Sukses

Persiapan Emiten Ritel Hadapi Kuartal IV 2022

Sejumlah emiten ritel bersiap hadapi kuartal IV 2022 di tengah kenaikan harga BBM dan momen libur Natal dan Tahun Baru.

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten ritel telah antisipasi kuartal IV 2022 seiring ada momen Natal dan Tahun Baru. Salah satunya PT Mega Perintis Tbk (ZONE) menyampaikan terkait persiapan hadapi kuartal IV 2022.

Chief Financial Officer Mega Perintis, Luki Rusli mengatakan, pihaknya akan mendorong peningkatan penjualan ZONE baik secara online maupun offline. 

"Kami akan terus membuka gerai baru yang menghadirkan konsep baru penjualan Salezone," kata Luki kepada Liputan6.com, Jumat (30/9/2022).

Luki menjelaskan, konsep baru penjualan ini memadukan gerai lifestyle sport wear discounted store dengan target pasar di luar pusat perbelanjaan umumnya, seperti tempat transit atau rest area jalan tol dan toko yang berdiri sendiri. 

"Sampai dengan akhir September ini, Perseroan telah membuka 29 gerai baru penjualan offline, dari total target untuk membuka 40 gerai baru untuk  penjualan offline pada 2022," kata dia.

Luki menuturkan, tantangan yang dihadapi Perseroan, salah satunya perlambatan ekonomi akibat kenaikan kenaikan harga berbagai komoditas termasuk bahan bakar minyak atau  BBM yang mendorong kenaikan laju inflasi. 

“Secara umum tentu saja kenaikan harga BBM akan meningkatkan biaya untuk aktivitas usaha perseroan yang menggunakan BBM, yaitu urusan distribusi, transportasi, dan logistik. Di sisi permintaan, kenaikan harga BBM akan semakin mempertinggi laju inflasi, yang akan menekan daya beli masyarakat,” kata dia.

Luki menyebutkan, kenaikan laju inflasi dan kenaikan harga BBM akan memberi dampak ganda, yaitu di sisi produksi yang akan memperbesar biaya, sementara di sisi penjualan akan menekan daya beli masyarakat. 

“Namun demikian, sampai saat ini kami tetap optimis bahwa melalui berbagai kegiatan ekspansi pemasaran yang kami lakukan Perseroan dapat mencapai target penjualan naik 20 persen secara tahunan pada 2022 ini,” ujar dia.

 

 

2 dari 4 halaman

Strategi

Tak hanya itu, Mega Perintis juga telah menyiapkan strategi dalam meningkatkan, yakni dengan melakukan ekspansi. 

"Strategi utama kami untuk  meningkatkan kinerja dan laba adalah melakukan berbagai kegiatan ekspansi untuk  meningkatkan penjualan baik secara online maupun offline. Selain membuka gerai-gerai  baru, kami juga menyiapkan program digitalisasi, sehingga pada saatnya nanti ZONE  akan menjadi omni channel retail, yaitu usaha penjualan ritel melalui berbagai saluran  yang terintegrasi,” imbuhnya.

Persiapan Matahari Putra Prima

Sementara itu, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) telah melakukan persiapan hadapi kuartal IV 2022 seiring adanya momen Natal dan Tahun Baru.  

Director Corporate Secretary & Public Affairs MPPA Danny Kojongian mengungkapkan, pihaknya telah memulai untuk persiapan dengan para mitra kerja.

"Namun seperti yang kita ketahui bahwa untuk menyambut Natal dan Tahun Baru, Perusahaan telah memulai untuk persiapan dengan para mitra kerja,” kata Danny. 

3 dari 4 halaman

Harga BBM Naik, Pertumbuhan Ekonomi RI Tetap Tinggi

Sebelumnya, Pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2022 tetap kuat. Meskipun di pada September 2022 terjadi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) subsidi yang mengancam penurunan daya beli masyarakat.

"Ekonomi kuartal III ini kita pantau memang akan tumbuh menguat walau masih tinggi di tengah momentum pemulihan ekonomi dan harga komoditas masih volatile," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dalam Konferensi Pers APBN KiTA, Jakarta, Senin (26/9/2022).

Febrio mengatakan pertumbuhan ekonomi kuartal III tahun ini akan lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Sebab tahun 2021, pada periode yang sama tengah mengalami perlambatan akibat penyebaran varian delta.

"Perekonomian tahun 2021 lalu ada varian delta dan pertumbuhannya relatif rendah," kata dia.

Sehingga, kata dia meskipun terjadi kenaikan harga BBM di awal September, daya beli masyarakat tetap lebih tinggi dari tahun lalu. Hal inilah yang akan menopang pertumbuhan di awal semester II-2022.

"Ini jelas menunjukkan ke arah sana (ekonomi tumbuh positif)," kata dia.

Selain itu, pertumbuhan di kuartal III juga didorong kinerja ekspor yang terus mencatatkan peningkatan. Per Agustus lalu nilai ekspor Indonesia menjadi yang tertinggi dalam sejarah yakni USD 27,9 miliar. Angka ini mengalami kenaikan 30,15 persen (yoy) dan 35,422 persen.

"Kinerja ekspor mencapai rekor sejarh per Agustus 30 persen lebih baik secara tahunan maupun bulanan," kata dia mengakhiri.

Anisyah Al Faqir

4 dari 4 halaman

ADB Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 5,4 Persen pada 2022

Sebelumnya, Asian Development Bank (ADB) atau Bank Pembangunan Asia menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi 5,4 persen dari perkiraan sebelumnya pada Juli 2022 sebesar 5,2 persen.

“Pada Juli kami merevisi hingga 5,2 persen (dari prediksi pada April sebesar 5 persen). Kabar terbaru memacu kita menaikkan lagi proyeksi menjadi 5,4 persen untuk setahun penuh 2022,” kata Ekonom Senior ADB untuk Indonesia Henry Ma melansir Antara di Jakarta, Rabu (22/9/2022).

Henry menjelaskan keputusan ADB untuk menaikkan proyeksi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia ini dilakukan seiring momentum yang kuat di sisa tahun 2022.

Terlebih lagi, kondisi perekonomian Indonesia sudah cukup solid di sepanjang semester I 2022 dengan pertumbuhan sebesar 5,23 persen.

Ia menjelaskan beberapa aspek yang dipercaya masih akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di sisa tahun ini adalah konsumsi masyarakat, investasi, ekspor, hingga kunjungan wisatawan.

“Permintaan domestik akan tetap kuat sepanjang sisa tahun ini meskipun inflasi lebih tinggi. Demikian juga permintaan eksternal,” ujarnya.

Untuk investasi, Henry mengatakan memang tidak sekuat yang ADB kira akibat masih adanya ketidakpastian global, namun realisasinya juga tidak buruk sehingga masih mampu mendorong ekonomi.

Sementara untuk kedatangan wisatawan internasional ke Indonesia telah naik mencapai 173 persen pada Juni meskipun hal ini masih hanya 25 persen dari tingkat pra-pandemi.

Di sisi lain ia mengatakan belanja pemerintah kali ini tidak akan berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi mengingat Indonesia mulai berada dalam upaya konsolidasi fiskal yang berlanjut hingga tahun depan.

“Dengan semua asumsi yang agak konservatif itu, kami masih mengharapkan pertumbuhan sekitar 5,4 persen tahun ini,” tegas Henry.