Liputan6.com, Jakarta PT Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) menuai perhatian publik usai mengambil langkah berat merampingkan 1.300 karyawan, atau 12 persen dari total pekerja di beberapa negara termasuk Indonesia.
Langkah GoTo dinilai merupakan hal sulit di tengah kondisi yang ada, dan harus dilakukan usai melakukan segala cara mencapai efisiensi. Dalam penjelasan manajemen GoTo mengatakan, tantangan makro ekonomi global berdampak signifikan bagi pelaku usaha di seluruh dunia. GoTo, seperti layaknya perusahaan besar lainnya perlu beradaptasi untuk memastikan kesiapan perusahaan menghadapi tantangan ke depan.
Baca Juga
“Karenanya, perseroan harus akselerasi upaya untuk menjadi bisnis yang mandiri secara finansial dan tumbuh secara sustainable dalam jangka panjang,” demikian mengutip dari keterangan tertulis perseroan, Jumat (18/11/2022).
Advertisement
Perseroan menyatakan hal tersebut dilakukan antara lain dengan memfokuskan diri pada layanan inti yaitu on-demand, e-commerce dan financial technology. GoTo Gojek Tokopedia telah mencatatkan pertumbuhan yang konsisten di bidang ini didorong oleh strategi perseroan yang menyasar pada peningkatan jumlah pengguna multiplatform, alokasi insentif secara efektif, serta membangun sinergi terintegrasi dalam ekosistem.
Perihal ini, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah mengakui jika pandemi COVID 19 melanda dunia, banyak perusahaan telah melakukan pemutusan hubungan kerja sebagai langkah akhir.
"Sekarang, ketika pandemi menuju akhir, ternyata ekonomi makin sulit. Inflasi tinggi, penurunan daya beli dan ancaman resesi. GOTO juga terkena imbasnya dan kini mereka melakukan cara pahit yang sulit terhindarkan lagi,” jelas dia.
Berdasarkan catatan, perusahaan raksasa IT mulai dari Netflix, Oracle, Amazon, MetaPlatform, Facebook, Microsoft, hingga Apple, telah melakukan serangkaian PHK dalam dua tahun terakhir.
Menurut dia, sejatinya masyarakat bisa melihat langsung kondisi keuangan perusahaan mengingat status GoTo sebagai perusahaan terbuka. Di mana, perusahaan mencatatkan pertumbuhan pendapatan, tetapi angka rugi bersih tidak berkurang. Hal tersebut dipengaruhi dua faktor dominan; yakni biaya promosi dan biaya tenaga kerja.
“Jauh sebelum menjadi perusahaan tbk, atau masih fase Unicorn menuju Decacorn, GOTO ekspansif dengan menjajal berbagai lini bisnis baru. Nah, manajemen mungkin berfikir ini waktunya reorganisasi dan restrukturisasi agar perusahaan bisa tumbuh lebih sehat dan lebih kuat,” katanya.
Menurut Analis MNC Sekuritas Tirta WIdi Gilang Citradi, semua perusahaan pasti tidak ingin melakukan langkah PHK dan ingin bertumbuh. Apalagi, talenta digital di negeri ini masih terbilang langka sehingga mereka selalu menjadi aset berharga.
“Sulit membayangkan GOTO menjadi perusahaan yang sehat secara finansial kalau masih menjalankan prinsip besar pasak daripada tiang. Tapi, kita juga harus selalu mengingatkan GOTO bahwa langkah pahit ini merupakan opsi terakhir dan harus dilakukan dengan penuh empati, transparan dan bermartabat serta mengikuti semua aturan dan regulasi yang berlaku,” kata Tirta.
Nila Marita, Chief Corporate Affairs Grup GOTO menjelaskan, manajemen berkomunikasi secara langsung dan intensif dengan para karyawan melalui townhall dan sesi-sesi pertemuan dengan tiap divisi.
“Kami akan tunduk pada semua peraturan perundang undangan dan memberikan kompensasi sebaik mungkin ke karyawan terdampak. Kami sangat menyadari ini adalah keputusan yang luar biasa sulit. Karenanya kami ingin memastikan bahwa setiap karyawan yang terdampak mendapat dukungan yang sebaik mungkin,” kata Nila dalam pernyataan tertulis.
Selain besaran pesangon di atas ketentuan, GOTO juga menyiapkan benefit lain, baik yang bersifat finansial maupun non finansial seperti konseling dan membentuk database alumni yang akan dijembatani ke berbagai perusahaan dalam jaringan GoTo. “Kami juga memutuskan bahwa karyawan terdampak tidak perlu mengembalikan peralatan kerja seperti laptop untuk membantu mereka di masa transisi,” kata Nila.
Efisiensi
Langkah efisiensi sejatinya sudah terlihat pada laporan keuangan GoTo di semester I-2022. Riset terbaru sekuritas asal Australia, Macquarie per 21 September 2022, menunjukkan GoTo mampu melakukan monetisasi dan efisiensi yang lebih baik.
Di kuartal 2-2022, nilai transaksi bruto (gross transaction value/GTV) GoTo mencapai Rp 151 triliun atau naik 39% secara year on year (yoy), mampu melampaui target manajemen. Pendapatan bruto GoTO juga Rp 5,5 triliun, naik 45% yoy, persentasenya naik melebihi pertumbuhan GTV.
Dalam 6 bulan, nilai GTV GoTo juga meningkat 42% menjadi Rp 290,5 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun di kuartal 3 tahun ini, GoTo menargetkan GTV dan pendapatan kotor masing-masing Rp 151-156 triliun dan Rp 5,7-6 triliun.
Menurut Ari Jahja dan Akshay Sugandi, dua analis PT Macquarie Sekuritas Indonesia, target tersebut masih rasional dengan strategi bisnis mereka saat ini. “Dalam hal efisiensi biaya, GoTo telah memangkas Rp 800 miliar dari penghematan biaya dalam hal teknologi, marketing, dan outsourcing,” tulis keduanya.
terkait kinerja saham GoTo, sejak isu perampingan organisasi merebak, harga sahamnya justru mengalami pembalikan arah. Selama sepekan, harga saham GoTo menguat 4,76% dan melonjak 10% dalam sebulan. Harga saham GOTO berbalik menguat setelah mengalami tekanan jual selama beberapa pekan sebelumnya.
Advertisement