Sukses

Wall Street Anjlok Jelang Rilis Data Tenaga Kerja AS pada September 2022

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 346,93 poin atau 1,15 persen menjadi 29.926,94.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melemah pada perdagangan saham Kamis, 6 Oktober 2022. Hal ini seiring pelaku pasar menimbang perubahan tajam dalam saham dan suku bunga saat awal bulan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 346,93 poin atau 1,15 persen menjadi 29.926,94. Indeks S&P 500 merosot 1,02 persen menjadi 3.744,52. Indeks Nasdaq tergelincir 0,68 persen menjadi 11.073,31.

Tiga indeks acuan tersebut membuka sesi perdagangan melemah. Semua rata-rata indeks acuan berada pada kecepatan untuk akhiri pekan lebih tinggi 4 persen, dan catat kinerja mingguan terbaik sejak 24 Juni 2022.

Sektor saham energi membukukan kinerja terbaik dengan naik 1,8 persen. Sektor utilitas melemah 3,3 persen. Tingkat imbal hasil obligasi tenor 10 tahun melampaui 3,8 persen. Imbal hasil obligasi tenor dua tahun lebih sensitif terhadap perubahan kebijakan moneter yang mencapai 4,2 persen.

Investor cemas menanti laporan tenaga kerja pada Jumat pekan ini yang akan menunjukkan bagaimana pasar tenaga kerja pada September 2022. Ini memberikan bank sentral informasi lain untuk kebijakan moneter terutama kenaikan suku bunga.

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan laporan tenaga kerja akan menunjukkan tambahan 275.000 dan tingkat pengangguran tetap 3,7 persen. Kejutan tambahan dapat meningkatkan kekhawatiran the Federal Reserve (the Fed) akan mengambil garis lebih keras pada inflasi.

Pada Rabu pekan ini, data dari ADP menunjukkan data tenaga kerja tetap kuat di antara perusahaan swasta pada September. Ada tambahan 208.000 pekerjaan, mengalahkan perkiraan wall street. Namun, pada Kamis pekan ini, klaim pengangguran lebih tinggi dari yang diharapkan, menandakan ada beberapa kelemahan pasar tenaga kerja.

2 dari 4 halaman

Sentimen Data Tenaga Kerja AS

“Sekali lagi, investor mencari kabar buruk untuk menjadi kabar baik. Jika laporan September lebih rendah dari yang diharapkan, pertumbuhan upah mungkin akan bertahan dan membuat poros dari Federal Reserve tidak mungkin,” ujar Chris Senyek dari Wolfe Research dikutip dari CNBC, Jumat (7/10/2022).

Ia menyebutkan, sementara saham saat ini rentan terhadap kenaikan besar. “Kami sangat percaya basis bearish (penurunan-red) jangka menengah tetap utuh,” kata dia.

Sebelumnya wall street memulai pekan ini dengan menguat. Indeks S&P 500 mencatat reli dua hari terbesarnya sejak 2020. Saham berjuang untuk mempertahankan kenaikan beruntung pada Rabu pekan ini, tetapi akhirnya gagal.

Di sisi lain analis JPMorgan Chase meningkatkan rekomendasi pada Credit Suisse. Credit Suisse diperkirakan bernilai USD 15 miliar setelah restrukturisasi yang mengubahnya menjat pemain wealth manager yang murni. Analis JPMorgan yang dipimpin oleh Kian Abouhossein meningkatkan rekomendasi pada Credit Suisse menjadi netral dari underweight. Bank yang berbasis di Zurich ini ditutup dengan kapitalisasi pasar USD 11 miliar.

Bank memiliki lebih dari USD 700 miliar aset perbankan swasta yang dikelola yang diharapkan hasilkan pengembalian 15 persen atas ekuitas berwujud pada 2024, tulis Abouhossein dalam catatannya.

Analis JPMorgan melihat kapitalisasi pasar Credit Suisse USD 15 miliar. “Jalan untuk sampai ke sana bagaimanapun mungkin melibatkan volatilitas harga saham, ketidakpastian strategi dan risiko eksekusi karena Credit Suisse diperkirakan mengungkapkan rencana restrukturisasi pada 27 Oktober,” kata analis.

 

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street 5 Oktober 2022

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan saham Rabu, 5 Oktober 2022. Wall street gagal mempertahankan kenaikan tajam dari dua sesi terakhir.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 42,45 poin atau 0,14 persen menjadi 30.273,87. Indeks S&P 500 susut 0,20 persen ke posisi 3.783,28. Indeks Nasdaq susut 0,25 persen menjadi 11.148,64.

"Ini adalah momen jeda bagi pasar untuk merenungkan seberapa tahan reli dalam dua hari terakhir sebenarnya bisa berubah,” ujar Chief Investment Strategist BMO Wealth Management, Yung-Yu Ma dikutip dari laman CNBC, Kamis (6/10/2022).

Ia menambahkan, pasar membuat penilaian kalau perlu banyak hal bagi bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) untuk membuat poros dovish.

“Tapi itu benar-benar puncak gunung es dalam hal apa yang dibutuhkan The Fed untuk benar-benar mengambil nada yang lebih lembut. Ada beberapa kenyataan yang merayap ke pasar dan antusiasme jumlah yang baik mulai memudar,” tutur dia.

Pada awal pekan, saham mencatat reli besar dengan indeks S&P 500 catat kenaikan terbesar dalam dua hari sejak 2020 karena imbal hasil obligasi turun dari posisi tertinggi.

Pada Rabu pekan ini, imbal hasil obligasi naik tajam dengan tenor 10 tahun melampaui 3,7 persen setelah sempat turun di bawah 3,6 persen pada perdagangan sesi sebelumnya. Hal itu memberikan tekanan pada saham hampir sepanjang hari.

4 dari 4 halaman

Laporan ADP

Sementara itu, laporan ADP menyebutkan tenaga kerja swasta bertambah 208.000. Hal ini melampaui perkiraan Dow Jones. Pelaku pasar menantikan rilis laporan nonfarm payrolls pada perdagangan Jumat pekan ini. Indeks layanan ISM September juga rilis pada Rabu pekan ini yang menunjukkan pertumbuhan yang solid.

Beberapa pelaku pasar bertanya-tanya apakah pasar pada akhirnya menetapkan harga di bawah setelah penurunan tajam pada kuartal sebelumnya.

“Pelaporan laba kuartal III tidak terlalu jauh dan sudah pasti dalam psikologi pasar musim laba kuartal II membantu menstabilkan pasar,” ujar Ma.

Ia mengatakan, ada banyak pesimisme di pasar yang mampu menguat cukup kuat selama beberapa bulan. “Saat ini juga ada harapan musim laba dapat menstabilkan pasar dan mungkin datang untuk menyelamatkan lagi, seperti yang terjadi pada kuartal terakhir,” tutur dia.