Sukses

Gandeng Zhejiang Huayou Cobalt, Vale Indonesia Bakal Proses Produksi Bijih Nikel di Blok Pomalaa

Proyek HPAL Blok Pomalaa diperkirakan menghasilkan hingga 120 kiloton nikel yang menjadi bagian penting untuk mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik.

Liputan6.com, Jakarta - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menandatangani Perjanjian Kerjasama Definitif bersama Zhejiang HuayouB20 Cobalt Co., Ltd (Huayou) pada Minggu, 13 November 2022 untuk memproses bijih nikel PT Vale dari Blok Pomalaa di Kolaka, Sulawesi Tenggara, sebuah tonggak penting sebagai bagian dari rangkaian proyek.

Perjanjian ini, yang ditandatangani pada Minggu bersamaan dengan acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) B20/G20 di Nusa Dua, Bali, merupakan bagian dari komitmen PT Vale untuk membangun portofolio proyek kelas dunia dan memperkuat penambangan berkelanjutan generasi berikutnya di Indonesia.

"Proyek High-Pressure Acid Leach (HPAL) Blok Pomalaa adalah landasan agenda pengembangan berkelanjutan PT Vale yang akan memperkuat pembangunan ekonomi dan sosial di tingkat lokal dan nasional menuju masa depan,” ujar CEO PT Vale Indonesia Febriany Eddy dikutip dari keterangan tertulis dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Senin (14/11/2022).

"Proyek ini merupakan bukti komitmen PT Vale terhadap praktik penambangan berkelanjutan yang selaras dengan prioritas B20 untuk memastikan transisi energi yang adil dan teratur,” ia menambahkan.

Proyek HPAL Blok Pomalaa diperkirakan menghasilkan hingga 120 kiloton nikel yang menjadi bagian penting untuk mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik.

"Kerja sama kami merupakan kombinasi sempurna antara keunggulan sumber daya mineral PT Vale dan keunggulan teknologi HPAL Huayou yang canggih untuk mencapai pengembangan sumber daya mineral yang berkelanjutan,” tutur Ketua Huayou Chen Xuehua.

"Kami juga akan bekerja sama dengan PT Vale untuk memastikan pengadopsian dan penerapan praktik-praktik unggulan lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG),” ia menambahkan.

Perjanjian ini terkait dengan nota kesepahaman (MoU) yang tidak mengikat dengan Huayou dan Ford Motor Company pada Juli 2022.

2 dari 4 halaman

Produksi Nikel Vale Indonesia Melambung 39 Persen pada Kuartal III 2022

Sebelumnya,  Vale Indonesia Tbk (INCO) mengumumkan hasil produksi untuk kuartal III 2022. Pada periode tersebut, perseroan berhasil memproduksi 17.513 metrik ton nikel dalam matte. Raihan ini naik dibandingkan produksi pada kuartal II 2022 sebesar 12.567 metrik ton, tetapi turun dibandingkan kuartal III 2021 sebesar 18.127 metrik ton.

"Volume produksi kami pada kuartal III 2022 adalah sekitar 39 persen lebih tinggi dibandingkan dengan volume produksi yang direalisasikan pada kuartal II 2022 terutama disebabkan oleh selesainya pembangunan kembali Tanur 4 pada Juni 2022 dan kami berhasil meningkatkan kapasitas Tanur 4 pada kuartal III 2022,” jelas Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk, Bernardus Irmanto dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (17/10/2022).

Secara akumulatif sejak Januari—September, perseroan telah memproduksi 43.907 metrik ton nikel dalam matte. Turun 9,23 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 48.373 metrik ton.

"Produksi kami pada sembilan bulan pada 2022 lebih rendah 9 persen dibandingkan dengan produksi pada 9M21 terutama disebabkan oleh adanya pelaksanaan proyek pembangunan kembali Tanur 4 pada semester I 2022,” imbuh Bernardus.

