Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan satu emiten yang masuk efek dalam pemantauan khusus, yakni PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA). Mengutip keterbukaan informasi BEI, Rabu (16/11/2022), OASA memenuhi kriteria nomor tiga sebagai efek dalam pemantauan khusus.
Adapun kriteria nomor tiga yakni, perusahaan tidak membukukan pendapatan atau tidak terdapat perubahan pendapatan pada laporan keuangan terakhir dibandingkan dengan laporan keuangan sebelumnya.
Baca Juga
Maharaksa Biru Energi telah menyampaikan laporan keuangan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2022. Namun, laporan keuangan tersebut tak ubah dari periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2022.
Advertisement
Pada dua periode tersebut, pendapatan perseroan tercatat sebesar Rp 808,5 juta. Dibanding posisi September 2021, pendapatan itu turun 75,73 persen. Sementara untuk periode enam bulan, pendapatan OASA turun 52,59 persen.
Hingga September 2022, perseroan mencatatkan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 5,04 miliar. Raihan itu berbanding terbalik dari periode yang sama tahun lalu, di mana perseroan masih mencatatkan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,04 miliar.
Dari sisi aset Maharaksa Biru Energi sampai dengan September 2022 tercatat sebesar Rp 45,25 miliar, turun 5,47 persen dibanding posisi Desember 2021 sebesar Rp 47,87 miliar.
Liabilitas sampai dengan September 2022 naik signifikan sebesar 1.936,53 persen menjadi Rp 2,6 miliar dari posisi Desember 2021 sebesar Rp 127,91 juta. Sedangkan ekuitas per September 2022 turun 10,68 persen menjadi Rp 42,65 miliar dari Rp 47,74 miliar pada Desember 2021.
Pada penutupan perdagangan Rabu, 16 November 2022, saham OASA melemah 4,62 persen ke posisi Rp 930 per saham.
Saham OASA dibuka naik 25 poin ke posisi Rp 1.000 per saham. Saham OASA berada di level tertinggi Rp 1.000 dan terendah Rp 915 per saham. Total frekuensi perdagangan 734 kali dengan volume perdagangan 14.375 saham. Nilai transaksi Rp 1,4 miliar.
Direktur Utama Maharaksa Biru Energi Lepas Saham OASA Rp 18,85 Miliar
Sebelumnya, PT Maharaksa Biru Energi Tbk (OASA) menyampaikan laporan terkait perubahan kepemilikan saham perseroan. Presiden Direktur PT Maharaksa Biru Energi Tbk Gafur Sulistyo Umar mengurangi kepemilikan saham OASA.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Minggu (4/9/2022), Gafur Sulistyo Umar menjual saham OASA senilai Rp 18,85 miliar.
Nilai transaksi tersebut merujuk pada jumlah saham yang dijual sebanyak 29.000.000 lembar saham atau sekitar 8,09 persen dengan harga penjualan Rp 650 per saham.
Kini, Gafur Sulistyo Umar memegang 239.950.000 saham OASA, setara dengan 66,91 persen atas saham Perseroan yang beredar.
"Tanggal transaksi pada 1 September 2022 dengan tujuan alokasi investasi, dan status kepemilikan saham langsung,” ujar Gafur.
Pada penutupan perdagangan saham Jumat, 2 September 2022, saham OASA melambung 12,31 persen ke posisi Rp 730 per saham. Saham OASA dibuka turun lima poin ke posisi Rp 645 per saham.
Saham OASA berada di level tertinggi Rp 785 dan terendah Rp 645 per saham. Total frekuensi perdagangan 2.673 kali dengan volume perdagangan 103.660 saham. Nilai transaksi Rp 7,5 miliar.
Sebelumnya, PT Protech Mitra Perkasa Tbk (OASA) resmi berganti nama menjadi PT Maharaksa Biru Energi Tbk sekaligus juga mengganti logo.
Direktur Utama PT Maharaksa Biru Energi Tbk, Bobby Gafur Utama mengatakan, OASA secara resmi menapakkan kaki dan jejak bisnisnya menekuni industri energi baru terbarukan. Tonggak sejarah baru bagi PT Protech Mitra Perkasa Tbk.
"Kami juga mengumumkan secara resmi pergantian nama Perseroan menjadi PT Maharaksa Biru Energi Tbk, sekaligus mengganti logo sebagai identitas diri. Saya nyatakan di sini bahwa ke depan kami memang akan serius menekuni industri hijau yang beromset triliunan rupiah,” kata Bobby Gafur Umar dalam keterangan resminya, Senin (27/6/2022).
