Sukses

PPA Beli Cucu Saham Indosat Rp 827,64 Miliar

Lintasarta akan menjual saham di PT Arta Integrasi Teknologi (Arint) kepada PPA. PPA akan membeli saham di Arint yang mewakili 38 persen dari saham ditempatkan dan disetor.

Liputan6.com, Jakarta - PT Indosat Tbk (ISAT) melalui PT Aplikasinusa Lintasarta (Lintasarta) menandatangani perjanjian jual beli saham bersyarat dengan PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) pada Jumat, 7 Oktober 2022.

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (7/10/2022), Lintasarta akan menjual saham di PT Arta Integrasi Teknologi (Arint) kepada PPA. PPA akan membeli saham di Arint yang mewakili 38 persen dari saham ditempatkan dan disetor Arint setelah dipenuhinya dengan nilai transaksi Rp 827,64 miliar. Hal itu sesuai dengan syarat-syarat tangguh tertentu. Adapun Arint, anak usaha Lintasarta yang mengelola jaringan ATM Bersama melalui Artajasa Pembayaran Electronics.

Selain itu, Lintasarta telah menandatangani akta inbreng berdasarkan Lintasarta akan mengalihkan sahamnya di PT Artajasa Pembayaran Elektronis atau Artajasa yang mewakili 55 persen dari saham yang ditempatkan dan disetor penuh dari Artajasa sebagai timbal balik dari Arint yang akan menerbitkan saham kepada Lintasarta senilai Rp 2,16 triliun. Hal itu berdasarkan laporan penilaian pada 21 September 2022 yang dikeluarkan oleh penilai publik independent yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Manajemen Indosat menyatakan, transaksi itu merupakan bagian dari dokumen dan atau pengaturan yang dilakukan oleh Lintasarta dalam rangka memastikan kepatuhan Artajasa terhadap ketentuan kepemilikan asing sebagaimana diatur oleh Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/8/PBI/2017 tentang gerbang pembayaran nasional dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 23/7/PBI/2021 tentang penyelenggaraan infrastruktur pembayaran.

2 dari 4 halaman

Bangun Jaringan untuk Wilayah Desa Non 3T, Indosat Catat Transaksi Afiliasi Rp 133,58 Miliar

Sebelumnya, PT Indosat Tbk (ISAT) melakukan penandatanganan perjanjian dengan PT Aplikasinusa Lintasarta terkait penyediaan jaringan Very Small Aperture Terminal (VSAT) pada Desa Non 3T (tertinggal, terdepan dan terluar), yang disewakan oleh Lintasarta bagi perseroan.

Dalam rangka pemenuhan kewajiban regulasi Perseroan berdasarkan izin-izin Perseroan yang terkait, perseroan mulanya harus membangun jaringan telekomunikasi di 1.023 lokasi untuk mendukung program Non 3T Pemerintah. Di mana 411 lokasi di antaranya memerlukan perangkat dan layanan VSAT.

Namun, karena telah ada perjanjian kerangka antara perseroan dan Lintasarta, perseroan dan Lintasarta menandatangani perubahan terhadap perjanjian kerangka tersebut untuk menambah ketentuan penyediaan perangkat dan layanan VSAT. Transaksi ini berlangsung pada 22 September 2022 senilai Rp 133,58 miliar.

"Kerjasama dengan Lintasarta diharapkan dapat membantu Perseroan memenuhi kewajiban regulasi perseroan berdasarkan izin-izin Perseroan yang terkait,” tulis Direktur Utama Indosat Ooredoo, Vikram Sinha,  dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Selasa (27/9/2022).

Lintasarta sendiri merupakan anak perusahaan dari perseroan yang memiliki kegiatan usaha dalam bidang penyediaan komunikasi data, internet dan IT Services untuk berbagai sektor industri. Dengan kata lain, perseroan adalah pemegang saham mayoritas dari Lintasarta ketika transaksi afiliasi terjadi, sehingga transaksi ini termasuk dalam transaksi afiliasi.            

