Sukses

Menakar Imbas Kenaikan Suku Bunga terhadap Bank Neo Commerce

PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) prediksi NPL pada kuartal IV 2022 sedikit naik menjadi 2 persen imbas kenaikan suku bunga acuan.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) mengakui adanya dampak dari kenaikan suku bunga acuan. Direktur Utama Bank Neo Commerce, Tjandra Gunawan  mengatakan Bank sudah antisipasi, sehingga diharapkan dampaknya bisa termitiagasi.

Meski begitu, Tjandra mengatakan setidaknya dampak yang akan dirasakan Bank Neo Commerceyakni dari sisi kemampuan debitur yang berpotensi pada risiko gagal bayar. Sehingga akan berdampak pada non performing loan (NPL).

"Secara konservatif, saya lihat NPL mungkin di kuartal IV akan terjadi sedikit kenaikan di sekitar 2 persen. Tapi ini masih normal, kami masih bisa menjaga NPL rasio kami di bawah 3–4 persen," kata Tjandra dalam paparan publik perseroan, Kamis (18/11/2022).

Mengingat kenaikan suku bunga telah diperkirakan sebelumnya, perseroan berupaya untuk melakukan perhitungan uang pada biaya operasional atau repricing, baik dari sisi pendanaan maupun kredit.

Di sisi lain, Direktur Bisnis, PT Bank Neo Commerce Tbk Aditya Windarwo mengatakan, perseroan bisa melakukan efisiensi pada biaya operasional karena memiliki lebih sedikit komponen dibandingkan bank konvensional.

"Kami sebagai bank digital secara biaya operasional tidak serumit dan sebanyak bank konvensional. Sehingga kami bisa lebih melakukan efisiensi di sana. Lalu, apakah bisnis akan melambat? Kemungkinan iya, kemungkinan juga tidak. Kita akan lihat paling tidak satu kuartal tahun depan," ujar dia.

2 dari 4 halaman

Turunkan Target Dana Rights Issue

Sebelumnya, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) atau BNC melanjutkan aksi korporasi Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue.

BNC resmi mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Kamis, 10 November 2022.

Mempertimbangkan kondisi market dan perekonomian beberapa bulan terakhir, Direktur Utama PT Bank Neo Commerce Tbk, Tjandra Gunawan mengatakan perseroan mengubah target dana yang diperoleh dari rights issue.

"Kami memutuskan untuk mengubah target perolehan dana dari perhelatan rights issue kami kali ini, yang awalnya sebesar Rp 5 triliun menjadi Rp 1,7 triliun. Angka ini sementara kami nilai sangat cukup untuk menjadi fuel bagi BNC  dalam mengeksekusi milestones yang sudah kami rencanakan ke depannya,” kata keterangan resmi, Jumat (11/11/2022).

BNC akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2.617.133.843 saham baru. Setiap pemegang 18 lembar saham lama yang tercatat dalam Daftar Pemegang Saham per 22 November 2022 berhak memperoleh 5 HMETD.

Satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu lembar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 650 per saham, sehingga jumlah dana yang akan diterima oleh BNC adalah sebesar Rp 1,7 triliun.

 

 

3 dari 4 halaman

Dongkrak Kapasitas Pendanaan

Dalam prospektus yang diterbitkan, Pemegang Saham Utama BNC, yaitu PT Akulaku Silvrr Indonesia, PT Gozco Capital dan Rockcore Financial Technology Co.Ltd akan melaksanakan secara penuh haknya sesuai dengan porsi kepemilikannya.

Beberapa tanggal penting dalam right issue BBYB antara lain, tanggal pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 24 November 2022, bersamaan dengan periode perdagangan HMETD yang berlangsung pada 24 - 30 November 2022. Akhir pembayaran pemesanan tambahan di 2 Desember 2022, dengan tanggal penjatahan pada 5 Desember 2022 dan tanggal pengembalian uang pemesanan pada 7 Desember 2022.

Rights issue akan meningkatkan kapasitas pendanaan BNC untuk pengembangan bisnis perusahaan sehingga kinerja perusahaan pasca rights issue diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan berkelanjutan.

"Pelaksanaan right issue merupakan bentuk komitmen Perseroan untuk selalu mematuhi peraturan dan perundangan yang berlaku, termasuk dalam pemenuhan modal inti. Dan target jumlah perolehan dana Rp 1,7 triliun tersebut akan digunakan perseroan untuk memperkuat modal inti dan sebagai modal kerja pengembangan usaha perseroan,” ujar Tjandra. 

 

4 dari 4 halaman

Kinerja Kuartal III 2022

Sebelumnya, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) atau BNC mengumumkan kinerja untuk periode yang berakhir pada 30 September 2022. Pada periode tersebut, pendapatan bunga tercatat naik signifikan sebesar 226,19 persen menjadi Rp 1,48 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 453,99 miliar.

Bersamaan dengan itu, beban bunga naik menjadi Rp 491,53 miliar dari Rp 251,08 miliar per September 2021. Sehingga pendapatan bunga bersih tercatat sebesar Rp 989,28 miliar, naik 387,58 persen dibandingkan September 2021 sebesar Rp 202,89 miliar.

Mengutip laporan keuangan Bank Neo Commerce pada keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (26/10/2022), pendapatan operasional lainnya pada September 2022 tercatat sebesar Rp 312,27 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 57,72 miliar.

Terdiri dari pendapatan fee ATM Rp 220,345 miliar, penerimaan kembali aset yang telah dihapusbukukan Rp 50,27 miliar, serta provisi dan komisi lainnya Rp 15,77 miliar. Sementara dari beban operasional bengkak menjadi Rp 1,89 triliun dari Rp 525,35 miliar pada September 2021.

Sehingga perseroan mencatatkan rugi operasional sebesar Rp 595,95 miliar, lebih dalam dibandingkan September 2021 dengan rugi operasional tercatat sebesar Rp 264,73 miliar. Setelah dikurangi pendapatan dan beban non operasional serta beban pajak, Bank Neo mencatatkan rugi bersih Rp 601,17 dari rugi bersih periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 264,74 miliar.

Mengutip keterangan tertulis perseroan, pada periode ini Bank Neo Commerce mencatatkan fee based income yang tumbuh 342,03 persen menjadi Rp 254,14 miliar dibandingkan kuartal III 2021 yang hanya sebesar Rp 57,49 miliar.

Sedangkan dari sisi penyaluran kredit hingga September 2022 tercatat sebesar Rp 8,9 triliun, atau naik 131,77 persen dari Rp 3,84 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Dengan kenaikan kredit itu, pendapatan bunga bersih (NII) sebesar Rp 1,09 triliun, naik 350,78 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 241,8 miliar.