Liputan6.com, Jakarta - PT Kalbe Farma Tbk Tbk (KLBF) caplok 100 persen saham PT Aventis Pharma. Hal ini setelah perseroan teken perjanjian pembelian saham dengan PT Usaha Minidin Raya pada 20 Oktober 2022.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Selasa (25/10/2022), PT Kalbe Farma Tbk dan PT Usaha Minidin telah menandatangani perjanjian pembelian saham untuk mengalihkan kepemilikan saham Aventis Pharma milik Usaha Minidin kepada perseroan.
Baca Juga
Melalui transaksi tersebut, perseroan akan peroleh 20 persen kepemilikan atas PT Aventis Pharma. Perseroan sebelumnya telah menandatangani perjanjian pembelian saham dengan Sanofi Aventis Participations dan Hoechst GMBH pada 22 Juli 2022 untuk ambil alih 80 persen kepemilikan pada PT Aventis Pharma.
Advertisement
"Dengan demikian, secara keseluruhan perusahaan telah menandatangani perjanjian pembelian saham atas 100 persen saham PT Aventis Pharma,” tulis manajemen perseroan.
Adapun transaksi tersebut diharapkan berdampak positif terhadap kinerja perseroan terutama divisi obat resep. “Penyelesaian transaksi tersebut masih bergantung pada pemenuhan beberapa persyaratan pada perjanjian pembelian saham,” tulis perseroan.
Pada penutupan perdagangan saham Selasa, 25 Oktober 2022, saham KLBF naik 0,25 persen ke posisi Rp 2.000 per saham.
Saham KLBF dibuka naik 15 poin ke posisi Rp 2.020 per saham. Saham KLBF berada di level tertinggi Rp 2.070 dan terendah Rp 1.975 per saham. Total frekuensi perdagangan 4.921 kali dengan volume perdagangan 487.896 saham. Nilai transaksi Rp 98,6 miliar.
Realisasi Belanja Modal Semester I 2022
Sebelumnya, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) telah merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai Rp 282 miliar pada paruh pertama 2022.
Sekretaris Perusahaan Kalbe Farma, Lukito Kurniawan Gozali mengatakan, sebagian besar belanja modal tahun ini dialokasikan untuk pemeliharaan alat produksi.
“Realisasi capex Rp 288 miliar untuk semester I 2022. Kita target capex tahun ini Rp 1 triliun. Tahun depan juga Rp 1 triliun,” kata Lukito dalam Public Expose Live 2022, Selasa (13/8/2022).
Secara keseluruhan, sebesar Rp 300-400 miliar dari belanja modal dialokasikan untuk biaya pemeliharaan alat produksi atau maintenance. Seemntara sisanya akan digunakan untuk mendanai proyek-proyek kecil di masa mendatang.
Di tengah kondisi ekonomi yang mulai kembali pulih dan ekspektasi transisi Covid-19 ke arah endemi, perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan dan laba bersih hingga akhir tahun masing-masing tumbuh 11–15 persen yoy. Optimisme Perseroan untuk tumbuh mendorong Perseroan terus konsisten melakukan aktivitas riset dan pengembangan.
Walaupun menghadapi ketidakpastian yang meningkat karena krisis geopolitik global, perseroan berupaya menjaga ketersediaan produk dan meminimalkan dampak kenaikan harga bahan baku dengan melakukan efisiensi biaya dan strategi pengelolaan harga.
"Perseroan menggabungkan strategi pengelolaan portofolio produk, mengelola efektivitas kegiatan penjualan dan pemasaran, melakukan transformasi pemanfaatan teknologi digital, serta mengendalikan biaya-biaya operasional lainnya untuk mempertahankan tingkat laba usaha,” ungkap Lukito.
Advertisement
Kontribusi Aventis
Sebelumnya, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) membeli saham Aventis Pharma milik Sanofi Aventis Participations dan Hoechst GMBH (Sanofi). Terdapat pengalihan 80 persen saham Sanofi di PT Aventis Pharma ke Kalbe.
Termasuk fasilitas produksi yang berlokasi di Jakarta, aset dan hak distribusi serta pemasaran obat resep dan vaksin Sanofi di Indonesia. Proses akuisisi sendiri ditargetkan rampung pada Oktober tahun ini. Sehingga diharapkan dapat berkontribusi pada pendapatan perseroan secara full year mulai 2023.
"Kita percaya kontribusi dari akuisisi akan menambah pertumbuhan penjualan dari Kalbe sekitar 3-4 persen untuk 2023,” kata Direktur Keuangan Kalbe Farma Bernadus Karmin Winata dalam Public Expose Live 2022, Selasa (13/9/2022).
Sayangnya, perseroan belum bisa mengungkapkan berapa nilai transaksi dari akuisisi tersebut. Sebelumnya manajemen perseroan mengatakan bahwa transaksi akan didanai oleh kas internal atau pendanaan pinjaman bank.
"Berapanya kita masih terikat confidential disclosure dengan Sanofi. Namun yang pasti akan kita coba selesaikan transaksinya Oktober. Mudah-mudahan akhir bulan depan sudah selesai,” imbuh Karmin.
Dengan kondisi ekonomi yang mulai kembali pulih dan ekspektasi transisi Covid-19 ke arah endemi, perseroan menargetkan pertumbuhan penjualan bersih dan laba bersih tahun ini masing-masing di kisaran 11-15 persen.
Perseroan juga mempertahankan anggaran belanja modal sebesar Rp 1 triliun yang akan digunakan untuk perluasan kapasitas produksi dan distribusi. Rasio pembagian dividen dipertahankan pada rasio 45 persen-55 persen, dengan memperhatikan ketersediaan dana dan kebutuhan pendanaan internal.
Kalbe Farma Bersama EFC Dirikan Perusahaan Patungan di Filipina
Sebelumnya, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melalui Kalbe International Pte Ltd mendirikan perusahaan baru joint venture bersama Ecossential Foods Corp (EFC) pada 25 Agustus 2022.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Selasa (6/9/2022), PT Kalbe Farma Tbk mendirikan perusahaan baru bernama Kalbe Ecossential International Inc (KEI) yang berkedudukan di Filipina.
Entitas anak ini bergerak dalam bidang penjualan dan distribusi produk dan jasa kesehatan dengan kepemilikan saham 130 juta peso Filipina.
Dari modal dasar tersebut telah ditempatkan dan disetor penuh 30 juta Peso Filipina. Masing-masing dengan bagian kepemilikan saham KEI adalah Kl berjumlah 18 juta peso Filipina atau sebesar 60 persen dan EFC berjumlah 12 juta peso Filipina atau setara 40 persen.
“Pendirian KEI bertujuan untuk menunjang kegiatan usaha perseroan,” tulis manajemen perseroan.
Pada penutupan perdagangan Senin, 5 September 2022, saham KLBF melemah 2,09 persen ke posisi Rp 1.640 per saham.
Saham KLBF dibuka turun 20 poin ke posisi Rp 1.655 per saham. Saham KLBF berada di level tertinggi Rp 1.655 dan terendah Rp 1.640 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.262 kali dengan volume perdagangan 212.914 saham. Nilai transaksi Rp 35,1 miliar.
Advertisement