Sukses

Inflasi Tinggi di AS Masih Bayangi Pasar

Bank sentral AS memperingatkan meski tingkat inflasi AS Oktober lebih rendah dari angka sebelumnya, tingkat inflasi masih terlalu tinggi dibandingkan target jangka waktu 2 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Inflasi Amerika Serikat (AS) dinilai masih tinggi meski mereda pada Oktober 2022. Hal ini seiring tingkat pengangguran AS yang masih rendah dan pasar tenaga kerja AS tetap kuat.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (13/11/2022), tingkat inflasi global telah melambat berdasarkan pembacaan beberapa bulan, dan banyak yang bertanya-tanya apakah inflasi tinggi sudah terlewati?

Bank sentral Amerika Serikat (AS) memperingatkan meski tingkat inflasi AS Oktober lebih rendah dari angka sebelumnya,  tingkat inflasi masih terlalu tinggi dibandingkan target jangka waktu 2 persen.Adapun inflasi Oktober 2022 sebesar 7,7 persen,

"Masih terlalu dini untuk mengatakan inflasi telah mencapai puncaknya. Alasannya tingkat pengangguran AS masih rendah sebesar 3,7 persen dan pasar tenaga kerja AS tetap kuat dengan menambahkan 261 ribu pekerjaan pada Oktober 2022 dari harapan 200 ribu pekerjaan,” demikian mengutip dari laporan Ashmore Asset Management.

Adapun harga bahan pokok rumah tangga antara lain energi naik 17,6 persen, makanan sebesar 12,4 persen dan rumah naik 6,9 persen, serta catat kontribusi signifikan inflasi. “Semua faktor di atas dapat memperkuat pandangan the Fed untuk tidak berputar dalam waktu dekat,”

Sementara itu, di Indonesia, inflasi meski relatif tinggi, harga bahan bakar minyak (BBM) naik dan lonjakan kasus COVID-19, keyakinan konsumen Indonesia naik pada Oktober 2022. Di sisi lain, dampak dari kenaikan bahan bakar baru-baru ini juga mulai mereda.

 

2 dari 3 halaman

IHSG Uji Posisi 7.000 pada 7-11 November 2022

Saat kunjungan analis ke Mayora pada pekan ini menunjukkan tingkat konsumsi masih baik. “Perusahaan menaikkan harga tahun ini dan masih menunjukkan kenaikan volume dalam negeri dan ekspor. Perusahaan juga bakal serap seluruh belanja modal untuk memperluas lini produksi,” tulis Ashmore.

Mengingat tahun pemilu Indonesia sudah dekat, diharapkan tingkat konsumsi domestik tetap mendukung.

Di sisi lain, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguji level 7.000 berulang kali pekan ini. IHSG ditutup naik 0,62 persen pada 7-11 November 2022. Sejumlah sektor saham berkontribusi paling signifikan pekan ini antara lain teknologi sebesar 4,44 persen, keuangan naik 1,79 persen, dan sektor bahan dasar 1,3 persen.

Sedangka sektor saham transportasi melemah 2,44 persen, sektor energi merosot 2,35 persen dan industri susut 1,35 persen.  “Kami mempertahankan saham akan terus lanjut untuk bertindak sebagai aset lindung nilai inflasi saat ini dan tetap berhati-hati dengan obligasi mengingat suku bunga global belum melambat,” tulis Ashmore.

3 dari 3 halaman

Data Ekonomi Pekan Ini

Adapun pekan ini sejumlah data ekonomi global yang keluar antara lain dari Amerika Serikat mencatat inflasi mencapai 7,7 persen hingga Oktober 2022. Inflasi tersebut terendah sejak Januari 2022, dan di bawah prediksi 8 persen. Inflasi tersebut lebih rendah dari September sebesar 8,2 persen.

Dari Inggris dilaporkan produk domestik bruto (PDB) tercatat 2,4 persen pada kuartal III 2022. PDB Inggris itu di atas harapan konsensus 2,1 persen.

Sementara itu, inflasi Rusia turun menjadi 12,6 persen pada Oktober 2022 dari sebelumnya 13,7 persen. Inflasi melambat ke posisi terendah sejak serangan ke Ukraina pada Februari 2022.

Dari China dilaporkan neraca perdagangan surplus USD 85,2 miliar pada Oktober 2022. Neraca perdagangan itu sedikit berubah dari surplus USD 84,4 miliar pada periode sama tahun sebelumnya. Namun, neraca perdagangan itu meleset dari perkiraan pasar sebesar USD 95,95 miliar.

Selain itu, Jepang mencatat penurunan surplus neraca transaksi berjalan menjadi 909,3 miliar Yen pada September 2022 dari sebelumnya 1,65 triliun Yen pada periode sama tahun sebelumnya.

Selanjutnya indeks NAB business confidence Australia turun lima poin menjadi 0 pada Oktober 2022, angka terendah sejak Desember 2021.

Dari Indonesia, ekonomi Indonesia tumbuh 5,72 persen year on year pada kuartal III 2022. Angka ini lebih rendah dari perkiraan pasar 5,89 persen.