Liputan6.com, Jakarta - PT Global Digital Niaga Tbk, pengelola e-commerce blibli akan menawarkan saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO).
Mengutip laman e-ipo, ditulis Senin (17/10/2022), PT Global Digital Niaga Tbk menawarkan saham perdana 17,77 miliar saham ke publik dengan nilai nominal Rp 250 per saham. Jumlah saham itu sebanyak-banyaknya setara 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Harga penawaran saham perdana perseroan di kisaran Rp 410-Rp 460 per saham. Dengan demikian, perseroan membidik dana IPO Rp 8,17 triliun.
Baca Juga
Selain itu, perseroan juga akan alokasikan sebanyak-banyaknya 55 juta saham atau sekitar 0,31 persen dari saham yang ditawarkan pada saat IPO untuk program alokasi saham kepada karyawan (employee stock allocation/ESA) sebesar 55 juta saham.
Advertisement
Perseroan juga akan alokasikan hak opsi kepada manajemen dan karyawan menjadi sebanyak-banyaknya 3,65 miliar saham atau sekitar 2,99 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO, pelaksanaan ESA, MESOP. Pemberikan hak opsi dalam MESOP dapat dilaksanakan oleh perseroan hingga 20 Desember 2024.
Perseroan akan memakai dana IPO antara lain sekitar Rp 5,5 triliun untuk pembayaran utang ke perbankan. Sedangkan sisanya akan digunakan oleh perseroan dan entitas anak sebagai modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha utama dan pengembangan usaha perseroan.
Adapun hingga Juni 2022, perseroan mencatat pendapatan bersih naik 123,7 persen menjadi Rp 6,7 triliun dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,99 triliun. Perseroan mencatat rugi tahun periode berjalan Rp 2,50 triliun hingga Juni 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,11 triliun. Perseroan mencatat ekuitas Rp 8,16 triliun hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 10,08 triliun.
Total liabilitas perseroan naik menjadi Rp 8,7 triliun hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 8,3 triliun. Total aset pengelola e-commerce Blibli ini turun menjadi Rp 16,86 triliun hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 18,3 triliun. Perseroan kantongi kas Rp 1,9 triliun.
Jadwal IPO
Terkait kebijakan pembagian dividen, setelah IPO, direksi perseroan berencana untuk membagikan dividen kepada pemegang saham perseroan dalam bentuk tunai sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Besaran dividen tersebut akan dikaitkan dengan keuntungan perseroan pada tahun buku yang bersangkutan.
Penentuan jumlah dan pembagian dividen akan bergantung pada rekomendasi direksi perseroan dengan mempertimbangan laba ditahan, hasil usaha dan keuangan, kondisi keuangan, likuiditas, prospek usaha dan faktor lain yang dianggap relevan oleh direksi.
Adapun hingga saat ini prospektus diterbitkan, perseroan belum melakukan pembagian dividen mengingat perseroan belum membukukan laba bersih.
Setelah IPO dan MESOP, pemegang saham perseroan antara lain PT Global Investama Andalan sebesar 81,18 persen, Kusumo Martanto sebesar 0,034 persen, Honky Harjo sebesar 0,028 persen, Lisa Widodo sebesar 0,002 persen, Andy Untono sebesar 0,001 persen, lain-lain sebesar 1,2 persen, masyarakat sebesar 14,50 persen, ESA sebesar 0,04 persen, dan MESOP sebesar 2,99 persen.
Untuk melaksanakan IPO, PT Global Digital Niaga Tbk telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek yaitu PT BCA Sekuritas dan PT BRI Danareksa Sekuritas.
Untuk jadwal IPO:
-Masa penawaran awal pada 17-24 Oktober 2022
-Tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Oktober 2022
-Masa penawaran umum pada 1-3 November 2022
-Tanggal penjatahan pada 3 November 2022
-Distribusi saham secara elektronik pada 4 November 2022
-Tanggal pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 7 November 2022
Advertisement
44 Emiten Baru Raup Rp 21,8 Triliun Melalui IPO
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga 20 September 2022, ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Total dana yang dihimpun dari penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) tersebut mencapai Rp 21,8 triliun.
“Hingga 20 September 2022 telah ada 44 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana yang berhasil dihimpun mencapai Rp 21,8 triliun,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna, kepada wartawan ditulis Rabu (21/9/2022).
Saat ini BEI juga proses 29 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham di BEI hingga 19 September 2022. Nyoman menambahkan, dari 29 calon perusahaan tercatat dalam pipeline pencatatan saham, beberapa di antaranya menargetkan emisi lebih dari Rp 1 triliun. Untuk sektor sahamnya ada dari sektor energi, teknologi dan keuangan. Namun, Nyoman belum menyampaikan detil mengenai perusahaan tersebut hingga perusahaan itu mendapatkan izin publikasi dari OJK.
Seiring jumlah calon perusahaan tercatat dalam pipeline itu, ia berharap pencatatan saham pada 2022 dapat melebihi pencapaian 2021.
“Dengan mempertimbangkan jumlah perusahaan pada pipeline pencatatan saham, kami berharap jumlah pencatatan saham pada tahun ini dapat melampaui pencapaian pada tahun lalu,” kata dia.
Sektor Saham
Berdasarkan catatan BEI, berikut klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline saham merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017:
-4 perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 miliar)
-7 perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 miliar-Rp 250 miliar)
-18 perusahaan aset skala besar (aset di atas Rp 250 miliar)
Rincian sektornya antara lain:
-1 perusahaan dari sektor basic materials
-4 perusahaan dari sektor consumer siklikal
-3 perusahaan dari sektor consumer non siklikal
-2 perusahaan dari sektor energi
-2 perusahaan dari sektor keuangan
-4 perusahaan dari sektor perawatan kesehatan
-2 perusahaan dari sektor industri
-1 perusahaan dari sektor infrastruktur
-1 perusahaan dari sektor properti dan real estate
-5 perusahaan dari sektor teknologi
-4 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.
Advertisement