Advertisement
Kembangkan EBT
Dia menambahkan, transformasi menekuni industri EBT sesungguhnya merupakan sebuah keniscayaan.
"EBT adalah masa depan. EBT kini sudah menjadi suatu keharusan, bukan lagi hanya sekadar pilihan. Karena itu, dukungan semua kalangan dari segala lapisan, adalah sebuah keharusan juga. Pemerintah juga sudah saatnya melakukan upaya lebih serius dalam memacu pengembangan EBT di tanah air,” kata Bobby.
Ke depan, dalam roadmap yang sudah disusun, perseroan akan dikembangkan sebagai perusahaan EBT berskala besar. OASA akan mengubah sampah menjadi energi yang bermanfaat, akan membirukan langit serta lautan Indonesia, menjadikan Indonesiaku Biru. Bahkan, merestorasi iklim, menjadikan lingkungan yang hijau berdampingan dengan langit dan lautan biru.
"Kami percaya, green technology akan menyelesaikan masalah besar keterbatasan akses energi, sekaligus memberikan economic opportunity terbesar di abad-21. Kami percaya, bisnis yang menyelesaikan masalah besar, memiliki profitability yang besar juga. OASA bertransformasi menjadi environmental technology group of companies,” kata Bobby.
Tak hanya itu, ke depan perseroan ditargetkan akan menjadi perusahaan yang tidak hanya menjalankan ‘bisnis seperti biasa’, tetapi akan membuka kunci value dengan membuat terobosan dalam hal bisnis yang berkaitan dengan lingkungan.
OASA Kucurkan Rp 732,15 Miliar Bangun Industri Bio Propylene Glycol
Sebelumnya, PT Protech Mitra Perkasa Tbk (OASA) tengah mematangkan rencana pembangunan pabrik Bio Propylene Glycol (Bio PG) pertama di Indonesia.
Bio Pg merupakan bahan kimia organik yang secara luas digunakan di banyak sektor industri, antara lain farmasi, makanan, kosmetik, dan industri kimia.
Presiden Direktur PT Protech Mitra Perkasa Tbk, Bobby Gafur Umar mengatakan, pembangunan pabrik Bio PG pertama di Indonesia itu menelan investasi USD 50 juta atau sekitar Rp 732,17 miliar (kurs Rp 14.643 per USD).
"Sejak masuk menjadi pengendali utama di OASA, saya memang sudah komit untuk membawa Perseroan menjadi salah satu pemain utama yang harus unggul di bidang energi terbarukan. Sekarang kami sudah memulainya secara serius," kata Bobby, Senin (23/5/2022).
Pabrik Bio PG akan mulai dibangun pada 2023 di Pulau Jawa. Pabrik akan mampu menghasilkan sekitar 30 ribu ton Bip PG per tahun. Bip PG akan dipasarkan di dalam negeri maupun luar negeri atau ekspor dengan Sojitz sebagai salah satu mitra distributor.
"Sojitz akan menjadi salah satu mitra kita, terutama sebagai distributor, karena mereka sudah punya pengalaman dan jaringan yang sangat luas dalam memasarkan produk-produk semacam ini. Mereka juga sudah siap untuk menjadi off taker nya," kata Bobby.
Advertisement
Masuk Lini Industri Kimia
Sojitz telah menyatakan kesanggupannya sebagai pemasok glyserin mentah dan refined glyserin (glyserin yang telah dimurnikan).
Di sisi lain, langkah PT Protech Mitra Perkasa Tbk masuk ke lini industri kimia ini sejalan dengan komitmen Perseroan untuk mulai serius ikut menghidupkan industri hijau. Menurutnya, Indonesia selama ini masih mengimpor fossil-based propylene glycol.
"Ini sebenarnya adalah salah satu produk bahan kimia strategis dan penting bagi banyak produk aneka industri kosmetika, makanan serta farmasi. Selama ini Indonesia sepenuhnya mengimpor karena belum ada yang memproduksi di dalam negeri, Padahal Indonesia memiliki potensi sangat besar sebagai produsen bio propylene glycol," ujarnya.
Bahan utama dari pembuatan Bio PG pada pabrik ini adalah gliserol. Gliserol sendiri sangat mudah didapatkan, karena merupakan produk samping industri biodiesel.