Liputan6.com, Jakarta - PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT) resmi memiliki 11.127.666.666 lembar saham PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) atau setara 44,09 persen. Hal ini berkaitan dengan berakhirnya periode Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD atau rights issue) IATA pada Jumat, 18 November 2022.
Aksi korporasi tersebut dilakukan untuk melunasi surat sanggup IATA yang diterbitkan kepada BHIT, dalam rangka pengambilalihan PT Bhakti Coal Resources (BCR), perusahaan induk dari delapan Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, yang sebelumnya dimiliki perseroan.
Baca Juga
Setelah rights issue, kinerja IATA akan dikonsolidasikan ke dalam perseroan, sekaligus mengukuhkan pilar bisnis keempat dari MNC Group yang meliputi media & entertainment, jasa keuangan, entertainment hospitality, dan energi.
Advertisement
"Ke depannya, MNC Group meyakini kontribusi IATA yang akan menjadi salah satu pendorong pendapatan, EBITDA, dan laba bersih perseroan," ungkap Head of Investor Relations PT MNC Asia Holding Tbk, Natassha Yunita dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (18/11/2022).
Wajah baru IATA yang berhasil menajamkan fokus investasi di sektor energi, telah mengantongi cadangan batu bara sebanyak 332 juta MT. Adapun kegiatan pengeboran yang dilakukan IATA belum mencapai 20 persen dari 72.478 Ha keseluruhan area penambangan yang dimiliki. Di mana seluas 59.035 Ha di antaranya masih dalam proses eksplorasi.
"Dengan demikian, IATA yakin cadangan terbukti akan terus meningkat, setidaknya mencapai 600 juta MT untuk semua IUP," imbuh Natassha.
Menyongsong 2023, produksi batu bara IATA ditargetkan untuk menembus 10 juta MT dan akan terus meningkat seiring bertambahnya proven reserves hasil eksplorasi serta bertambahnya kontrak pembelian dengan para trader batu bara di masa depan. Hal tersebut tentunya akan membawa angin segar bagi performa bisnis perseroan.
"Tahun depan, IATA diperkirakan dapat memberikan kontribusi pendapatan sebesar Rp 4,2 triliun atau mewakili 16,50 persen dari total pendapatan BHIT, menduduki posisi kedua setelah kontribusi bisnis Media & Entertainment MNC Group,” tutup Natassha.
Kinerja Kuartal III 2022
Sebelumnya, emiten batu bara milik pengusaha Hary Tanoe, PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) mencatatkan peningkatan laba bersih 344,75 persen hingga kuartal III 2022.
IATA berhasil membukukan peningkatan laba bersih 344,75 persen menjadi USD 44,95 juta (asumsi kurs Rp 15.586 per dolar AS) atau sekitar Rp 700,59 miliar pada sembilan bulan pertama 2022 dari periode yang sama tahun sebelumnya USD 10,11 juta.
Perseroan mencatatkan pendapatan sebesar USD 137,62 juta atau Rp 2,14 triliun untuk tahun berjalan, melonjak 182,89 persen secara tahunan (yoy) dari USD 48,65 juta pada sembilan bulan pertama 2021.
Selain itu, kenaikan tajam juga dapat dilihat jika dibandingkan dengan total pendapatan pada kuartal sama tahun lalu, dari USD 24,80 juta pada kuartal III 2021 menjadi USD 53,97 juta pada kuartal III 2022 atau sebesar 117,61 persen.
Dengan demikian, EBITDA IATA pada sembilan bulan pertama 2022 tumbuh positif 215,20 persen mencapai USD 63,41 juta, dari USD 20,12 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan secara kuartal, EBITDA pada kuartal III 2022 tercatat sebesar USD 18,71 juta, menguat 47,23 persen dibandingkan kuartal III 2021.
"Melesatnya kinerja IATA merupakan hasil dari langkah strategis perseroan yang mengalihkan fokus bisnisnya menjadi perusahaan yang bergerak di bidang energi dan investasi, dengan mengakuisisi PT Bhakti Coal Resources (BCR),” tulis Manajemen Perseroan, Senin (24/10/2022).
BCR merupakan perusahaan induk yang mengelola 8 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, di mana 3 IUP nya sudah dalam tahap produksi dan IUP lainnya ditargetkan untuk beroperasi secara bertahap mulai tahun depan.