Ia menambahkan, perseroan akan mengoptimalkan produksi untuk mencapai target yang tersisa tahun ini. Upaya itu dengan tetap menerapkan standar dan protokol keselamatan kerja yang tinggi pada operasi perseroan.

Pada penutupan perdagangan saham Senin, 17 Oktober 2022, saham INCO melemah 1,87 persen ke posisi Rp 6.575 per saham. Saham INCO dibuka stagnan di posisi Rp 6.700 per saham.

Saham INCO berada di level tertinggi Rp 6.700 dan terendah Rp 6.500 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.580 kali dengan volume perdagangan 58.462 saham. Nilai transaksi Rp 38,4 miliar.

3 dari 4 halaman

Vale Indonesia Garap Mega Proyek Rp 128 Triliun di Sulawesi

Sebelumnya, PT Vale Indonesia Tbk atau disebut Vale tengah garap proyek tiga proyek pengembangan di Sulawesi. Direktur Keuangan PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Bernardus Irmanto menyebutkan, nilai investasi dari tiga proyek tersebut mencapai USD 8,6 miliar atau sekitar Rp 128,2 triliun (kurs Rp 14.906 per USD).

“Tiga proyek pengembangan PT Vale dengan total nilai investasi lebih dari USD 8 miliar, ini akan dieksekusi bersama dengan partner,” kata pria yang akrab disapa Anto itu dalam Public Expose Live 2022, Rabu (14/9/2022).

Tiga proyek itu antara lain, proyek Bahodopi dengan investasi sebesar USD 2,5 miliar yang akan dialokasikan untuk tambang dan pabrik. Kapasitas produksi dari proyek ini diperkirakan mencapai 73—80 kilo ton nikel dalam feronikel, ditargetkan mulai dieksekusi tahun ini dan rampung pada 2025.

Proyek ini digarap perseroan bersama Taiyuan Iron & Steel (Group) Co., Ltd (TISCO) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) usai penandatanganan perjanjian yang dilakukan para pihak pada 6 September 2022. Para pihak akan membentuk usaha patungan (joint venture) untuk mengembangkan fasilitas pengolahan nikel di Xinhai Industrial Park, Morowali, Sulawesi Tengah.

Mula-mula, Tisco dan Xinhai akan membentuk usaha patungan. Entitas JV milik Tisco dan Xinhai itu kemudian membentuk JV baru bersama PT Vale dengan target kepemilikan Vale sebesar 49 persen, sisanya 51 persen dimiliki oleh JV milik Tisco dan Xinha.

Selanjutnya proyek Sorowako, berupa pengembangan smelter berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL).

4 dari 4 halaman

Proyek Sorowako

Pabrik HPAL bar ini akan mengolah bijih nikel limonit menjadi produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 60.000 ton produk nikel dalam MHP.

Total investasi senilai USD 2 miliar. Perseroan telah menyepakati kerjasama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Company (Huayou) untuk proyek ini.

“Estimasi proyek kami perkirakan bisa dieksekusi mulai 2023 dan akan selesai pada 2026,” imbuh Anto.

Perseroan berencana untuk genggam 30 persen kepemilikan dari perusahaan patungan itu. Sementara sisanya akan dimiliki oleh Huayou atau entitas lain yang mungkin akan bergabung di kemudian hari.

Dengan mitra yang sama, perseroan juga akan membangun fasilitas pengolahan di Pomalaa. Pabrik yang dibangun akan menggunakan teknologi HPAL dengan kapasitas produksi tahunan 120.000 ton Nikel dalam Mixed Hydroxide Precipitate (MSP). Nilai investasi untuk proyek ini adalah sebesar USD 4,5 miliar dan ditargetkan rampung pada 2025.

Pada 21 Juli lalu, perseroan mengumumkan Ford Motor Co. bergabung ke Proyek Pomalaa. Sehingga target susunan pemegang saham akhir adalah PT Vale 30 persen, Huayou 53 persen dan Ford 17 persen.