Liputan6.com, Jakarta - PT Indika Energy Tbk (INDY) melalui anak usahanya PT Mitra Motor Group (MMG) menyertakan saham dalam PT Energi Makmur Buana yang bergerak di bidang industri kendaraan listrik roda empat atau mobil listrik pada 17 Oktober 2022.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa 18 Oktober 2022, penyertaan saham dilakukan MGM dalam bentuk konversi atas pinjaman Rp 20 miliar yang telah diberikan oleh MMG kepada Energi Makmur Buana (EMB) berdasarkan perjanjian pinjaman yang wajib dikonversi pada 16 September 2022.
Baca Juga
Setelah penyertaan saham berlaku efektif, susunan pemegang saham Energi Makmur Buana adalah MMG sebesar 49 persen, PT Buana Auto Sejahtera sebesar 51 persen.
Advertisement
“Penyertaan saham ini merupakan langkah strategis perseroan secara grup untuk melakukan ekspansi usaha ke sektor kendaraan listrik, khususnya kendaraan listrik roda empat di Indonesia,” tulis Sekretaris Perusahaan PT Indika Energy Tbk Adi Pramono dalam keterbukaan informasi BEI.
Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, Rabu, 19 Oktober 2022, saham INDY naik tipis 0,32 persen ke posisi Rp 3.090 per saham. Saham INDY dibuka stagnan Rp 3.080 per saham. Saham INDY berada di level tertinggi Rp 3.130 dan terendah Rp 3.050 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.909 kali. Total volume perdagangan 61.619 saham dengan nilai transaksi Rp 19 miliar.
Mengintip Rencana Indika Energy Usai Akuisisi Tambang Bauksit
Sebelumnya, PT Indika Energy Tbk (INDY) melalui anak usahanya PT Indika Mineral Investindo (IMI) telah menyelesaikan pengambilalihan 100 persen saham di PT Perkasa Investama Mineral (PIM) pada Senin, 26 September 2022.
Transaksi merupakan salah satu langkah perseroan secara grup untuk melakukan ekspansi usaha ke sektor non-batu bara khususnya mineral bauksit. Dalam waktu dekat, Head of Investor Relations Indika Energy, Ricardo Silaen mengatakan unit usaha ini difokuskan untuk kegiatan produksi.
Ke depan, perseroan tidak menutup kemungkinan untuk membangun smelter untuk garap potensi bauksit dari hulu hingga hilir.
“Karena ini masih baru, fokus prioritas utama untuk produksi. Arah jangka panjang kita akan bangun smelter. Nanti akan kembangkan riset… Arahnya mungkin lebih ke alumina ke depannya,” kata Ricardo dalam webinar Indonesia Investment Education, Sabtu, 1 Oktober 2022.
PT Indika Energy Tbk melalui anak usahanya merogoh USD 5 juta atau setara Rp 74,89 miliar untuk akuisisi 100 persen saham PIM. PT Perkasa Investama Mineral ini memiliki kegiatan usaha untuk melakukan aktivitas konsultasi manajemen dan perdagangan besar logam dan bijih logam.
PIM memiliki dua anak perusahaan yaitu PT Mekko Metal Mining yang bergerak di bidang usaha pertambangan bijih bauksit dan PT Perkasa Alumina Indonesia yang bergerak di bidang usaha industri pembuatan logam dasar bukan besi atau smelter. Adapun dalam penambangan bauksit, PIM telah bermitra dengan Petrosea dan tidak ada perubahan usai akuisisi.
"Kalau bauksit yang kita sudah akuisisi itu sudah kerjasama dengan Petrosea untuk melakukan mining contracting,” ujar Ricardo.
Pada Desember tahun lalu, PT Petrosea Tbk (PTRO) mengumumkan perolehan kontrak senilai USD 100 juta untuk proyek bauksit dengan jangka waktu 5 tahun. Diketahui, pihak-pihak yang melakukan kontrak dengan Petrosea adalah PT Mekko Metal Mining sebagai klien dan PT Perkasa Investama Mineral sebagai penanggung dari pihak klien.
Advertisement
Sederet Portofolio Investasi Indika Energy Menuju Net Zero Emisi pada 2025
Sebelumnya, PT Indika Energy Tbk (INDY) berkomitmen mencapai net zero emisi pada 2050. Bersamaan dengan itu, Indika Energy mencanangkan pendapatan dari non batu bara andil 50 persen pada 2025. Sehingga perseroan melakukan diversifikasi portofolio pada lini bisnis berkelanjutan.
Teranyar, PT Indika Energy Tbk (INDY) melalui anak usaha perseroan yaitu PT Mitra Motor Group (MMG) mendirikan perusahaan patungan bersama Foxteq Singapore Pte Ltd pada 22 September 2022. Perusahaan patungan itu bernama PT Foxconn Indika Motor (FIM).
"Minggu lalu kami sudah umumkan bahwa kami membentuk JV dengan Foxconn untuk kembangkan 4 wheelers, dalam hal ini lebih ke komersial namanya Foxconn Indika Motor. Kami berencana melakukan manufacturing, komersial EV maupun electric battery dan juga ada beberapa konsultasi servis,” kata Head of Investor Relations Indika Energy, Ricardo Silaen dalam webinar Indonesia Investment Education, Sabtu (1/10/2022).
Adapun komposisi pemegang saham FIM antara lain MMG sebesar 60 persen dan Foxconn sebesar 40 persen.
Selain itu, perseroan juga menginisiasi green business solar power dengan mendirikan PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS). Yakni usaha patungan yang diprakarsai Indika Energy dengan Fourth Partner Energy (4PEL), pengembang tenaga surya terkemuka di India. Perusahaan patungan ini fokus menyediakan platform solusi energi terbarukan satu atap untuk sektor komersial dan industri di Indonesia.
"Targetnya di 2025 kami bisa instal 500 MW. Saat ini kami punya 50 MW yang terinstal,” kata Ricardo.
Tambang Emas
Hutan Tanaman Industri (Indika Multi Properti)
Untuk mengurangi exposure dari bisnis batu bara, Indika juga memiliki Indika Multi Properti dengan empat konsesi hutan tanaman industri seluas lebih dari 170 ribu hektar di KAlimantan. Perusahaan ini, memiliki rencana untuk mengembangkan wood pellet untuk biomassa dan carbon offset.
“Target kita bisa produksi wood pallets itu sampai dengan 700 KTon, kemudian Carbon Offset 550-600 KTons CO2e,” papar Ricardo.
Tambang Emas (Nusantara Resources Ltd)
INDY memiliki investasi strategis di proyek emas Awak Mas yang berlokasi di Sulawesi Selatan. Tahap awal produksi direncanakan pada awal 2025. Proyek ini memiliki potensi sumber daya mencapai 2,29 juta ounce dan potensi cadangan 1,45 juta ounce dengan total area konsesi 14.390 hektare, area tereksplorasi 2.000 hektare. Status perkembangan proyek tersebut adalah FEED dan definitive feasibility study telah selesai sejak 2018.
"Saat ini kami sudah menyelesaikan Front End Engineering Design (FEED). Kemudian tahun depan kita harapkan sudah mulai lakukan kosnstruksi dan beroperasi di 2025 dengan output per tahun rata-rata 100 ribu ons,” ujar Ricardo.
Advertisement