Liputan6.com, Jakarta - PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR) membeberkan sejumlah strategi yang akan ditempuh perseroan dalam menghadapi ekonomi global yang bergejolak.
Direktur Ashmore Asset Management Indonesia Steven Satya Yudha menyebutkan, setidaknya ada tiga strategi yang ditempuh perseroan, pertama yakni melakukan diversifikasi dalam investasi.
Baca Juga
"Jadi strategi kami saat ini mengutamakan diversifikasi produk. Siklus yang akan kita hadapi selama 1-2 tahun ke depan akan sangat berbeda dengan sektor ekonomi 3-5 tahun ke belakang. Sehingga diversifikasi produk jadi sangat penting untuk memastikan stabilitas MI yang baik,” kata dia dalam paparan publik, Selasa (18/10/2022).
Advertisement
Dia menambahkan, saat ini eksposure produk Ashmore dititik beratkan pada reksa dana terbuka dan aktif. Sehingga perusahaan memerlukan produk diversifikasi ke arah yang lebih konservatif.
Dari sisi pengelolaan reksa dana investasi saat ini didominasi oleh ritel, sehingga membuat pengelolaan aktif menjadi lebih penting dari biasanya karena kebiasaan dari investor ritel berbeda dengan investor institusi. Sehingga perlu ada penyesuaian.
Di samping itu, perusahaan melakukan perluasan jaringan distribusi sehingga bisa menjangkau lebih banyak pangsa pasar yang sebelumnya tidak terjamah oleh Ashmore. “Tiga strategi ini saya pikir akan dapat menghadapi siklus yang akan kita hadapi dua tahun ke depan,” ujar Steve.
Ashmore Himpun Dana Rp 1,5 Triliun dari Empat Produk Baru
Sebelumnya, PT Ashmore Asset Management Indonesia meluncurkan empat produk baru untuk periode kuartal I yang berakhir 30 September 2022. Selama kuartalan tersebut, Ashmore meluncurkan empat produk baru antara lain satu reksa dana dan tiga kontrak pengelolaan dana (KPD).
Perseroan menghimpun dana Rp 1,5 triliun atau setara USD 100 juta. Ashmore juga terus memperluas jangkauan produknya untuk diversifikasi dan memberikan pertumbuhan asset under management (AuM) atau dana kelolaan untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham.
Pada kuartal ini, perseroan meluncurkan reksa dana syariah pasar uang pertamanya, Ashmore Dana Pasar Uang Syriah (ADPUS) yang tersedia melalui aplikasi bMoney, kemitraan strategis perusahaan dengan Bukalapak.
Setelah peluncuran aplikasi bMoney pada Juni 2021, BID telah menarik 680.000 pengguna dan meningkatkan dana kelolaan menjadi Rp 1,4 triliun (USD 91 juta) pada 30 September 2022. Demikian mengutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (14/10/2022).
Di sisi lain, dalam periode tiga bulan terakhir, dana kelolaan turun Rp 1 triliun atau setara USD 68 juta yang didorong oleh keluarnya dana investasi Rp 2 triliun atau setara USD 131 juta dan diimbangi oleh kenaikan kinerja investasi Rp 1 triliun atau USD 66 juta.
Perseroan membukukan dana kelolaan Rp 33,4 triliun hingga Juni 2022. Estimasi dana kelolaan September 2022 sebesar Rp 32,4 triliun. Rincian dana kelolaan hingga Juni 2022 antara lain reksa dana pendapatan tetap Rp 8,8 triliun, saham sebesar Rp 24,4 triliun, dan lainnya Rp 0,2 triliun. Sementara itu, estimasi per 30 September 2022 antara lain reksa dana pendapatan tetap sebesar Rp 8,3 triliun, saham sebesar Rp 23,9 triliun dan lainnya Rp 0,2 triliun.
Adapun tingkat inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga dan kekhawatiran resesi global telah mempengaruhi perilaku investasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Namun demikian, pada triwulan yang berakhir September 2022, pasar saham Indonesia tetap menjadi salah satu dengan kinerja terbaik secara global dan reksa dana saham utama Ashmore. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 3,33 persen. Pertumbuhan kinerja IHSG ini lebih tinggi dibandingkan MSCI World yang turun 5,6 persen.
Advertisement
Volatilitas Pasar Meningkat
Ashmore membukukan kinerja lebih baik dari pada indeks acuan pada kuartal ini karena kinerja yang relatif lebih baik dan dengan latar belakang nasabah yang lebih menghindari risiko mendorong pengambilan untung dari nasabah sepanjang periode ini.
Reksa dana pendapatan tetap melemah karena kenaikan imbal hasil dan ekspektasi suku bunga yang masuk naik, mendorong rotasi keluar dari tema investasi tersebut dan kinerja reksa dana berbasis utang Ashmore membukukan kinerja di bawah acuannya pada triwulan ini.
Presiden Direktur Ashmore Asset Management Indonesia, Ronaldus Gandahusada menuturkan, volatilitas pasar meningkat menjelang akhir triwulan ini dan kemungkinan akan tetap tinggi dalam waktu dekat.
“Seperti yang telah kita lihat di siklus sebelumnya, dislokasi harga yang biasanya terjadi di situasi seperti ini memberikan peluang signifikan bagi Ashmore sebagai manajemen asset aktif yang memperoleh aset dengan fundamental yang kuat dengan valuasi yang sangat menarik, sehingga mendukung hasil kinerja jangka panjang,” ujar dia.
Kinerja Semester I 2022
Sebelumnya, PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR) menyampaikan kinerja perseroan untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2022. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan pendapatan usaha dari kegiatan manajer investasi senilai Rp 393,65 miliar. Capaian ini naik 17,37 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 335,85 miliar.
Bersamaan dengan itu, perseroan mencatatkan kenaikan beban usaha menjadi Rp 248,49 miliar dari Rp 219 miliar pada semester I 2021. Kendati demikian, laba usaha Ashmore Asset Management Indonesia masih tumbuh 24,73 persen menjadi Rp 145,15 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 116,38 miliar.
Pada periode yang sama, perseroan mencatatkan pendapatan keuangan sebesar Rp 3,74 miliar, beban keuangan Rp 1,17 miliar, keuntungan atas investasi Rp 2 miliar, dan keuntungan selisih kurs Rp 1,35 miliar. Dari rincian tersebut, setelah dikurangi beban pajak, perseroan berhasil mengantongi laba bersih Rp 118,47 miliar. Laba itu naik 18,93 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 99,62 miliar. Dengan demikian, laba per saham sebesar Rp 53 pada semester I 2022.
Laba per saham dasar ini telah disesuaikan dengan pemecahan nilai nominal saham pada 2021. Dari sisi aset perseroan sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 393,08 miliar, relatif sama atau turun tipis dari posisi akhir tahun lalu senilai Rp 393,13 miliar.
Liabilitas hingga Juni 2022 tercatat naik menjadi Rp 83,58 miliar dari Rp 80,95 miliar pada Desember 2021. Sementara ekuitas turun menjadi Rp 309,5 miliar dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 312,18 miliar.
Advertisement