Sukses

IPO, Primaya Hospital Tawarkan 302,2 Juta Saham

Primaya Hospital akan menawarkan saham perdana maksimal 302,22 juta saham dengan nilai nominal Rp 10 per saham.

Liputan6.com, Jakarta - PT Famon Awal Bros Sedaya Tbk, pengelola Primaya Hospital akan menawarkan saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO).

Mengutip laman e-ipo, ditulis Jumat (14/10/2022), Primaya Hospital akan menawarkan saham perdana maksimal 302,22 juta saham dengan nilai nominal Rp 10 per saham. Jumlah saham yang dilepas ke publik itu setara 2,28 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Harga penawaran saham perdana Rp 900-Rp 950 per saham. Dengan demikian, perseroan akan meraup dana maksimal Rp 287,11 miliar.

Seiring dengan IPO, perseroan akan menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 697 juta saham biasa atas nama dalam rangka pelaksanaan mandatory convertible bond (MCB) kepada Archipelago Investments Pte Ltd yang diterbitkan berdasarkan mandatorily convertible bond subscription agreement pada 18 April 2022. MCB Archipelago diterbitkan dengan pokok nominal Rp 627,30 miliar.

Dengan dilaksanakan MCB Archipelago dan terjualnya seluruh saham yang ditawarkan dalam IPO ini, persentase kepemilikan masyarakat akan menjadi sebanyak 2,17 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO dan konversi MCB.

Primaya Hospital telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek yaitu PT Indo Premier Sekuritas dalam rangka IPO. 

Pemakaian dana IPO ini antara lain sekitar 50 persen akan digunakan untuk dana tambahan perolehan tanah yang akan digunakan untuk pembangunan rumah sakit baru di kota-kota besar di Sumatera dan Jawa. Perseroan melalui perusahaan anak yang dibentuk akan beli tanah di Jakarta dan Medan.

 

2 dari 5 halaman

Dana IPO

Selain itu sekitar 25 persen akan digunakan untuk dana tambahan biaya pengembangan gedung dan layanan rumah sakit yang sudah ada.  Perseroan akan meningkatkan kapasitas tempat tidur dan diversifikasi layanan di rumah sakit grup Primaya. Selanjutnya sekitar 25 persen untuk dana tambahan pembiayaan pembangunan gedung rumah sakit baru.

Hingga April 2022, perseroan mencatat pendapatan Rp 481,20 miliar. Pendapatan itu turun 29,7 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 684,61 miliar. Laba tahun berjalan susut 91,6 persen menjadi Rp 20,27 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 243,9 miliar.

Total ekuitas tercatat Rp 2,38 triliun hingga April 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 1,83 triliun. Perseroan membukukan liabilitas Rp 1,33 triliun hingga April 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 1,29 triliun. Total aset perseroan Rp 2,01 triliun hingga April 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 1,9 triliun.

3 dari 5 halaman

Jadwal IPO

Untuk kebijakan dividen, perseroan akan membayarkan dividen kas maksimal 25 persen dari laba tahun berjalan mulai 2023 berdasarkan laba tahun berjalan tahun buku 2022 setelah melakukan pencadangan laba bersih sesuai ketentuan berlaku. Penentuan jumlah dan pembayaran dividen akan mempertimbangkan arus kas dan rencana investasi perseroan serta pembatasan hukum.

Untuk jadwal IPO:

-Masa penawaran awal pada 14-21 Oktober 2022

-Perkiraan tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Oktober 2022

-Perkiraan masa penawaran umum perdana saham pada 1-4 November 2022

-Perkiraan tanggal penjatahan pada 4 November 2022

-Perkiraan tanggal distribusi saham secara elektronik pada 7 November 2022

-Perkiraan tanggal pencatatan saham di BEI pada 8 November 2022

4 dari 5 halaman

44 Emiten Baru Raup Dana Rp 21,8 Triliun Melalui IPO

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga 20 September 2022, ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Total dana yang dihimpun dari penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) tersebut mencapai Rp 21,8 triliun.

“Hingga 20 September 2022 telah ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 21,8 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, kepada wartawan ditulis Rabu (21/9/2022).

Saat ini BEI juga proses 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham di BEI hingga 19 September 2022. Nyoman menambahkan, dari 29 calon perusahaan tercatat dalam pipeline pencatatan saham, beberapa di antaranya menargetkan emisi lebih dari Rp 1 triliun. Untuk sektor sahamnya ada dari sektor energi, teknologi dan keuangan. Namun, Nyoman belum menyampaikan detil mengenai perusahaan tersebut hingga perusahaan itu mendapatkan izin publikasi dari OJK.

Seiring jumlah calon perusahaan tercatat dalam pipeline itu, ia berharap pencatatan saham pada 2022 dapat melebihi pencapaian 2021.

“Dengan mempertimbangkan jumlah perusahaan pada pipeline pencatatan saham, kami berharap jumlah pencatatan saham pada tahun ini dapat melampaui pencapaian pada tahun lalu,” kata dia.

 

 

5 dari 5 halaman

Sektor Saham

Berdasarkan catatan BEI, berikut klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline saham merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017:

-4 perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar)

-7 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar)

-18 perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar)

Rincian sektornya antara lain:

-1 perusahaan dari sektor basic materials

-4 perusahaan dari sektor consumer siklikal

-3 perusahaan dari sektor consumer non siklikal

-2 perusahaan dari sektor energi

-2 perusahaan dari sektor keuangan

-4 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan

-2 perusahaan dari sektor industri

-1 perusahaan dari sektor infrastruktur

-1 perusahaan dari sektor properti dan real estate

-5 perusahaan dari sektor teknologi

-4 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.