Liputan6.com, Jakarta - PT Indika Energy Tbk (INDY) berkomitmen mencapai net zero emisi pada 2050. Bersamaan dengan itu, Indika Energy mencanangkan pendapatan dari non batu bara andil 50 persen pada 2025. Sehingga perseroan melakukan diversifikasi portofolio pada lini bisnis berkelanjutan.
Teranyar, PT Indika Energy Tbk (INDY) melalui anak usaha perseroan yaitu PT Mitra Motor Group (MMG) mendirikan perusahaan patungan bersama Foxteq Singapore Pte Ltd pada 22 September 2022. Perusahaan patungan itu bernama PT Foxconn Indika Motor (FIM).
Baca Juga
"Minggu lalu kami sudah umumkan bahwa kami membentuk JV dengan Foxconn untuk mkembangkan 4 wheelers, dalam hal ini lebih ke komersial namanya Foxconn Indika Motor. Kami berencana melakukan manufacturing, komersial EV maupun electric battery dan juga ada beberapa konsultasi servis,” kata Head of Investor Relations Indika Energy, Ricardo Silaen dalam webinar Indonesia Investment Education, Sabtu (1/10/2022).
Advertisement
Adapun komposisi pemegang saham FIM antara lain MMG sebesar 60 persen dan Foxconn sebesar 40 persen.
Selain itu, perseroan juga menginisiasi green business solar power dengan mendirikan PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS). Yakni usaha patungan yang diprakarsai Indika Energy dengan Fourth Partner Energy (4PEL), pengembang tenaga surya terkemuka di India. Perusahaan patungan ini fokus menyediakan platform solusi energi terbarukan satu atap untuk sektor komersial dan industri di Indonesia.
"Targetnya di 2025 kami bisa instal 500 MW. Saat ini kami punya 50 MW yang terinstal,” kata Ricardo.
Tambang Emas
Hutan Tanaman Industri (Indika Multi Properti)
Untuk mengurangi exposure dari bisnis batu bara, Indika juga memiliki Indika Multi Properti dengan empat konsesi hutan tanaman industri seluas lebih dari 170 ribu hektar di KAlimantan. Perusahaan ini, memiliki rencana untuk mengembangkan wood pellet untuk biomassa dan carbon offset.
“Target kita bisa produksi wood pallets itu sampai dengan 700 KTon, kemudian Carbon Offset 550-600 KTons CO2e,” papar Ricardo.
Tambang Emas (Nusantara Resources Ltd)
INDY memiliki investasi strategis di proyek emas Awak Mas yang berlokasi di Sulawesi Selatan. Tahap awal produksi direncanakan pada awal 2025. Proyek ini memiliki potensi sumber daya mencapai 2,29 juta ounce dan potensi cadangan 1,45 juta ounce dengan total area konsesi 14.390 hektare, area tereksplorasi 2.000 hektare. Status perkembangan proyek tersebut adalah FEED dan definitive feasibility study telah selesai sejak 2018.
"Saat ini kami sudah menyelesaikan Front End Engineering Design (FEED). Kemudian tahun depan kita harapkan sudah mulai lakukan kosnstruksi dan beroperasi di 2025 dengan output per tahun rata-rata 100 ribu ons,” ujar Ricardo.
Advertisement
Indika Energy Akuisisi Perusahaan Tambang Bauksit dan Smelter
Sebelumnya, PT Indika Energy Tbk (INDY) melalui anak usahanya PT Indika Mineral Investindo (IMI) telah menyelesaikan pengambilalihan 100 persen saham di PT Perkasa Investama Minteral (PIM) pada Senin, 26 September 2022.
Mengutip keterbukaan informasi BEI, ditulis Kamis (29/9/2022), PT Indika Energy Tbk melalui anak usahanya merogoh USD 5 juta atau setara Rp 74,89 miliar untuk akuisisi 100 persen saham PIM. PT Perkasa Investama Minteral ini memiliki kegiatan usaha untuk melakukan aktivitas konsultasi manajemen dan perdagangan besar logam dan bijih logam.
PIM memiliki dua anak perusahaan yaitu PT Mekko Metal Mining yang bergerak di bidang usaha pertambangan bijih bauksit dan PT Perkasa Alumina Indonesia yang bergerak di bidang usaha industri pembuatan logam dasar bukan besi atau smelter.
“Transaksi merupakan salah satu langkah perseroan secara grup untuk melakukan ekspansi usaha ke sektor non-batu bara khususnya mineral bauksit,” ujar dia.
Pada penutupan perdagangan sesi pertama, Kamis, 29 September 2022, saham INDY menguat 1,68 persen ke posisi Rp 3.030 per saham. Saham INDY naik 40 poin ke posisi Rp 3.020 per saham. Saham INDY berada di level tertinggi Rp 3.050 dan terendah Rp 2.980 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.781 kali dengan volume perdagangan 120.508 saham. Nilai transaksi Rp 36,4 miliar.
