Liputan6.com, Jakarta - Head of Corporate Communication Adaro Energy Indonesia, Febriati Nadira optimistis dengan prospek pertumbuhan ke depan, terutama didukung oleh pertumbuhan permintaan di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dan Asia Selatan.
"Kondisi pasar batu bara yang baik, akan mendukung profitabilitas kami,” kata dia.
Baca Juga
Febrianti menuturkan, pihaknya saat ini fokus memenuhi permintaan pelanggan yang mayoritas telah memiliki kontrak jangka panjang.
Advertisement
"Saat ini kami fokus untuk memenuhi permintaan pelanggan yang mayoritas telah memiliki kontrak jangka panjang. Pada semester I 2022, penjualan batubara Adaro ke Eropa sebesar 1 persen,” kata dia.
Selain itu, Adaro Energy Indonesia akan fokus untuk mempertahankan margin yang sehat dan kelangsungan pasokan bagi pelanggan.
“Kami akan terus mengikuti perkembangan pasar dengan tetap menjalankan kegiatan operasional sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan dengan fokus untuk mempertahankan margin yang sehat dan kontinuitas pasokan ke pelanggan,” kata Febrianti.
Sementara itu, untuk target produksi batu bara perseroan pada 2023 akan disampaikan dalam laporan kuartal IV 2022.
"Target produksi batu bara Adaro 2023 akan kami sampaikan pada laporan kuartal IV 2022 dan untuk 2022 ini, target produksi batu bara Adaro adalah 58-60 juta ton,” imbuhnya.
Kinerja Perseroan
Sebelumnya, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) membukukan kinerja positif sepanjang 2021. Hal itu ditunjukkan dari pertumbuhan pendapatan dan laba bersih Adaro Energy Indonesia.
PT Adaro Energy Indonesia Tbk mencatat pendapatan usaha bersih USD3,99 miliar atau setara Rp 57,43 triliun (asumsi kurs Rp 14.383 per dolar AS) pada 2021. Pendapatan usaha bersih itu tumbuh 58 persen dari periode sama tahun sebelumnya USD 2,53 miliar atau sekitar Rp 36,45 triliun.
Pendapatan tersebut naik seiring kenaikan harga jual rata-rata sebesar 70 persen seiring tingginya harga batu bara. Pada 2021, perseroan produksi sekitar 52,70 juta ton batu bara atau turun 3 persen yoy dan mencatat penjualan batu bara 51,58 juta ton pada 2021 atau susut 5 persen yoy.
Beban pokok pendapatan naik 14 persen dari USD 1,95 miliar pada 2020 menjadi USD 2,22 miliar pada 2021. Laba kotor meningkat 207 persen menjadi USD 1,77 miliar pada 2021 dari periode 2020 sebesar USD 577 juta. Hal itu juga mendorong laba usaha tumbuh 436 persen dari USD 285 juta pada 2020 menjadi USD 1,52 miliar pada 2021.
Advertisement
Laba
Selain itu, PT Adaro Energy Tbk mencatat laba inti naik 210 persen menjadi USD 1,25 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 405 juta.
"Pencapaian ini menunjukkan bisnis inti yang solid dan keunggulan operasional,” tulis manajemen perseroan dalam keterangan tertulis, Kamis (3/3/2022).
Adapun laba inti tidak termasuk komponen non operasional setelah dikurangi pajak, misalnya rugi derivatif instrument keuangan, rugi penurunan nilai pinjaman kepada pihak berelasi, rugi penurunan nilai aset tetap, dan rugi penurunan nilai wajar investasi pada perusahaan patungan terkait investasi pada aset batu bara bernilai kalor rendah di Kalimantan Timur.
Ebitda operasional naik 138 persen dari USD 883 juta pada 2020 menjadi USD 2,10 miliar pada 2021. Sementara itu, PT Adaro Energy Tbk mencatat laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk melambung 535,34 persen menjadi USD 933,49 juta atau setara Rp 13,42 triliun pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 146,92 juta atau sekitar Rp 2,11 triliun. Laba per saham dasar juga naik 538 persen menjadi USD 0,02927 pada 2021.
Aset
Perseroan mencatat total aset naik 19 persen dari USD 6,38 miliar pada 2020 menjadi USD 7,58 miliar pada 2021. Total ekuitas perseroan naik menjadi USD 4,45 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 3,95 miliar.
Total liabilitas bertambah 29 persen menjadi USD 3,12 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 2,43 miliar. Perseroan kantongi kas dan setara kas sebesar USD 1,81 miliar pada 2021 dari periode sama tahun sebelumnya USD 1,17 miliar.
Perseroan mencatat royalti dan beban pajak penghasilan mencapai USD 893 juta atau sekitar Rp 12,84 triliun pada 2021.
Selama 2021, perseroan merealisasikan belanja modal USD 193 juta atau Rp 2,77 triliun. Belanja modal itu untuk pembelian dan penggantian alat berat dan pemeliharaan kapal. Adapun belanja modal pada 2021 ini lebih rendah dari pada panduan yang ditetapkan sebesar USD 200 juta-USD 300 juta.
Advertisement