Liputan6.com, Jakarta - PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode yang berakhir pada 30 September 2022. PT Surya Esa Perkasa Tbk mencatat pertumbuhan pendapatan dan laba bersih hingga kuartal III 2022.
Pada periode tersebut, PT Surya Esa Perkasa Tbk berhasil mengantongi laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar USD 104,64 juta atau sekitar Rp 1,60 triliun (kurs Rp 15.320 per USD). Raihan laba itu naik 1.183,25 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 8,13 juta.
Baca Juga
Pada periode ini, ESSA membukukan rekor pendapatan sebesar USD 557,03 juta, meningkat 132 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 240,51 juta. EBITDA hingga September 2022 tercatat sebesar USD 269 juta atau naik 136 persen yoy berkat operasi yang kuat dan kondisi pasar yang menguntungkan.
Advertisement
"Keunggulan operasional yang konsisten didukung oleh harga Amonia dan LPG yang lebih tinggi telah membantu ESSA untuk mempertahankan kinerja yang solid," ungkap Presiden Direktur PT Surya Esa Perkasa Tbk, Chander Vinod Laroya dalam keterangannya, Selasa (11/10/2022).
Berlanjutnya kendala pasokan gas di Eropa sehubungan dengan konflik Rusia-Ukraina, mengakibatkan harga gas masih tetap tinggi dengan disertai efek knock-on pada biaya produksi amonia. Adapun harga amonia di Asia telah stabil pada tingkat yang lebih tinggi sekitar USD 900 per metrik ton (MT).
Realisasi harga amonia ESSA pada Januari hingga September 2022 melonjak 105 persen menjadi USD 902 per MT dibandingkan dengan USD 441 dolar per MT pada periode yang sama tahun lalu. Produksi amonia ESSA pada periode ini meningkat 16 persen yoy.
Sementara penjualan amonia memberikan kontribusi 93 persen terhadap pendapatan ESSA. Bersamaan dengan naiknya pendapatan, beban pokok pendapatan tercatat meningkat menjadi USD 298,87 juta dari USD 145,28 juta per September 2021.
Aset Perseroan
Meski begitu, laba kotor perseroan masih mengalami kenaikan 171,05 persen menjadi USD 258,17 juta dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar USD 95,25 juta.
Beban penjualan pada periode ini tercatat sebesar USD 2,72 juta, beban umum dan administrasi USD 26,67 juta, penghasilan bunga USD 285.767, beban keuangan USD 25,17 juta, serta keuntungan dan kerugian lain-lain sebesar USD 4,51 juta.
Dari rincian itu, setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan mengukuhkan laba periode berjalan sebesar USD 166,56 juta, naik 2.055,85 persen dibanding September 2021 sebesar USD 7,73 juta. Dari sisi aset perseroan hingga September 2022 tercatat sebesar USD 839,05 juta, naik dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar USD 809,29 juta.
Terdiri dari aset lancar senilai USD 251,21 juta dan aset tidak lancar USD 587,84 juta. Liabilitas sampai dengan September 2022 tercatat sebesar USD 367,08 juta, naik dari USD 508,51 juta pada akhir tahun lalu.
Terdiri dari liabilitas jangka pendek USD 121,36 juta dan liabilitas jangka panjang USD 245,72 juta. Sementara ekuitas sampai dengan September 2022 naik menjadi USD 471,87 juta dari USD 300,78 juta pada akhir Desember 2021.
Advertisement
Surya Esa Perkasa Sebar Dividen Rp 78,3 Miliar Usai Bangkit dari Rugi
Sebelumnya, PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) akan membagikan dividen tunai perdagangan senilai Rp 78,3 miliar atau Rp 5 per lembar saham. Pembagian dividen tersebut telah mendapat persetujuan pemegang saham dalam RUPST yang digelar Selasa, 7 Juni 2022.
PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) adalah perusahaan publik yang bergerak di bidang energi dan kimia dengan portofolio bisnis di kilang LPG (Liquefied Petroleum Gas) dan pabrik Amoniak. Sejak terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2012 lalu, ini kali pertama perseroan membagikan dividen.
"Kami bersyukur pada tahun 2022 untuk pertama kalinya kami dapat membagikan dividen kepada pemegang saham ESSA. Harga komoditas yang kuat mendukung perolehan kas yang solid dan meningkatkan return kepada pemegang saham," kata Presiden Direktur PT Surya Esa Perkasa Tbk, Vinod Laroya dalam keterangan resmi, dikutip Kamis, (9/6/2022).
