Liputan6.com, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan dapat menembus level 7.400 hingga akhir tahun. Salah satu faktor penopang yakni adanya musim windows dressing yang acap terjadi pada akhir tahun.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei menerangkan, potensi window dressing masih dipengaruhi sentimen pasar saham global. Antara lain perlambatan ekonomi global, inflasi yang masih tinggi, dan menguatnya dolar AS yang membuat nilai tukar rupiah tertekan.
Baca Juga
“Untuk window dressing sendiri biasanya akan mulai terlihat pada Oktober terutama pada saham LQ45, di mana nantinya bisa dijadikan peluang bagi investor yang ingin mulai mengoleksi saham-saham bluechip secara bertahap,” kata Jono kepada Liputan6.com, Kamis, 6 Oktober 2022.
Advertisement
Dari dalam negeri sendiri ada beberapa sentimen positif. Seperti meredanya kasus Covid-19, dibukanya pembatasan sosial dan perjalanan terutama untuk wisatawan asing. Bersamaan dengan itu, perekonomian Indonesia terus menunjukkan perbaikan. Jono juga mencermati upaya pemerintah untuk terus menarik investasi asing juga menjadi katalis positif untuk ekonomi Indonesia pada akhir tahun.
"Dengan potensi ekonomi Indonesia akan terus membaik maka IHSG berpotensi dapat kembali ke level 7.300-7.400,” tutur Jono.
Sementara itu, sentimen yang perlu diwaspadai yaitu perlambatan ekonomi global terutama pada negara-negara mitra dagang Indonesia seperti China, AS, India dan lainnya.
Jono menambahkan, strategi yang bisa dilakukan yaitu mulai mencicil saham-saham blue chip terutama yang memiliki neraca kuat dan kinerja stabil, dengan harapan di akhir tahun harga sahamnya akan terapresiasi.
“Saham yang dapat dicermati antara lain BBRI dengan target price (TP) pada 5.150, AKRA dengan TP 1.600, ASII dengan TP 8.500, dan TLKM dengan TP 5.500,” urai Jono.
Sentimen Lain
Sentimen Lain yang Pengaruhi IHSG Senada, Pengamat pasar modal yang juga founder Traderindo.com Wahyu Laksono cukup yakin IHGS dapat menyentuh level 7.400 hingga akhir tahun.
Kendati bursa global cenderung mengalami perburukan, namun tidak seburuk dugaan. Sementara IHSG masih cukup resilien pada posisi di kisaran 7.000. Sebagai gambaran, Wahyu menguraikan kondisi pasca USD terbang, disusul Yen dan GBP anjlok.
Lalu ada intervensi moneter Bank of Japan (BOJ) dan Bank of England (BOE), potensi kebangkrutan Credit Suisse (CS) hingga ancaman krisis Eropa yang terjadi secara bersamaan. Namun belakangan ini pasar disebut mulai rebound.
“Mungkin kuartal IV masih buruk, tapi bisa jadi ga seburuk kuartal III secara global. IHSG juga mungkin bergerak lebih baik. Artinya jelang akhir tahun ada potensi membaik atau setidaknya di awal 2023 nanti, jadi IHSG 7.400 akhir tahun masih bisa dikejar,” kata Wahyu.
Sementara, sentimen dari dalam negeri hingga akhir tahun umumnya positif. Misalnya, meski ada kenaikan PPN, BBM, hingga suku bunga, semuanya naik pada level yang disebut masih wajar. Wahyu mencermati konsumsi domestik masih kuat pasca pandemi. “Ekspor dan data trade balance serta current account kita masih lumayan bagus. Indonesia better, lah. Stabilitas makro mikro, fiskal moneter, bursa, mata uang. Semuanya overall better dibandingkan negara lainnya,” kata Wahyu.
Menariknya, Wahyu juga tak mengesampingkan momentum tahun politik. Menurutnya, kebijakan non populis bisa saja berkurang. Bahkan tidak menutup kemungkinan ada penurunan harga BBM. Lebih lanjut, emiten yang menarik dicermati hingga akhir tahun yakni perbankan, konsumsi, energi, dan konstruksi.
Advertisement
Melihat Prospek IHSG pada Kuartal IV 2022
Memasuki akhir tahun atau kuartal IV, indeks harga saham gabungan (IHSG) diperkirakan mengalami koreksi. IHSG ditutup pada posisi 7.040 pada akhir kuartal III 2020. Mengutip data RTI, IHSG turun 1,9 persen dalam sebulan terakhir.
"Secara seasonality memang pada September biasanya IHSG mengalami koreksi, sehingga investor disarankan wait and see menunggu kondisi pasar saham global stabil," ujar Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei kepada Liputan6.com, ditulis Minggu (2/10/2022).
Sementara untuk window dressing sendiri, Jono mencermati biasanya akan mulai terlihat pada Oktober. Window dressing utamanya terjadi pada saham LQ45. Kondisi ini bisa dijadikan peluang bagi investor yang ingin mulai mengoleksi saham-saham bluechip secara bertahap.
Window dressing merupakan pola ketika harga saham cenderung menguat mendekati pergantian tahun. Hal ini karena fund manager cenderung memoles portofolionya pada akhir tahun sehingga rapornya bagus. Window dressing juga dilakukan emiten untuk merapikan laporan keuangan agar menarik pasar.
"Strategi yang bisa dilakukan yaitu mulai melirik saham-saham bluechip yang memiliki neraca kuat, utang sedikit dan valuasi murah dengan harapan di akhir tahun harga sahamnya akan terapresiasi,” imbuh Jono.
Adapun sektor yang bisa diperhatikan jelang akhir tahun yaitu perbankan, konsumer, ritel, dan komoditas.
Kinerja IHSG 26 September-30 September 2022
Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak lesu pada 26-30 September 2022. Sentimen global seperti kekhawatiran resesi global menekan IHSG.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu ( 1/10/2022), IHSG melemah 1,92 persen ke posisi 7.040,79 dari pekan sebelumnya 7.178,58. Kapitalisasi pasar bursa merosot 1,98 persen menajdi Rp 9.238,08 triliun pada pekan ini. Kapitalisasi pasar terpangkas Rp 186,84 triliun dari pekan lalu di posisi Rp 9.424,93 triliun.
Selain itu, rata-rata frekuensi harian susut 7,82 persen menjadi 1.238.025 transaksi dari 1.343.102 transaksi pada pekan lalu. Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian melemah 1,55 persen menjadi Rp 13,91 triliun dari Rp 14,13 triliun pada pekan lalu. Rata-rata volume transaksi harian bursa melemah 17,03 persen menjadi 23,28 miliar saham dari 28,07 miliar saham pada pekan sebelumnya.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG bergerak pada fase bearish atau melemah yang didorong sentimen bursa global. Pada pekan ini, bursa saham global juga tertekan seiring ancaman resesi global hingga inflasi yang masih cukup tinggi. “Dan dana hawkish dari The Fed hingga akhir 2022,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu pekan ini.
Herditya prediksi, sentimen ancaman resesi global dan bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (the Fed) bernada hawkish hingga 2023 untuk menekan inflasi hingga target 2 persen akan bayangi IHSG hingga akhir tahun. Hingga akhir 2022, ia perkirakan, IHSG berada di posisi bearish atau turun 6.743 dan bullish atau menguat 7.480.
Advertisement