3 dari 4 halaman

Kinerja Semester I 2022

Sebelumnya, PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 50,3 persen menjadi Rp 22,53 triliun dari Rp 14,98 triliun pada semester I 2021. Sayangnya, raihan itu tak berbanding lurus dengan perolehan laba perseroan.

Pada semester I 2022, Indosat mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 41,75 persen menjadi Rp 3,26 triliun dari Rp 5,6 triliun pada semester I 2021. Sehingga laba per saham dasar menjadi Rp 406,57 dari sebelumnya Rp 1.030.

Director & Chief Financial Officer IOH, Nicky Lee menjelaskan, ada beberapa hal yang berkontribusi terhadap laba bersih perseroan pada semester I 2021. Salah satunya penjualan dan sewa menara yang tercatat menyumbang Rp 6,17 triliun. Sementara untuk tahun ini tidak ada transaksi serupa yang dicatatkan, sehingga ada selisih signifikan.

"Jadi ada pendapatan dari jual dan sewa balik menara yang sangat besar, yang hanya terjadi sekali. Dan pada paruh pertama 2022, kami berhasil menyelesaikan aliansi kami membentuk usaha patungan pada bisnis Data Center dengan grup BDX. Sehingga membantu berkontribusi untuk pendapatan," ujar Nicky dalam paparan publik perseroan, Kamis, 18 Agustus 2022.

Mengutip laporan keuangan perseroan,  pada semester I 2021 Indosat mencatatkan keuntungan dari jual dan sewa menara senilai RP 6,17 triliun, maka pada semester I 2022 perseroan mencatatkan keuntungan yang dialokasikan dengan hilangnya pengendalian atas entitas anak sebesar Rp 3,58 triliun. Dengan asumsi dua transaksi itu tidak terjadi, Nicky mengatakan laba bersih perseroan tercatat masih tumbuh.

"Jika anda kembali melihat jumlah yang sebenarnya, tidak termasuk item yang terjadi satu kali namun signifikan, anda lihat sebenarnya ada pertumbuhan yang cukup baik dari tahun ke tahun,” kata dia.

Adapun laba usaha perseroan pada semester I 2021 tercatat sebesar Rp 7,07 triliun. Dengan asumsi keuntungan jual dan sewa menara sebesar Rp 6,17 triliun tidak dicatatkan, laba usaha akan menjadi Rp 906,53 miliar. Sementara laba usaha pada semester II 20222 tercatat sebesar Rp 6,1 triliun.

Dengan asumsi keuntungan yang diasosiasikan dengan hilangnya pengendalian atas entitas anak sebesar Rp 3,6 triliun tidak dicatatkan, maka laba usaha menjadi Rp 2,52 triliun.

4 dari 4 halaman

Selanjutnya

Mengutip laporan keuangan perseroan,  pada semester I 2021 Indosat mencatatkan keuntungan dari jual dan sewa menara senilai Rp 6,17 triliun, maka pada semester I 2022 perseroan mencatatkan keuntungan yang dialokasikan dengan hilangnya pengendalian atas entitas anak sebesar Rp 3,58 triliun. Dengan asumsi dua transaksi itu tidak terjadi, Nicky mengatakan laba bersih perseroan tercatat masih tumbuh.

"Jika anda kembali melihat jumlah yang sebenarnya, tidak termasuk item yang terjadi satu kali namun signifikan, anda lihat sebenarnya ada pertumbuhan yang cukup baik dari tahun ke tahun,” kata dia.

Adapun laba usaha perseroan pada semester I 2021 tercatat sebesar Rp 7,07 triliun. Dengan asumsi keuntungan jual dan sewa menara sebesar Rp 6,17 triliun tidak dicatatkan, laba usaha akan menjadi Rp 906,53 miliar. Sementara laba usaha pada semester II 20222 tercatat sebesar Rp 6,1 triliun.

Dengan asumsi keuntungan yang diasosiasikan dengan hilangnya pengendalian atas entitas anak sebesar Rp 3,6 triliun tidak dicatatkan, maka laba usaha menjadi Rp 2,52 triliun.