Sukses

Menakar Dampak Pembukaan Kembali China

Dengan pembukaan kembali China dapat menandakan peningkatan kegiatan ekonomi dan perkembangan infrastruktur.

Liputan6.com, Jakarta - Pembukaan kembali China dinilai akan berdampak positif terhadap permintaan komoditas Indonesia.

Mengutip riset PT Ashmore Asset Management Indonesia, ditulis Minggu (11/12/2022), selama beberapa minggu terakhir telah mempertimbangkan pembukaan kembali China lebih lambat dari yang diharapkan. Namun, awal pekan ini sudah dimulai kembali dibuka. Investor global pun menuju China seiring arus telah bergeser dari yang lain terhadap China.

Lalu bagaimana dampak lebih lanjut dari pembukaan kembali China terhadap ekonomi global?

Ashmore melihat China akan kembali dibuka pada pertengahan 2023 saat tindakan COVID-19 mulai mengendur dan pembatasan perjalanan secara bertahap dicabut. Pembukaan kembali akan berdampak terhadap seluruh Asia melalui dua jalur yaitu pariwisata dan perdagangan.

“Secara historis orang China telah menjadi demografi besar di kalangan wisatawan dan pembukaan kembali ini dan kemampuan untuk melanjutkan perjalanan internasional akan menguntungkan pariwisata, ekonomi, di antaranya yang paling diuntungkan Thailand,” tulis Ashmore.

Dengan pembukaan kembali China dapat menandakan peningkatan kegiatan ekonomi dan perkembangan infrastruktur. “Hal ini menyebabkan minyak lebih tinggi dan konsumsi komoditas dari China yang akan mendorong harga ke depan. Akibatnya inflasi di Amerika Serikat dan Asia mungkin tidak jatuh secepat yang diperkirakan ke depan,” tulis Ashmore.

Lalu bagaimana pengaruhnya terhadap Indonesia?

Pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 4,34 persen seiring pemberiaan China kembali buka mendorong aliran dana investor asing keluar di tengah tekanan terus menerus terhadap saham teknologi sejak periode penguncian atau lock up saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) berakhir.

Ashmore menilai, kabar pembukaan kembali China dapat memberikan kesempatan untuk Indonesia. “Seperti mengambil permintaan komoditas dari China. Indonesia mungkin mengalami tingkat lonjakan komoditas serupa dengan apa yang dialami 2022,” tulis Ashmore.

Ashmore tetap pertahankan rekomendasi untuk saham sebagai lindung nilai dan inflasi. Selanjutnya tetap mengawasi pada obligasi seiring puncak suku bunga berpotensi terjadi pada 2023.

2 dari 4 halaman

Kinerja IHSG 5-9 Desember 2022

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) alami koreksi pada perdagangan 5-9 Desember 2022. Sentimen global seperti kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) membayangi laju IHSG.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (10/12/2022), IHSG merosot 4,34 persen ke posisi 6.715,11 selama sepekan ini. Pada pekan lalu, IHSG berada di posisi 7.019,63.

Kapitalisasi pasar bursa juga anjlok 3,22 persen menjadi Rp 9.206,40 triliun pada 5-9 Desember 2022.  Kapitalisasi pasar bursa susut Rp 306,56 triliun dari pekan lalu Rp 9.512,96 triliun.

Di sisi lain, rata-rata frekuensi transaksi harian bursa juga susut 7,55 persen menjadi 1.114.3232 transaksi selama sepekan dari pekan lalu 1.205.337 transaksi. Rata-rata nilai transaksi harian bursa melemah 15,86 persen menjadi Rp 14,74 triliun dari Rp 17,52 triliun pada pekan sebelumnya. Rata-rata volume transaksi bursa turun 22,46 persen menjadi 24,42 miliar saham dari 31,50 miliar saham pada penutupan pekan lalu.

Investor asing membukukan nilai jual bersih Rp 1,92 triliun pada Jumat, 9 Desember 2022.  Selama sepekan, investor asing melakukan aksi jual saham Rp 8,6 triliun. Sepanjang 2022, investor asing mencatatkan beli bersih Rp 70,12 triliun.

Head of Research Jasa Utama Capital Cheryl Tanuwijaya mengatakan, sentimen global yang bayangi IHSG selama sepekan dipicu penurunan harga minyak di tengah permintaan global yang melambat dan OPEC mempertahankan pemangkasan kapasitas produksi minyak harian hingga akhir 2023.

 

 

3 dari 4 halaman

Sentimen yang Bayangi IHSG

“Selain itu juga data tenaga kerja dan aktivitas industri jasa Amerika Serikat yang meningkat membuat pasar melihat kemungkinan the Fed kembali menaikkan suku bunga acuan secara agresif lagi sehingga aksi jugal di bursa saham terjadi,” tutur dia saat dihubungi Liputan6.com.

Sedangkan dari dalam negeri, Cheryl menuturkan, harapan tentang langkah agresif the Fed membuat aksi jual besar-besaran oleh investor. Ditambah masa periode penguncian atau lock up saham GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) seri A yang berakhir juga bebani IHSG. “Dibukanya lock up periode GOTO membuat investor melakukan aksi jual jual sehingga auto rejection bawah (ARB) tiap hari sepanjang minggu,” ujar dia.

Pada pekan depan, Cheryl melihat IHSG berpotensi menguat. IHSG akan bergerak di kisaran 6.690-7.000. “Minggu depan jika pidato Gubernur The Fed Jerome Powell berhasil mengembalikan optimisme pasar, bursa saham global berpotensi menguat dan kembali menguji level 7.000,” kata dia.

 

4 dari 4 halaman

Total Emisi Obligasi

Pada pekan ini, ada sejumlah pencatatan obligasi dan sukuk. Pada Senin, 5 Desember 2022, PT Bussan Auto Finance menerbitkan obligasi berkelanjutan II Busan Auto Finance tahap II tahun 2022 yang resmi dicatatkan di BEI senilai Rp 1,2 triliun. Hasil pemeringkatan dari PT Fitch Rating Indonesia dan PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengenai obligasi terkait masing-masing adalah AAA (idn) dan idAAA. Sedangkan yang bertindak sebagai wali amanat yaitu Bank MandirI.

Selanjutnya, PT Intiland Development Tbk menerbitkan sukuk ijarah berkelanjutan Intilan Development tahap III tahun 2022 sebesar Rp 250 miliar. PT Kredit Rating Indonesia menyematkan peringkat untuk sukuk tersebut adalah irA- (Single A Minus). PT Bank Mega Tbk. bertindak sebagai wali amanat emisi ini.

Total emisi obligasi dan sukuk yang telah tercatat sepanjang tahun 2022 adalah 117 emisi dari 73 emiten senilai Rp147 triliun.

Maka total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI sampai dengan saat ini berjumlah 514 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp450,95 triliun dan USD47,5 juta, diterbitkan oleh 125 emiten. Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 179 seri dengan nilai nominal Rp5.163,21 triliun dan USD438,31 juta. Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 10 emisi senilai Rp3,07 triliun.