Liputan6.com, Jakarta - PT Kino Indonesia Tbk (KINO) menargetkan pertumbuhan double digit dari sisi pendapatan pada 2023. Target itu merujuk pada tren pemilihan ekonomi usai longgarnya mobilisasi masyarakat usai pandemi Covid-19.
Direktur PT Kino Indonesia Tbk, Budi Muljono mengatakan, perseroan membidik pendapatan setidaknya dapat melampaui kisaran Rp 4 triliun yang tercatat selama pandemi.
Baca Juga
“Kami ingin melewati apa yang menjadi tren kami selama tiga tahun terakhir selama pandemi di kisaran Rp 4 triliun. Kami harap tahun depan bisa double digit secara presentase,” kata dia dalam paparan publik perseroan, Rabu (23/11/2022).
Advertisement
Bersamaan dengan itu, perseroan optimis dapat kembali mencatatkan laba, didorong upaya-upaya efisiensi yang digalakkan perseroan.
Hingga September 2022 mencatatkan rugi Rp 245,78 miliar. Kondisi itu berbanding terbalik dari September 2021, di mana perseroan masih mencatatkan laba 82,80 miliar.
“Kami optimis tahun depan akan bisa laba bersih lagi karena dari berbagai inisiatif seperti pengurangan SKU, efisiensi backend dan lainnya, semoga tahun depan 2023 kami akan kembali meraih laba bersih,” imbuh Budi.
Di sisi lain, perseroan menyadari adanya bayangan resesi pada 2023. Meski begitu, Budi mengatakan kondisi tahun depan tak akan jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya selama pandemi Covid-19 berlangsung.
Bedanya, resesi kali ini diimbangi dengan mobilitas masyarakat yang mulai normal, sehingga perseroan menilai dampaknya akan sangat minim terhadap kinerja KINO.
"Beberapa bulan terakhir sektor pariwisata sudah dibuka. Jadi tahun depan kita optimis. Sedangkan resesi global akan pengaruhi negara seperti Eropa, dan tidak banyak berpengaruh ke lokal. Jadi kami optimis pada 2023 (lebih baik) dibandingkan 2022,” tandasnya.
Bakal Genjot Pasar Ekspor
Sebelumnya, PT Kino Indonesia Tbk (KINO) genjot ekspansi di pasar luar negeri. Direktur PT Kino Indonesia Tbk, Budi Muljono mengatakan, bahkan perseroan membidik kontribusi penjualan di luar negeri mencapai 50 persen.
Namun, rencana itu belum akan terealisasi dalam waktu dekat, mengingat situasi saat ini yang juga masih cukup dinamis.
"Mungkin one day, tidak dalam waktu dekat, mungkin 10 tahun lagi penjualan KINO dari luar negeri bisa berkontribusi mendekati 50 persen. Tapi kalau tahun depan, kita lihat potensinya. Kalau memang krisis, negara mana yang masih potensial di mana kita bisa menanam bibitnya dulu tanpa harus spending lebih di negara-negara tersebut,” kata Budi dalam paparan publik perseroan, Rabu (23/11/2022).
Perseroan melihat pasar luar negeri cukup potensial. Sebagai gambaran, Budi membandingkan 270 juta penduduk Indonesia dengan populasi penduduk dunia yang mencapai 7 miliar. Sehingga wajar jika pasar luar negeri disebut lebih potensial.
Adapun salah satu produk andalan KINO yang diterima bank oleh pasar luar negeri yakni vitamin rambut Ellips.
Advertisement
Produk Andalan Perseroan
Produk ini umum digunakan konsumen yang akrab dengan hair styling, di mana hanya sebagian kecil penduduk Indonesia yang termasuk di dalamnya.
"Kita sudah punya beberapa produk dan brand yang diterima di luar negeri, misalnya Ellips. Karena ini produk yang populer, banyak dijual dan diminati di Jepang, China, bahkan di Eropa. Jadi kami melihat LN merupakan pasar yang potensial. Jadi 7 miliar (penduduk dunia) ini menarik untuk digarap,” imbuh Budi.
Perseroan akan memantau negara-negara mana saja yang masih potensial. Jika tidak memungkinkan untuk membangun cabang atau pabrik, perseroan akan bekerja sama dengan distributor setempat yang sanggup berkomitmen untuk besarkan KINO.
Saat ini, KINO telah memiliki beberapa cabang dan distributor di banyak negara. Budi mengatakan, penjualan KINO di Asia Timur cukup kuat terutama di RRC dan Jepang. “Kami juga punya distributor di Korea, Taiwan, Hong Kong dan lainnya. Bahan di Eropa, seperti Rusia, Ukraina, Turki, Spanyol, hingga Amerika Serikat, kami juga memiliki distributornya,” ujar Budi.
Kino Indonesia Beli Aset Anak Usaha Rp 736,36 Miliar
Sebelumnya, PT Kino Indonesia Tbk (KINO) membeli aset tetap dan aset tak berwujud milik anak usaha, PT Kino Food Indonesia (KFI).
Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Kino Indonesia Tbk, Budi Muljono mengatakan, aksi tersebut bertujuan mengintegrasikan lini bisnis KFI ke dalam bisnis perseroan. Sehingga lini bisnis KFI akan menjadi suatu divisi di bawah perseroan.
"Dengan integrasi ini, diharapkan akan tercapai sinergi antara operasional usaha yang dilakukan setiap lini bisnis yang dilakukan oleh perseroan,” kata Budi dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (12/7/2022).
Transaksi berlangsung pada 8 Juli 2022. Nilai transaksi atas pembelian aset tetap dan aset tak berwujud ini adalah Rp 736,36 miliar. Setara dengan 27,65 persen dari nilai ekuitas perseroan. Adapun transaksi ini dikategorikan sebagai transaksi afiliasi dan material, merujuk pada Peraturan OJK Nomor 42/POJK.04/2020 dan Peraturan OJK Nomor 17/POJk.04/2020.
Lebih lanjut, perseroan menjelaskan tidak ada dampak transaksi ini terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, aau kelangsungan usaha emiten.
Pada perdagangan Selasa 12 Juli 2022, saham KINO ditutup turun 210 poin atau 7 persen ke posisi 2.790. Saham KLBF dibuka pada level 3.000, yang sekaligus menjadi titik tertinggi perdagangan hari ini, sementara level terendah terpantau pada posisi 2.890.
Advertisement