Indika Energy Gandeng Foxteq Singapore Bikin Mobil Listrik
Sebelumnya, PT Indika Energy Tbk (INDY) melalui anak usaha perseroan yaitu PT Mitra Motor Group (MMG) mendirikan perusahaan patungan bersama Foxteq Singapore Pte Ltd pada 22 September 2022. Perusahaan patungan itu bernama PT Foxconn Indika Motor (FIM).
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Jumat (23/9/2022), manajemen Indika Energy menyatakan FIM akan melakukan kegiatan manufaktur untuk kendaraan listrik komersial dan baterai elektrik, yang akan terefleksikan pada sejumlah kegiatan usaha.
Hal itu antara lain melakukan kegiatan manufaktur kendaraan bermotor roda empat atau lebih (KBLI 29101 dan KBLI 29300), melakukan kegiatan manufaktur batu baterai (KBLI 27201), dan memberikan jasa konsultasi manajemen (KBLI 70209).
Adapun komposisi pemegang saham FIM antara lain MMG sebesar 60 persen dan Foxconn sebesar 40 persen.
"Penyertaan saham MMG dalam FIM merupakan langkah perseroan secara grup untuk melakukan ekspansi usaha ke sektor kendaraan listrik, khususnya kendaraan listrik roda empat di Indonesia,” tulis Sekretaris Perusahaan PT Indika Energy Tbk, Adi Pramono dalam keterbukaan informasi BEI.
Pada perdagangan saham Jumat, 23 September 2022 pukul 14.24 WIB, saham INDY melambung 5,79 persen ke posisi Rp 3.290 per saham. Sebelumnya pada awal sesi perdagangan, saham INDY bergerak di zona merah.
Saham INDY dibuka turun 10 poin ke posisi Rp 3.100 per saham. Saham INDY berada di level tertinggi Rp 3.310 dan terendah Rp 3.050 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 7.893 kali dengan volume perdagangan 420.613 saham. Nilai transaksi harian saham Rp 135,9 miliar.
Advertisement
Kinerja Semester I 2022
Sebelumnya, PT Indika Energy Tbk (INDY) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2022. Pada periode tersebut, Indika Energy berhasil mengantongi laba bersih sebesar USD 200,65 juta atau sekitar Rp 2,99 triliun (kurs Rp 14.907 per USD).
Laba tersebut naik 1.571,23 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar USD 12,01 juta. Capaian itu sejalan dengan kenaikan pendapatan perseroan pada semester I 2022 yang mencapai USD 1,94 miliar. Naik 66,48 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar USD 1.16 miliar.
Sejalan dengan kenaikan pendapatan, beban pokok kontrak dan penjualan naik menjadi USD 1,27 miliar dari USD 905,74 juta pada semester I 2021. Meski begitu, laba kotor perseroan masih tumbuh 158,34 persen menjadi USD 668,87 juta dari USD 258,91 juta pada semester I 2022.
Sepanjang paruh pertama tahun ini, perseroan mencatatkan bagian laba bersih entitas asosiasi sebesar USD 10,4 juta. Lalu beban penjualan, umum, dan administrasi sebesar USD 92,63 juta. Pendapatan investasi tercatat USD 3,24 juta, beban keuangan USD 53,15 juta, amortisasi aset tidak berwujud sebesar USD 68,04 juta, perubahan nilai wajar utang kontinjensi USD 5,61 juta, dan beban lain-lain USD 5,5 juta.
Dari rincian tersebut, diperoleh laba sebelum pajak sebesar USD 453,68 juta, dari USD 87,85 juta pada semester I 2021. Setelah dikurangi beban pajak, perseroan berhasil mengukuhkan laba bersih periode berjalan sebesar USD 228,54 juta, naik 691,94 persen dibandingkan semester I 2021 sebesar USD 28,86 juta.
Sementara laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada semester I 2022 tercatat sebesar USD 200,65 juta, naik 1.571,23 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar USD 12,01 juta. Sehingga laba per saham menjadi USD 0,0385 dari sebelumnya USD 0,0007.
Aset
Dari sisi aset sampai dengan akhir Juni 2022 tercatat sebesar USD 3,97 miliar, naik dari posisi akhir Desember 2021 sebesar USD 3,69 miliar. Terdiri dari aset lancar sebesar USD 2,32 miliar dan aset tidak lancar sebesar USD 1,65 miliar. Liabilitas sampai dengan Juni 2022 relatif sama dibanding posisi akhir Desember 2021, yakni senilai USD 2,8 miliar.
Terdiri dari liabilitas jangka pendek sebesar USD 1,11 miliar dan liabilitas jangka panjang USD 1,69 miliar. Sementara ekuitas sampai dengan Juni 2022 tercatat naik menjadi USD 1,17 miliar dari USD 883,71 juta pada akhir Desember 2021.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 5 Agustus 2022, saham INDY menguat 5,32 persen ke posisi Rp 2.770 per saham. Saham INDY naik 70 poin ke posisi Rp 2.700 per saham pada pembukaan perdagangan.
Saham INDY berada di level tertinggi Rp 2.830 dan terendah Rp 2.650 per saham. Total frekuensi perdagangan 8.584 kali dengan volume perdagangan 577.266 saham. Nilai transaksi Rp 158,6 miliar.
Advertisement