Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) berhasil memperoleh persetujuan dari untuk melaksanakan penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue. Aksi tersebut dilakukan dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 68.072.851.377 lembar saham (PMHMETD).
Selain itu, Garuda Indonesia juga konversi utang perseroan kepada kreditur sehubungan dengan putusan homologasi penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU), melalui penerbitan sebanyak-banyaknya 22.970.514.286 lembar saham melalui rights issue dengan total utang yang akan dikonversi adalah maksimal Rp 4,2 triliun menjadi saham mengacu pada ketentuan POJK 14/2019 (PMTHMETD), dan bersama-sama dengan PMHMETD Penambahan Modal).
Baca Juga
Hal itu telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada Jumat, 14 Oktober 2022. Agenda RUPSLB Lanjutan tersebut turut menyetujui pengeluaran saham seri C yang memiliki hak-hak atas saham sama dengan klasifikasi saham seri B dengan nilai nominal saham serendah-rendahnya Rp182 per lembar saham.
Advertisement
RUPSLB lanjutan tersebut juga turut menyetujui terkait sejumlah aspek tata kelola Perseroan terkait dengan pemberian kuasa dan kewenangan Direksi maupun Dewan Komisaris untuk melakukan tindakan yang diperlukan sehubungan dengan tindak lanjut pelaksanaan penambahan modal perseroan.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menjelaskan, persetujuan yang telah diberikan pemegang saham melalui gelaran RUPSLB Lanjutan menjadi milestone penting dalam upaya perseroan untuk terus mengakselerasikan misi transformasi kinerja yang salah satunya GIAA perkuat melalui langkah restrukturisasi maupun berbagai kebijakan strategis penyehatan kinerja usaha secara jangka panjang.
"Hasil ini mempertegas komitmen Perseroan terhadap realisasi rencana perdamaian yang sebelumnya telah mendapatkan persetujuan dari mayoritas kreditur melalui putusan hasil homologasi PKPU pada Juli 2022 lalu,” kata Irfan dalam keterangan resminya, Jumat (14/10/2022).
Optimalkan Penambahan Modal Kerja
Sehingga, GIAA berharap hasil putusan RUPSLB lanjutan ini, akan dapat mengakselerasikan proses transformasi kinerja utamanya melalui restrukturisasi yang diharapkan dapat rampung pada akhir 2022 dan tahun depan diproyeksikan akan menjadi momentum penting bagi perusahaan mewujudkan misi dalam menjadi entitas bisnis yang lebih sehat, kompetitif, dan profitable.
"Perseroan akan mengoptimalkan penambahan modal kerja ini setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, utamanya untuk kebutuhan maintenance dan restorasi armada serta turut mencakup bahan bakar, biaya sewa pesawat hingga biaya penunjang lainnya," ujar dia.
Ia menambahkan, hal ini diharapkan mampu memperkuat outlook kinerja usaha Perseroan jelang transisi masa endemi mendatang,” kata dia.
Komposisi penambahan modal tersebut nantinya termasuk rencana penyertaan modal negara (PMN) untuk perseroan yang sebelumnya telah dialokasikan sebesar Rp7,5 triliun oleh pemerintah dalam cadangan pembiayaan investasi sebagaimana akan ditetapkan kembali dalam rencana anggaran pendapatan dan belanja negara 2022.
Advertisement
Komitmen Garuda Indonesia
Selaras dengan implementasi proses restrukturisasi sesuai rencana yang telah disetujui, Garuda Indonesia berkomitmen penuh untuk terus melaksanakan transformasi bisnis lainnya dalam menghadirkan bisnis penerbangan yang jauh lebih sehat, adaptif, dan agile dalam menangkap potensi pasar penerbangan pada masa mendatang.
Hal ini di antaranya dengan menurunkan lease rate, optimalisasi jumlah dan tipe pesawat, penerapan power-by -hour hingga akhir 2022, optimalisasi jaringan penerbangan, dan optimalisasi peningkatan pendapatan kargo dan ancillary.
Irfan menuturkan, Setelah melewati tahun-tahun yang cukup menantang untuk keluar dari tekanan pandemi Covid-19 selama kurun waktu dua tahun terakhir, 2022 Garuda Indonesia mulai menunjukkan performa kinerja positif khususnya pada saat proses PKPU telah selesai dilaksanakan. Menurut dia, ini yang tercermin dari pencatatan laba bersih sebesar USD 3,76 miliar.
"Pendapatan tersebut selain dikontribusikan oleh pendapatan usaha yang meningkat hingga 26,10 persen dibarengi dengan penyusutan beban usaha 11,71 persen, dan hasil restrukturisasi keuangan melalui juga dicatatkan pada laba buku perusahaan,” kata Irfan.
Tingkat Permintaan Penumpang
Sementara itu, Irfan menambahkan, tingkat permintaan penumpang jelang kuartal IV berkisar di angka 84 persen dari total ketersediaan kursi pada periode akhir tahun, yaitu sedikitnya 2,7 juta kursi.
Irfan menambahkan kinerja operasional Garuda Indonesia yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang positif diharapkan dapat terakomodir secara maksimal terutama jelang periode peak season libur natal dan tahun baru mendatang, khususnya melalui ketersediaan armada yang beroperasi melalui akselerasi program restorasi armada yang tengah berlangsung.
“Kami percaya, transformasi merupakan sebuah keniscayaan yang akan terus kami akselerasikan secara berkesinambungan di tengah tantangan fundamental kondisi pandemi, yakni “ketidakpastian”, yang menuntut sikap adaptif dan resilient dalam mengawal dinamika tantangan industri penerbangan yang masih dibayangi turbulensi, juga dalam menjaga kepercayaan masyarakat terhadap Garuda Indonesia sebagai national flag carrier,” tutup Irfan.
Advertisement