Sukses

Produsen Air Minum Cleo Kantongi Penjualan Rp 1 Triliun, Tumbuh 26,35 Persen hingga September 2022

PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) membukukan pertumbuhan penjualan dan laba bersih hingga September 2022.

Liputan6.com, Jakarta - PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), produsen air minum kemasan Cleo mencatatkan kinerja positif hingga kuartal III 2022. Sariguna Primatirta membukukan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp 150,94 miliar meningkat 10,50 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 136,59 miliar.

Mengutip laporan keuangan Sariguna Primatirta, Rabu (26/10/2022),penjualan bersih meningkat 26,35 persen menjadi Rp 1,01 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 802,94 miliar.

Beban pokok penjualan perseroan hingga kuartal III 2022 mencapai Rp 621,04 miliar atau meningkat 35,84 persen dari realisasi sebelumnya sebesar Rp 457,17 miliar

Dengan demikian, laba bruto meningkat 13,79 persen dari Rp 345,76 miliar per kuartal III 2021 menjadi Rp 393,47 miliar hingga kuartal III 2022.

Beban penjualan perseroan naik menjadi Rp 109,89 miliar hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 94,39 miliar. Beban umum dan administrasi naik menjadi Rp 57,03 miliar hingga kuartal III 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 55,07 miliar.

Sedangkan, beban keuangan menurun menjadi Rp 9,1 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 13,19 miliar. Dengan melihat kondisi tersebut, perseroan membukukan laba per saham dasar Rp 12,58 hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 11,38.

Sementara itu, aset senilai Rp 1,64 triliun hingga kuartal III 2022 meningkat dari akhir tahun lalu sebesar Rp 1,34 triliun. Kemudian, liabilitas sebesar Rp 505,66 miliar hingga kuartal III 2022 meningkat dari akhir tahun lalu sebesar Rp 346,60 miliar.

Sedangkan, ekuitas tercatat sebesar Rp 1,14 triliun hingga kuartal III 2022 menurun dari akhir tahun lalu Rp 1,34 triliun. Perseroan kantongi kas dan bank Rp 3,04 miliar hingga September 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 4,76 miliar.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu, 26 Oktober 2022, saham CLEO turun 2,01 persen ke posisi Rp 730 per saham. Saham CLEO dibuka turun lima poin ke posisi Rp 740 per saham.

Saham CLEO berada di level tertinggi Rp 745 dan terendah Rp 695 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.908 kali dengan volume perdagangan 346.084 saham. Nilai transaksi Rp 24,8 miliar.

2 dari 4 halaman

Wadirut Sariguna Primatirta Beli 269,65 Juta Saham CLEO

Sebelumnya, Wakil Direktur Utama (Wadirut) PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) Melisa Patricia melalui PT Mulia Prima Tunggal membeli saham CLEO pada 19 September 2022.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (25/9/2022). Melisa membeli 269.650.000 saham dengan harga Rp 450 per saham. Dengan demikian, nilai transaksi pembelian saham CLEO tersebut sekitar Rp 121,34 miliar.

“Tujuan transaksi investasi, status kepemilikan tidak langsung,” tulis Melissa dalam keterbukaan informasi BEI.

Adapun kepemilikan dalam transaksi pembelian saham ini melalui PT Mulia Prima Tunggal. PT Mulia Prima Tunggal dimiliki oleh Melisa Patricia sebesar 99,96 persen.

Setelah transaksi pembelian saham CLEO tersebut, kepemilikan langsung 52.000.000 lembar saham atau setara 0,43 persen, kepemilikan tidak langsung sebesar 310.000.000 lembar saham atau setara 2,58 persen. Jumlah kepemilikan menjadi 362.000.000 lembar saham CLEO.

Sebelum transaksi, kepemilikan langsung 52.000.000 lembar saham atau 0,43 persen, kepemilikan tidak langsung sebesar 40.350.000 lembar saham atau 0,34 persen dan jumlah kepemilikan 92.350.000 lembar saham atau 0,77 persen.

Pada penutupan perdagangan Jumat, 23 September 2022, saham CLEO naik 0,40 persen ke posisi Rp 500 per saham. Saham CLEO dibuka stagnan Rp 498 per saham. Saham Sariguna Primatirta berada di level tertinggi Rp 520 dan terendah Rp 500 per saham. Total frekuensi perdagangan 1.809 kali dengan volume perdagangan 324.914 saham. Nilai transaksi Rp 16,4 miliar.

3 dari 4 halaman

Sariguna Primatirta Mulai Pasang PLTS Atap di Pabrik Terbesar

Sebelumnya, PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO) emiten produsen air minum dalam kemasan (AMDK) berkomitmen mendukung program ketahanan energi pemerintah yaitu mempercepat pencapaian target bauran energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia sebesar 23 persen pada 2025 dan mencapai net zero carbon emission pada 2060. 

Selain menjadi strategi ramah lingkungan di tengah kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), hal ini juga sesuai dengan komitmen aktif Sariguna Primatirta dalam pemanfaatan energi bersih dan berkelanjutan yang dapat menjaga kelestarian lingkungan sejalan dengan nilai sustainability pada aspek environmental, social dan governance (ESG) di seluruh unit bisnis.

"Saat ini, Gerakan Nasional Sejuta Surya Atap (GNSSA) telah memasuki tahun kelima. Dengan turut serta dalam penandatanganan deklarasi GNSSA ini, Perseroan menunjukkan komitmennya secara sungguh-sungguh melalui pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap yang terhubung dengan jaringan PLN melalui sistem on-grid di delapan pabrik Perseroan yang tersebar dari Jawa Barat hingga Jawa Timur,” ujar  Corporate Secretary,  Lukas Setio Wongso Wong, dikutip dari keterangan resmi, ditulis Jumat (16/9/2022).

Langkah perseroan dimulai dengan pemasangan PLTS Atap di pabrik terbesar di Pandaan, yang kemudian disusul oleh tujuh pabrik lainnya yaitu di Kediri, Mojokerto, Bojonegoro, Kudus, Cirebon, Gunung Sindur, dan Citeureup.

4 dari 4 halaman

Selanjutnya

"Seluruh PLTS Atap tersebut diharapkan sudah dapat dioperasikan di akhir 2022. Tidak berhenti di situ saja, komitmen manajemen PT Sariguna Primatirta Tbk terhadap EBT masih berlanjut dengan rencana pembangunan PLTS Atap di tahun-tahun berikutnya,” tulis Perseroan.

Selain merupakan salah satu cara ideal dalam upaya untuk meningkatkan bauran EBT, mengingat karena letak geografis Indonesia yang sangat mendukung, bagi Perseroan pemanfaatan PLTS juga membantu peningkatan efisiensi energi yang bermuara pada penurunan biaya operasional. 

Sementara itu, potensi bauran energi terbarukan Perseroan dari penggunaan PLTS tersebut mencapai 10 persen dari total pemakaian energi listrik yang ada setiap tahun. 

Pemanfaatan PLTS tersebut juga berpotensi mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) hingga 4.022-ton CO2 per tahun.