Sukses

Diversifikasi, Ashmore Asset Management Bakal Luncurkan Produk Baru

Melihat siklus ekonomi saat ini, Direktur Ashmore Asset Management Steven Satya Yudha mengatakan perusahaan perlu berinovasi termasuk dalam penerbitan produk baru.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu upaya diversifikasi investasi, PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR) berencana menerbitkan sejumlah produk baru.

Melihat siklus ekonomi saat ini, Direktur Ashmore Asset Management Indonesia Steven Satya Yudha mengatakan perusahaan perlu berinovasi termasuk dalam penerbitan produk baru.

"Kami memiliki beberapa target produk baru dalam 1–2 tahun ke depan. Di antaranya investasi yang berbasis sektor riil yang selama ini kami melihat secara penetrasi masih rendah di pasar namun kami melihat minat yang tinggi karena kami percaya bahwa investasi berbasis sektor riil ini bisa jadi jangkar dari dana kelolaan 1–2 tahun ke depan,” kata Steve dalam paparan publik, ditulis Rabu (19/10/2022).

Selain itu, perusahaan memiliki rencana untuk menerbitkan reksa dana campuran yang lebih aktif dengan menggunakan pendekatan target return. Ashmore percaya, produk ini akan menarik dan diminati pasar dalam siklus yang penuh dengan tantangan seperti saat ini.

Tak hanya itu, Ashmore juga berencana menerbitkan produk berbasis offshore sharia. "Secara timing kami akan memantau dan menyesuaikan kondisi pasar saat ini karena kami melihat peluang untuk investasi di efek luar negeri saat ini sudah terbuka cukup baik dengan valuasi yang mulai menarik dan bisa berikan potensi imbal hasil yang tinggi dalam waktu 1–2 tahun ke depan,” ujar dia.

2 dari 4 halaman

Ashmore Himpun Dana Rp 1,5 Triliun dari Empat Produk Baru

Sebelumnya, PT Ashmore Asset Management Indonesia meluncurkan empat produk baru untuk periode kuartal I yang berakhir 30 September 2022. Selama kuartalan tersebut, Ashmore meluncurkan empat produk baru antara lain satu reksa dana dan tiga kontrak pengelolaan dana (KPD).

Perseroan menghimpun dana Rp 1,5 triliun atau setara USD 100 juta. Ashmore juga terus memperluas jangkauan produknya untuk diversifikasi dan memberikan pertumbuhan asset under management (AuM) atau dana kelolaan untuk menciptakan nilai bagi pemegang saham.

Pada kuartal ini, perseroan meluncurkan reksa dana syariah pasar uang pertamanya, Ashmore Dana Pasar Uang Syriah (ADPUS) yang tersedia melalui aplikasi bMoney, kemitraan strategis perusahaan dengan Bukalapak.

Setelah peluncuran aplikasi bMoney pada Juni 2021, BID telah menarik 680.000 pengguna dan meningkatkan dana kelolaan menjadi Rp 1,4 triliun (USD 91 juta) pada 30 September 2022. Demikian mengutip dari keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (14/10/2022).

Di sisi lain, dalam periode tiga bulan terakhir, dana kelolaan turun Rp 1 triliun atau setara USD 68 juta yang didorong oleh keluarnya dana investasi Rp 2 triliun atau setara USD 131 juta dan diimbangi oleh kenaikan kinerja investasi Rp 1 triliun atau USD 66 juta.

Perseroan membukukan dana kelolaan Rp 33,4 triliun hingga Juni 2022. Estimasi dana kelolaan September 2022 sebesar Rp 32,4 triliun. Rincian dana kelolaan hingga Juni 2022 antara lain reksa dana pendapatan tetap Rp 8,8 triliun, saham sebesar Rp 24,4 triliun, dan lainnya Rp 0,2 triliun. Sementara itu, estimasi per 30 September 2022 antara lain reksa dana pendapatan tetap sebesar Rp 8,3 triliun, saham sebesar Rp 23,9 triliun dan lainnya Rp 0,2 triliun.

Adapun tingkat inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga dan kekhawatiran resesi global telah mempengaruhi perilaku investasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Namun demikian, pada triwulan yang berakhir September 2022, pasar saham Indonesia tetap menjadi salah satu dengan kinerja terbaik secara global dan reksa dana saham utama Ashmore. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 3,33 persen. Pertumbuhan kinerja IHSG ini lebih tinggi dibandingkan MSCI World yang turun 5,6 persen.

3 dari 4 halaman

Volatilitas Pasar Meningkat

Ashmore membukukan kinerja lebih baik dari pada indeks acuan pada kuartal ini karena kinerja yang relatif lebih baik dan dengan latar belakang nasabah yang lebih menghindari risiko mendorong pengambilan untung dari nasabah sepanjang periode ini.

Reksa dana pendapatan tetap melemah karena kenaikan imbal hasil dan ekspektasi suku bunga yang masuk naik, mendorong rotasi keluar dari tema investasi tersebut dan kinerja reksa dana berbasis utang Ashmore membukukan kinerja di bawah acuannya pada triwulan ini.

Presiden Direktur Ashmore Asset Management Indonesia, Ronaldus Gandahusada menuturkan, volatilitas pasar meningkat menjelang akhir triwulan ini dan kemungkinan akan tetap tinggi dalam waktu dekat.

“Seperti yang telah kita lihat di siklus sebelumnya, dislokasi harga yang biasanya terjadi di situasi seperti ini memberikan peluang signifikan bagi Ashmore sebagai manajemen asset aktif yang memperoleh aset dengan fundamental yang kuat dengan valuasi yang sangat menarik, sehingga mendukung hasil kinerja jangka panjang,” ujar dia.

4 dari 4 halaman

Kinerja Semester I 2022

Sebelumnya, PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR) menyampaikan kinerja perseroan untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2022. Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan pendapatan usaha dari kegiatan manajer investasi senilai Rp 393,65 miliar. Capaian ini naik 17,37 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 335,85 miliar.

Bersamaan dengan itu, perseroan mencatatkan kenaikan beban usaha menjadi Rp 248,49 miliar dari Rp 219 miliar pada semester I 2021. Kendati demikian, laba usaha Ashmore Asset Management Indonesia masih tumbuh 24,73 persen menjadi Rp 145,15 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 116,38 miliar.

Pada periode yang sama, perseroan mencatatkan pendapatan keuangan sebesar Rp 3,74 miliar, beban keuangan Rp 1,17 miliar, keuntungan atas investasi Rp 2 miliar, dan keuntungan selisih kurs Rp 1,35 miliar. Dari rincian tersebut, setelah dikurangi beban pajak, perseroan berhasil mengantongi laba bersih Rp 118,47 miliar. Laba itu naik 18,93 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 99,62 miliar. Dengan demikian, laba per saham sebesar Rp 53 pada semester I 2022.

Laba per saham dasar ini telah disesuaikan dengan pemecahan nilai nominal saham pada 2021. Dari sisi aset perseroan sampai dengan Juni 2022 tercatat sebesar Rp 393,08 miliar, relatif sama atau turun tipis dari posisi akhir tahun lalu senilai Rp 393,13 miliar.

Liabilitas hingga Juni 2022 tercatat naik menjadi Rp 83,58 miliar dari Rp 80,95 miliar pada Desember 2021. Sementara ekuitas turun menjadi Rp 309,5 miliar dari posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 312,18 miliar.