Liputan6.com, Jakarta - Amazon mengambil langkah hentikan sementara perekrutan karyawan dan mengharapkan mempertahankan kebijakan tersebut selama berbulan-bulan. Hal ini sebagai tanda terbaru bahkan perusahaan teknologi terbesar pun memikirkan kembali karyawan dalam iklim ekonomi yang tidak pasti.
Wakil Presiden SDM dan Teknologi Amazon, Beth Galetti menuturkan, pihaknya telah memutuskan menerapkan jeda pada perekrutan tambahan tenaga kerja di Amazon. Ia menyampaikan itu dalam memo kepada karyawan pada Kamis, 3 November 2022.
Baca Juga
“Kami telah melakukannya di beberapa bisnis kami dalam beberapa minggu terakhir, dan telah menambahkan bisnis kami yang lain ke pendekatan ini,” tulis Galetti dikutip dari CNBC, Minggu (6/11/2022).
Advertisement
Amazon mengantipasi mempertahankan jeda ini selama beberapa bulan ke depan dan akan terus memantau situasi ekonomi dan bisnis untuk menyesuaikan hal yang masuk akal.
“Amazon akan terus merekrut untuk beberapa karyawan yang resign. Dan ada beberapa tempat yang ditargetkan di mana kami akan terus mempekerjakan karyawan secara bertahap,” ujar dia.
Amazon melihat bisnisnya booming selama pandemi COVID-19 karena lebih banyak pelanggan beralih ke belanja online. Akan tetapi, pembatasan pandemi COVID-19 mereda, Amazon harus hadapi tantangan ganda lebih banyak orang yang kembali berbelanja secara langsung dan prospek ekonomi yang memburuk membebani permintaan konsumen.
Pada akhir pekan lalu, Amazon memperkirakan pendapatan untuk kuartal liburan akan lebih ringan dari perkiraan analis sehingga sebabkan sahamnya turun tajam. Saham Amazon melemah lebih dari 45 persen pada 2022.
Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan teknologi termasuk induk usaha Google Alphabet, induk usaha Meta Facebook, Twitter dan banyak lagi juga telah mengumumkan rencana memperlambat perekrutan dan memangkas biaya di tengah ketidakpastian ekonomi.
Kapitalisasi Pasar Amazon di Bawah USD 1 Triliun untuk Pertama Kali Sejak April 2020
Sebelumnya, Amazon telah keluar dari klub triliunan dolar AS atau USD. Saham e-retailer tersebut anjlok 5,9 persen pada Selasa, 1 November 2022, dan jatuh dalam hari kelima berturut-turut. Bahkan saham Amazon ditutup pada level terendah sejak April 2020.
Aksi jual telah menghapus hampir semua lonjakan saham saat pandemi COVID-19. Investor terus menghukum perusahaan karena perkiraan kuartal IV minggu lalu yang mengecewakan. Amazon mengatakan, pendapatan selama kuartal liburan akan tumbuh 2 persen hingga 8 persen dibandingkan periode tahun lalu, jauh di bawah perkiraan analis.
Divisi cloud, Amazon Web Services, juga melaporkan penjualan yang lebih lemah dari perkiraan. Ini adalah pertama kalinya kapitalisasi pasar Amazon berada di bawah USD 1 triliun. Kapitalisasi pasar saham Amazon sekitar USD 987,06 miliar atau sekitar Rp 15.443 triliun (asumsi kurs Rp 15.645 per dolar AS) sejak April 2020.
Saham tersebut telah jatuh 42 persen pada 2022 dan berada pada kecepatan untuk tahun terburuk sejak 2008, ketika turun 45 persen.
Advertisement
Selanjutnya
Satu-satunya tahun lain yang lebih buruk adalah selama kehancuran dot-com tahun 2000, ketika perusahaan alami kerugian 80 persen dari valuasinya.
Seperti raksasa teknologi lainnya, Amazon telah berjuang tahun ini karena ekonomi yang merosot, inflasi yang melonjak, dan kenaikan suku bunga.
Selain itu, Amazon telah dipaksa untuk mengurangi setelah berkembang secara dramatis selama pandemi, sekarang konsumen telah kembali ke toko.
Amazon telah menjadi pemain terburuk kedua di grup raksasa teknologi tahun ini, di belakang perusahaan induk Facebook, Meta, yang anjlok 72 persen.
Meta memberi tahu investor pekan lalu pendapatan pada kuartal IV kemungkinan akan turun untuk periode ketiga berturut-turut.