Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah dan partisipasi kegiatan pengembangan pasar modal terus meningkat dalam lima tahun terakhir.
Sebagai gambaran, tercatat 5.826 kegiatan edukasi pada 2017, sementara pada 2021 lalu kegiatan jumlah kegiatan edukasi naik signifikan menjadi sebanyak 10.242 kegiatan.
Baca Juga
"Jumlah dan pertisipasi kegiatan pengemabnagan pasar dalam lima tahun terakhir terus meningkat. Sampai 2021 kita sudah melakukan 10.242 kegiatan dengan peserta mencapai 1.035.103 peserta,” terang Kepala Divisi Pengembangan Pasar BEI, Dedy Priadi dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal, Kamis (6/10/2022).
Advertisement
Hingga Agustus 2022, BEI telah menyelenggarakan 6.822 kegiatan edukasi. Di mana 5.650 kegiatan dilakukan secara daring. Kegiatan edukasi Bursa hingga Agustus ini mampu menjaring 495.097 peserta, dengan total peserta daring mencapai 439.737.
“Kami melihat adanya online ini menjadikan akses informasi lebih mudah didapat dan lebih memasyarakatkan pasar modal karena saya ini memang eranya digital,” imbuh Dedy.
Secara garis besar Dedy mengatakan edukasi pasar modal yang digelar baik daring maupun luring memiliki efektivitas yang sama.
Dia menuturkan, ada kriteria peserta yang nyaman melakukan interaksi melalui daring, ada pula yang lebih nyaman secara luring. Namun diakui, perbandingan yang paling mencolok adalah dari sisi aksesibilitas geografis yang lebih bisa difasilitasi oleh daring.
BEI Targetkan Penambahan 100 Galeri Investasi pada 2023
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan 100 galeri investasi (GI) baru pada 2023. Hal ini merujuk pada jumlah investor ritel yang masih mencatatkan tren pertumbuhan.
"GI yang saat ini jumlahnya sudah 700. Mudah-mudahan tahun depan bertambah sekitar 100 GI. Tapi nanti kita lihat dulu karena biasanya untuk proses pendiriannya melibatkan kerja sama banyak pihak," kata Kepala Divisi Pengembangan Pasar BEI, Dedy Priadi dalam Edukasi Wartawan Pasar Modal, Kamis (6/10/2022).
Per September 2022, BEI telah memiliki 710 GI yang tersebar di seluruh Indonesia. Dedy mengatakan, edukasi yang diberikan melalui Galeri Investasi diharapkan dapat memberikan pencerahan bagi investor pemula utamanya.
"Jadi target tahun depan kita ingin edukasi lebih banyak investor. Karena semakin mudah atau semakin banyak orang teredukasi, berarti tingkat literasi kita semakin tinggi. Karena edukasi itu perlindungan investor yang paling awal," kata dia.
Advertisement
Galeri Investasi
BEI memiliki tiga tipe GI yang saat ini beroperasi. Pertama, konvensional (GI BEI), merupakan kerja sama antara BEI, institusi, dan Anggota Bursa (AB) mitra, yang menyediakan fasilitas ruangan khusus secara fisik untuk aktivitas GI BEI berada.
Kedua, Galeri Investasi Syariah (GIS BEI). Tipe ini melibatkan pihak yang sama dengan GI BEI konvensional namun menerapkan prinsip syariah dalam bertransaksi. Selanjutnya, Galeri Investasi Digital (GID BEI). Melibatkan kerja sama antara BEI, institusi dan AB mitra yang aktivitasnya dilakukan secara digital dan tidak mensyaratkan adanya fasilitas berupa ruangan khusus.
Terakhir, Galeri Investasi Edukasi (GIE BEI). Menariknya, tipe ini melibatkan kerja sama antara BEI, SMA/SMAK atau diwakili Yayasan, GI BEI perguruan tinggi atau non perguruan tinggi, dan AB mitra.
Peran perguruan tinggi atau non perguruan tinggi dalam pendirian GIE BEI adalah sebagai pendamping. Pendirian GIE BEI mensyaratkan adanya fasilitas ruangan yang dipergunakan sebagai aktivitas GIE BEI di lokasi tempat GIE BEI berada.
OJK: Minat Investor untuk Investasi di Pasar Modal Naik 3 Kali Lipat per Juni 2022
Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mahendra Siregar, mengatakan adanya pandemi covid-19 tidak menyurutkan minat investor untuk melakukan investasi di pasar modal. Hal itu terbukti investor pasar modal tumbuh 3 kali lipat hingga Juni 2022.
"Investor pasar modal pada bulan Juni 2022 ini telah tumbuh 3,7 kali lipat atau 370 persen, yaitu menjadi 9,3 juta investor dibandingkan pada tahun 2019 pra pandemi yang hanya sebesar 2 juta investor," kata Mahendra dalam LIKE IT : Sustain Habit in Investing, Invest in Sustainable Instruments, Jumat (12/8/2022).
Mahendra mengakui, saat pandemi dianggap sebagai satu kondisi yang paling mencekam dan mengancam stabilitas perekonomian, dan mengancam kondisi kesehatan masyarakat dan keseluruhan stabilitas bangsa dan negara. Namun, disisi lain pandemi juga membawa momentum positif bagi kebangkitan investor ritel di pasar modal.
Justru hal yang menarik, kata Mahendra, dari tambahan investor itu 81 persen merupakan investor generasi milenial dan Generasi Z. Peningkatan jumlah investor domestik itu, merupakan hasil dari upaya seluruh pemangku kepentingan dalam melaksanakan berbagai program sosialisasi dan literasi keuangan kepada masyarakat.
"Tetapi kita tidak bisa menyangkal juga, karena kondisi pada saat pandemi yang lebih banyak waktu diberikan untuk masyarakat menggunakan komunikasi digital, sehingga itu pun memberikan suatu momentum tambahan terhadap peluang untuk meningkatkan literasi produk keuangan dan investasi," ujarnya.
Advertisement