Sukses

Kekhawatiran Resesi Bebani Bursa Saham Asia

Bursa saham Asia Pasifik loyo pada Senin, 17 Oktober 2022 karena kekhawatiran resesi.

Liputan6.com, Singapura - Bursa saham Asia Pasifik merosot pada Senin (17/10/2022), seiring kekhawatiran resesi membebani ekspektasi berlanjutnya pengetatan kebijakan moneter di seluruh dunia.

Mengutip CNBC, indeks Nikkei 225 turun 1,53 persen di awal perdagangan. Indeks Topix turun 1,07 persen. Dolar Amerika Serikat terus melayang berada di level tertinggi 32 tahun terhadap yen Jepang, terakhir diperdagangkan di 148,55 per dolar.

Sementara itu, di Australia, indeks S&P/ASX 200 turun 1,59 persen. Indeks Kospi Korea Selatan turun 1,35 persen dan Kosdaq turun 1,33 persen. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,6 persen.

Pada minggu ini, beberapa negara di kawasan itu dijadwalkan untuk melaporkan data inflasi, sementara Australia akan merilis statistik pengangguran dan China akan mengumumkan keputusan suku bunga pinjamannya.

Selama akhir pekan, Presiden China Xi Jinping memberikan pidato pada upacara pembukaan Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis China yang berkuasa, di mana ia memperingatkan terhadap gangguan oleh kekuatan luar di Taiwan, sebuah pulau yang memiliki pemerintahan sendiri yang dilihat Beijing sebagai tempat provinsi pelarian. 

Dia juga mengatakan China, tidak akan pernah berjanji untuk meninggalkan penggunaan kekuatan untuk reunifikasi. Saham AS ditutup lebih rendah minggu sebelumnya setelah survei University of Michigan menunjukkan ekspektasi inflasi meningkat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Penutupan Bursa Saham Asia pada 14 Oktober 2022

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik melesat pada perdagangan Jumat, 14 Oktober 2022. Penguatan bursa saham Asia Pasifik mengikuti wall street seiring investor abaikan data inflasi.

Indeks Jepang Nikkei 225 melambung 3,25 persen ke posisi 27.090,76. Indeks Topix naik 2,35 persen ke posisi 1.898,19. Yen Jepang melemah ke level terendah terhadap dolar AS sejak 1990. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 147.

Indeks Hang Seng naik 1,93 pada penutupan perdagangan saham Jumat pekan ini. Indeks Hang Seng teknologi mendaki 2,16 persen. Di bursa saham China, indeks Shanghai mendaki 1,84 persen ke posisi 3.071,99. Indeks Shenzhen melonjak 2,81 persen ke posisi 11.121,72.

Di Australia, indeks ASX 200 bertambah 1,75 persen ke posisi 6.758,80. Indeks Korea Selatan Kospi melonjak 2,3 persen ke posisi 2.212,5. Indeks Kosdaq melesat 4,09 persen ke posisi 678,24. Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang melesat 2,15 persen.

Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Singapura mencapai 4,4 persen pada kuartal III 2022. Di Amerika Serikat, data inflasi menunjukkan kenaikan dari yang diharapkan. Inflasi AS naik 0,4 persen dari Agustus 2022. Inflasi mencapai 8,2 persen dari September 2021.

 

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 14 Oktober 2022

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street terpangkas pada perdagangan Jumat, 14 Oktober 2022 setelah membukukan reli sebelumnya seiring investor mencerna harapan inflasi. Wall street ditutup dengan perdagangan yang bergejolak selama sepekan.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 403,89 poin atau 1,34 persen ke posisi 29.634,83. Indeks naik 1,15 persen pada pekan ini. Indeks S&P 500 merosot 2,37 persen ke posisi 3.583,07.

Indeks acuan ini alami koreksi tujuh hari berturut-turut dalam delapan hari. Indeks Nasdaq tergelincir 3,08 persen ke posisi 10.321,39. Hal itu seiring koreksi saham Tesla dan Lucid Motors yang masing-masing turun 7,5 persen dan 8,61 persen.

Baik indeks S&P 500 dan Nasdaq mengakhir pekan lebih rendah dengan masing-masing merosot 1,5 persen dan 3,1 persen.

Saham jatuh ke posisi terendah setelah survei konsumen dari University of Michigan menunjukkan harapan inflasi meningkat, sentimen yang mungkin diawasi oleh the Federal Reserve (the Fed). Indeks Nasdaq memimpin penurunan karena perusahaan yang paling sensitif terhadap kenaikan suku bunga.

Pada saat yang sama, imbal hasil obligasi melonjak dengan tingkat imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun melampaui 4 persen untuk kedua kalinya dalam dua hari. Hal ini seiring investor bereaksi terhadap harapan inflasi yang lebih tinggi.

Pasar gelisah sepanjang pekan ini karena investor menimbang data inflasi baru yang akan informasikan the Fed terus menaikkan suku bunga untuk meredam kenaikan harga. Pada perdagangan Kamis pekan ini, indeks Dow Jones naik 827 poin setelah turun lebih dari 500 poin ke level terendah secara intraday.

 

4 dari 4 halaman

Inflasi Masih Jadi Kekhawatiran

Di sisi lain, indeks S&P 500 naik 2,6 persen untuk memecahkan penurunan beruntun dalam enam hari. Sementara itu, indeks Nasdaq melonjak 2,2 persen. Selain itu, pada perdagangan Kamis pekan ini juga menandai pembalikan intraday terbesar kelima dari posisi terendah dalam sejarah indeks S&P 500, dan itu adalah yang terbesar keempat untuk Nasdaq menurut SentimenTrader.

Pergerakan tersebut juga mengikuti rilis indeks harga konsumen, pembacaan inflasi utama Amerika Serikat yang lebih panas  dari yang diharapkan pada September 2022. Awalnya, ini membebani pasar karena investor bersiap untuk the Federal Reserve melanjutkan rencana kenaikan suku bunga yang agresif. Namun kemudian, investor abaikan kekhawatiran itu.

Di sisi lain, inflasi yang terus menerus tetap menjadi masalah bagi the Fed dan kekhawatiran investor seputar pengetatan kebijakan bank sentral.

“Dengan CPI inti yang masih bergerak kea rah yang salah dan pasar tenaga kerja yang kuat, kondisi tidak sesuai untuk poros kebijakan the Fed yang akan menjadi salah satu kondisi untuk reli berkelanjutan di pasar saham,” ujar UBS Global Wealth Management Chief Investment Officer Mark Haefele, dikutip dari CNBC, Sabtu, 15 Oktober 2022.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.