” ujar Analis Citi Scott Chronert kepada CNCB.
Ia menuturkan, ada kemungkinan pergeseran persepsi seputar kenaikan suku bunga bank sentral AS yang dapat membantu memciu reli. Chronert menargetkan indeks S&P 500 berada di posisi 4.200 pada akhir 2022.
Advertisement