Sementara itu, mendekati akhir 2022, MNC Energy Investments terus menggenjot output produksi batu bara. Hingga akhir September 2022, perseroan telah memproduksi lebih dari 3 juta MT, lebih tinggi 64,1 persen dari produksi tahun lalu yang hanya 1,8 juta MT.
Advertisement
Target Produksi Batu Bara
Perseroan menargetkan produksi sebanyak 10 juta MT tahun depan dan akan terus meningkat seiring bertambahnya cadangan terbukti hasil eksplorasi.
IATA optimistis cadangan batu bara untuk semua IUP setidaknya mencapai 600 juta MT. Hingga sepanjang Januari hingga September 2022 perseroan telah menjual 2,9 juta MT batu bara.
Prospek cerah perseroan semakin dikuatkan dengan telah ditandatanganinya kontrak pembelian jangka panjang antara BCR dengan para trader batu bara.
Perseroan memperkirakan akan memperoleh tambahan pendapatan sebesar USD 108,42 juta dari kontrak ini dan akan terus memperbanyak kontrak di masa depan, mencari peluang untuk akuisisi tambang baru, menakar prospek lain yang berkaitan dengan energi terbarukan, serta berevolusi guna meningkatkan sinergi dan efektifitas di semua lini.
Rights Issue Perseroan
Sebelumnya, PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) akan menambah modal dengan mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue dengan target dana Rp 2,67 triliun.
Perseroan telah mengantongi pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melaksanakan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue tersebut. Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia, ditulis Rabu (19/10/2022), perseroan menerbitkan sebanyak-banyaknya 14.840.555.748 saham seri B yang ditawarkan dengan harga pelaksanaan Rp 180. Adapun dalam pelaksanaan rights issue ini dengan rasio 10:13. Jadi 10 saham yang dimiliki berhak untuk mendapatkan 13 HMETD.
Rights issue ini bernilai sebanyak-banyaknya Rp 2,67 triliun. Setelah dilaksanakannya right issue ini, IATA akan dimiliki langsung oleh PT MNC Asia Holding Tbk (BHIT).
Selain itu, perseroan akan memberikan tambahan hak dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2.968.111.149 waran seri I, di mana setiap 5 saham hasil pelaksanaan HMETD melekat 1 waran seri I dengan harga pelaksanaan Rp 210.
Head of Investor Relations IATA, Natassha Yunita mengatakan, seluruh dana yang diperoleh akan digunakan untuk tiga hal, salah satunya pelunasan seluruh promissory note perseroan yang diterbitkan kepada BHIT.
"Pelunasan seluruh promissory note perseroan yang diterbitkan kepada BHIT dengan cara membayar dengan uang dan atau dengan konversi hak tagih menjadi saham perseroan dalam rangka pengambilalihan PT Bhakti Coal Resources (BCR)," ujar dia.
Dana tersebut juga akan digunakan untuk setoran modal kepada PT Bhakti Migas Resources (BMR) untuk investasi pengembangan usaha di sektor migas. BMR sedang mengevaluasi peluang eksplorasi di Indonesia Timur, yaitu Blok Semai III di Papua.
Advertisement
Dana Hasil Rights Issue
Selain itu, dana hasil rights issue juga akan dialokasikan untuk setoran modal ke BCR untuk modal kerja dan pengembangan usaha di sektor pertambangan batu bara.
Seperti yang telah diketahui, perseroan mengalihkan pilar bisnis utamanya yang sebelumnya bergerak pada bidang pengangkutan udara niaga dan jasa angkutan udara, menjadi perusahaan yang bergerak di bidang energi dan investasi yang diawali dengan mengakuisisi 99,33 persen saham BCR yang merupakan perusahaan induk dari 8 perusahaan batu bara yang berlokasi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Dengan 1,6 miliar MT sumber daya batu bara yang dimiliki BCR, IATA melakukan langkah strategis memanfaatkan momentum meningkatnya permintaan batu bara dan kenaikan harga komoditas batu bara.
Kemudian, IATA memandang penajaman fokus menjadi perusahaan energi dan investasi, khususnya di sektor batu bara, dapat membantu mendongkrak prospek bisnis perseroan.
Sementara itu, pelaksanaan right issue IATA dimulai pada Senin, 17 Oktober 2022. Berikut ini merupakan jadwalnya:
- Cum HMETD: 25 Oktober 2022
- Recording Date: 27 Oktober 2022
- Distribusi saham: 2-15 November 2022
- Penjatahan saham tambahan: 16 November 2022
- Distribusi saham tambahan: 18 November 2022.