Sukses

Melalui Rights Issue, Bank Ina Genjot Penyaluran Kredit hingga Penuhi Modal Inti

Manajemen PT Bank Ina Perdana Tbk memberikan penjelasan kepada Bursa mengenai rencana rights issue

Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) akan menambah modal dengan mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Senin (3/10/2022), manajemen PT Bank Ina Perdana Tbk memberikan penjelasan kepada Bursa pada 30 September 2022 mengenai rencana rights issue tersebut.

Perseroan menyatakan dana hasil rights issue akan digunakan untuk meningkatkan fungsi intermediasi perseroan, pertumbuhan penyaluran kredit akan diarahkan baik untuk pembiayaan modal kerja, investasi dan konsumsi.

Adapun segmen pasar yang bisa dilayani oleh perseroan mulai dari korporasi, komersial hingga usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM),

Selain itu, perseroan menggelar penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) IV ini bertujuan meningkatkan modal inti bank. Hal ini seiring Peraturan OJK Nomor 12/2020 tentang konsilidasi bank umum, seluruh perbankan di Indonesia diharuskan untuk mencapai modal inti minimum Rp 3 triliun, paling lambat 31 Desember 2022.

PT Bank Ina Perdana Tbk akan menawarkan sebanyak-banyaknya 296.854.687 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Jumlah saham baru yang ditawarkan dalam rights issue ini sebanyak-banyaknya 4,76 persen dari jumlah seluruh saham yang ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah rights issue yang akan dikeluarkan dari portepel serta akan dicatatkan di BEI.

Adapun setiap pemegang 20 saham lama yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham perseroan pada 28 November 2022 berhak atas satu HMETD.

Setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 3.600-Rp 4.200 per saham. Dengan demikian, jumlah dana yang diperkirakan dalam rights issue ini sebesar Rp 1,24 triliun.

 

2 dari 4 halaman

Penentuan Kisaran Harga

Adapun perseroan menjelaskan pertimbangan penentuan kisaran harga pelaksanaan HMETD itu antara lain:

-Rata-rata harga saham selama 30 hari bursa sebelum pernyataan pendaftaran pada 21 September 2022 yaitu periode 9 Agustus 2022-20 September 2022 adalah sebesar Rp 3.812.

-Rata-rata harga saham selama 60 hari bursa sebelum pernyataan pendaftaran pada 21 September 2022 yaitu periode 28 Juni 2022-20 September 2022 adalah sebesar Rp 3.813.

-Rata-rata harga saham selama 90 hari bursa sebelum pernyataan pendaftaran pada 21 September 2022 yaitu periode 12 Mei 2022-20 September 2022 adalah sebesar Rp 3.824.

“Dari data di atas dan dengan mempertimbangkan gejolak harga pasar yang kemungkinan akan terjadi, perseroan memutuskan harga pelaksanaan HMETD berkisar Rp 3.600-Rp 4.200,” tulis perseroan.

Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 30 September 2022, saham BINA naik 1,04 persen ke posisi Rp 3.870 per saham. Saham BINA dibuka naik 10 poin ke posisi Rp 3.840 per saham. Saham BINA berada di level tertinggi Rp 3.890 dan terendah Rp 3.780 per saham. Total frekuensi perdagangan 155 kali dengan volume perdagangan 10.126 saham. Nilai transaksi Rp 3,9 miliar.

3 dari 4 halaman

Bakal Rights Issue Semester II 2022

Sebelumnya, pemegang saham PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) menyetujui rencana penawaran umum terbatas (PUT) IV. Dalam aksi tersebut, perseroan akan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue kepada pemegang saham sebanyak-banyaknya 2 miliar lembar dengan nilai nominal Rp 100 per lembar.

"Setelah mendapatkan persetujuan pemegang saham, rencananya rights issue keempat akan dilakukan di semester II 2022 untuk pemenuhan modal inti di akhir 2022 sebesar Rp 3 triliun," kata Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk, Daniel Budirahayu, Jumat (3/6/2022).

Hingga akhir Maret 2022, Bank Ina Perdana mencatatkan pertumbuhan yang kuat dengan pencapaian total aset sebesar Rp 17,7 triliun, meningkat 67 persen yoy.

Pertumbuhan itu didukung oleh peningkatan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 54 persen dari Rp 9,3 triliun pada akhir Maret 2021 menjadi Rp 14,38 triliun pada akhir Maret 2022, dengan rasio CASA sebesar 45 persen.

Simpanan deposito juga tumbuh 63 persen menjadi Rp 7,9 triliun. Dengan pertumbuhan yang tinggi pada penyaluran kredit di kuartal I 2022 sebesar 95 persen menjadi Rp 5,4 triliun, Bank Ina tetap menjaga kualitas kredit agar berada di level yang sehat. Seperti tercermin dari rasio kredit bermasalah atau gross NPL yang berada di level 1,83 persen. 

NPL itu masih di bawah rata-rata industri sebesar 3,08 persen pada akhir Februari 2022. Sementara rasio permodalan sebesar R[ 36,97 persen masih cukup untuk mendukung pertumbuhan bisnis Bank Ina dengan likuiditas yang terjaga.

"Dengan rencana untuk rights issue yang keempat ini, kami harapkan modal bank kita pada akhir 2022 sudah mencapai di atas Rp 3 triliun,” imbuh Daniel.

 

4 dari 4 halaman

Revisi Penyaluran Kredit

Sebelumnya, PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) berencana merevisi target penyaluran kredit hingga akhir tahun.

Direktur Utama PT Bank Ina Perdana Tbk, Daniel Budirahayu menyampaikan, hal itu dilakukan menyusul realisasi penyaluran kredit di kuartal I 2022 yang telah mencapai target semula.

"Sampai akhir 2022 sebenarnya kami punya target awal yang masuk ke OJK, itu sudah terlewati karena pencapaiannya yang juga di luar ekspektasi kami, cukup tinggi. Dan kami sedang menuju untuk meminta revisi target kredit ini,” kata Daniel dalam papar publik perseroan, Jumat, 3 Juni 2022.

Semula, Bank Ina Perdana menargetkan pertumbuhan kredit hingga 30 persen hingga akhir 2022. Namun pada kuartal I 2022, penyaluran kredit tumbuh 95 persen atau mencapai Rp 5,4 triliun dibandingkan kuartal 1 2021 sebesar Rp 2,78 triliun. Perseroan selanjutnya akan mengajukan revisi target penyaluran kredit di 2020 ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit modal kerja mencatatkan pertumbuhan paling tinggi, yakni naik 104,6 persen yoy atau menjadi Ro 4,04 triliun.

Disusul kredit investasi yang naik 85 persen yoy menjadi Rp 1,13 triliun, serta kredit konsumsi naik tipis 23 persen yoy menjadi Rp 243 miliar.

“Nanti kalau setelah Juni kami sampaikan ke OJK dan sudah di-approve, baru bisa kami sampaikan kepada publik. Sekarang kami hanya bisa sampaikan bahwa target kredit yang kita capai per 31 Maret sudah melewati target yang kita sampaikan kepada OJK,” imbuh Daniel.