Sepanjang 2021, perseroan berhasil membalikan keadaan dengan mencatatkan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai USD 13,969 juta. Posisi itu berbalik dari rugi pada 2020 yang mencapai USD 19,126 juta. Raihan itu sejalan dengan pendapatan yang tumbuh 72,88 persen dari USD 175,5 juta pada 2020 menjadi USD 303,4 juta pada 2021.
Segmen bisnis amonia berkontribusi mencapai 85% dari total pendapatan tahun lalu. Sisanya 15 persen bersumber dari bisnis LPG.
"Rekam jejak operasional kami luar biasa dan kami terus meningkatkan efisiensi. Kami terus mengevaluasi peluang pertumbuhan baru dan optimis terkait masa depan ESSA sebagai perusahaan energi bersih dengan pengembangan teknologi CCUS (Carbon Capture, Utilization & Storage) untuk menghasilkan Blue Ammonia,” imbuh Vinod.
Selain pembagian dividen, Surya Esa Perkasa juga telah menyetujui perubahan struktur kepengurusan. Yakni menyetujui pengunduran diri salah satu direksi ESSA, Ida Bagus Made (IBM) Putra Jandhana. Surya Esa Perkasa berharap dapat melanjutkan kinerjanya yang kuat bersama dengan susunan direktur lainnya.
Ada Invasi Rusia ke Ukraina, Ini Dampaknya ke Surya Esa Perkasa
Sebelumnya, PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), perusahaan yang telah mengoperasikan Kilang LPG dan Pabrik Amonia swasta terbesar di Indonesia mengungkapkan 2022 akan menjadi tahun bagus bagi perusahaan.
Chief Financial Officer PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), Prakash Bumb mengatakan, 2022 akan jadi tahun bagus bagi perseroan, tetapi akan sulit untuk menentukan patokan target.
"Tahun 2022 akan jadi tahun baik, tetapi kami belum bisa menentukan patokan untuk target revenue di 2022, salah satunya karena perang Rusia Ukraina. Jadi sangat sulit menentukan panduan. Namun, sejak perang di Rusia Ukraina dimulai, harga dari Amonia masih bagus,” ujar Prakash, saat webinar Indonesia Investment Education, ditulis Minggu (20/3/2022).
Selain itu, Prakash mengatakan, berkaca dari performa Surya Esa Perkasa dalam beberapa tahun terakhir yang memiliki hasil baik, dirinya tetap optimistis selama 2022 perseroan akan mendapatkan hasil baik.
Director dan Deputy CEO ESSA, Kanishk Laroya juga mengungkapkan hal yang sama. Dia menuturkan, semenjak perang terjadi, pasokan Amonia global menurun sekitar 4 juta ton.
“ESSA hanya bisa produksi 700 ribu ton per tahun, sedangkan saat ini pasokan Amonia global menurun 4 juta ton karena perang Rusia-Ukraina. Hal tersebut, ESSA kesulitan memenuhi pasokan global karena tingkat produksi yang terbatas,” kata Kanishk.
Kanishk menjelaskan, penurunan pasokan itu membuat harga amonia jadi naik. Sampai sejauh mana harga itu akan naik dan berapa lama itu sangat sulit untuk diprediksi.
“Kalau pasokan menurun, tapi demand masih ada, maka akan berpengaruh ke harga,” ujar Kanishk.
Advertisement
Pencapaian Dua Tahun Terakhir
Berkaca pada pencapaian ESSA selama dua tahun terakhir, margin laba ESSA pada 2020 sempat alami loss sebesar USD 19 juta atau sekitar Rp 272,5 miliar dan kemudian pada 2021 kembali naik sebesar 173 persen ke angka USD 14 juta.
Kanishk menuturkan, pada 2020 hampir keseluruhan harga apapun alami penurunan signifikan.
“2020 harga-harga paling rendah di mana LPG dan Amonia 10-12 year low, atau paling rendah selama 10-12 tahun terakhir. Kemudian 2021, ada pemulihan di harga kedua produk yaitu LPG naik 20 persen sedangkan Amonia naik hampir 100 persen,” ungkap Kanishk.
Adapun Kanishk menjelaskan, seharusnya margin laba pada 2021 bisa lebih bagus dari USD 14 juta, tetapi karena perusahaan melakukan refinancing dan mengeluarkan one time cost sebesar Rp 47 juta, margin laba yang diperoleh selama 2021 hanya USD 14 juta.