Sukses

Inflasi hingga Suku Bunga The Fed Bebani IHSG pada 31 Oktober-4 November 2022

Data ekonomi baik domestik dan global bayangi laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan pada 31 Oktober-4 November 2022.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada periode 31 Oktober-4 November 2022. Analis menilai, IHSG masih dipengaruhi data ekonomi global dan domestik seperti inflasi.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (5/11/2022), IHSG turun tipis 0,15 persen ke posisi 7.045,52 pada 31 Oktober-4 November 2022. Pada pekan lalu, IHSG berada di posisi 7.056,04. Kapitalisasi pasar bursa turun 0,27 persen menjadi Rp 9.342,69 triliun. Kapitalisasi pasar tersebut susut Rp 25,6 triliun dari pekan lalu Rp 9.368,322 triliun.

Rata-rata frekuensi transaksi harian bursa merosot 1,98 persen menjadi 1.195.583 transaksi selama sepekan dari 1.219.787 transaksi pada pekan sebelumnya. Sementara itu, rata-rata volume transaksi bursa merosot 6,35 persen menjadi 20,651 miliar dari 22,052 miliar saham pada pekan lalu.

Sementara itu, rata-rata nilai transaksi harian bursa menguat 2,62 persen menjadi Rp 13,35 triliun dari Rp 13,01 triliun pada pekan lalu.

Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menuturkan, pergerakan IHSG selama sepekan dipengaruhi oleh rilis data ekonomi baik dari dalam dan luar negeri.

“Dari luar negeri kita dapat cermati laju inflasi yang masih tinggi di negara-negara Eropa dan naiknya suku bunga the Federal Reserve (the Fed) ke level 4 persen sesuai dengan estimasi konsensus, di samping itu, ada kenaikan imbal hasil UST note 10 years ke angka 4 persen,” ujar dia.

Sementara itu, Herditya menilai, investor pun masih khawatir dan mencermati akan kebijakan moneter the Fed yang akan semakin ketat dan agresif dalam membendung inflasi di Amerika Serikat (AS) dengan target 2 persen.

Dari dalam negeri, terdapat rilis data inflasi Oktober yang cenderung turun ke angka 5,71 persen YoY. Pada September 2022 tercatat 5,95 persen. “Dan juga masih adanya rilis kinerja emiten-emiten dalam negeri yang turut mempengaruhi pergerakan IHSG,” ujar dia.

Pada pekan depan, Herditya prediksi, IHSG berpotensi melemah. “Untuk sepekan ke depan, kami memperkirakan pergerakan IHSG cenderung volatile dan rawan koreksi dengan area support di 6.962 dan resistance di 7.128,” kata dia.

2 dari 4 halaman

Pencatatan Obligasi pada 31 Oktober-4 November 2022

Pada pekan ini terdapat pencatatan tiga  obligasi dan satu sukuk di PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada hari terakhir Oktober atau tepatnya Senin, 31 Oktober 2022, PT Federal International Finance menerbitkan Obligasi Berkelanjutan V Federal International Finance dengan Tingkat Bunga Tetap Tahap IV Tahun 2022 yang resmi dicatatkan di BEI dengan nilai obligasi sebesar Rp 1,17 triliun terdiri dari dua seri.

Obligasi Seri A dengan nilai nominal Rp 500,76 miliar dan tingkat bunga tetap 5 persen  per tahun serta jangka waktu 370 hari kalender.

Obligasi Seri B dengan nilai nominal Rp 676,24 miliar dan tingkat bunga tetap 6,80 persen per tahun serta jangka waktu 36 bulan. PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) dan PT Fitch Ratings Indonesia (Fitch) menyematkan peringkat idAAA (Triple A) dan AAA(idn) (Triple A) untuk obligasi ini. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk bertindak sebagai wali amanat dalam emisi ini.

 

3 dari 4 halaman

Pencatatan Obligasi Lainnya

Selanjutnya pada Rabu, 2 November 2022, PT Voksel Electric Tbk. menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Voksel Electric Tahap I Tahun 2022 yang resmi dicatatkan di BEI dengan nilai nominal sebesar Rp 250 miliar dan tingkat bunga tetap 9,9 persen per tahun serta jangka waktu 370 hari.

Hasil pemeringkatan dari PT Kredit Rating Indonesia untuk obligasi adalah idA- (Single A Minus). Bertindak sebagai wali amanat emisi ini adalah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.

Pada Jumat, 4 November 2022, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk menerbitkan Obligasi Berkelanjutan III Wijaya Karya Tahap I Tahun 2022 dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan III Wijaya Karya Tahap I Tahun 2022 yang resmi dicatatkan di BEI terdiri dari masing-masing 3 seri.

Obligasi Seri A dicatakan dengan nilai nominal Rp 479,80 milliar dan tingkat bunga 9,90 persen, serta jangka waktu 3 tahun sejak tanggal emisi. Selanjutnya Seri B dicatatkan dengan nilai nominal Rp 275,23 miliar dan tingkat bunga 10,50 persen, serta jangka waktu 5 tahun sejak tanggal emisi.

Seri C dicatatkan dengan nilai nominal Rp 449,8 miliar dan tingkat bunga 10,90 persen, serta jangka waktu 7 tahun sejak tanggal emisi.

 

4 dari 4 halaman

Total Emisi Obligasi Sentuh Rp 137,87 Triliun

Sedangkan untuk Sukuk Mudharabah Berkelanjutan III Wijaya Karya Tahap I Tahun 2022 Seri A dicatatkan dengan nilai nominal Rp 109,32 miliar serta tingkat indikasi bagi hasil 9,90 persen dan jangka waktu 3 tahun sejak tanggal emisi.

Kemudian Seri B dicatatkan dengan nilai nominal Rp 140,49 miliar serta tingkat indikasi bagi hasil 10,50 persen, dan jangka waktu 5 tahun sejak tanggal emisi.

Sukuk Seri C dicatatkan dengan nilai nominal Rp 32 miliar  serta tingkat indikasi bagi hasil 10,90 persen, dan jangka waktu 7 tahun sejak tanggal emisi. PEFINDO memberikan peringkat idA (Single A) untuk obligasi dan idAsy (Single A Syariah) untuk sukuk mudharaba. PT Bank Mega Tbk. bertindak sebagai wali amanat dalam emisi ini.

Total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat sepanjang 2022 adalah 111 emisi dari 72 emiten senilai Rp137,87 triliun.

Dengan seluruh pencatatan tersebut, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 519 emisi dengan nilai nominal outstanding Rp462,19 triliun dan USD47,5 juta, diterbitkan oleh 126 emiten. Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 178 seri dengan nilai nominal Rp5.131,04 triliun dan USD438,31 juta. Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 10 emisi senilai Rp3,11 triliun