Sukses

Ganti Bisnis Usaha, Intan Baru Prana Jajal Distributor Alat Pengangkut Komersial

Direktur PT Intan Baru Prana Tbk, Alexander Reyza mengatakan, penggantian lini usaha ini menyusul pencabutan izin usaha [CIU] perseroan sebagai perusahaan pembiayaan.

Liputan6.com, Jakarta - PT Intan Baru Prana Tbk (IBFN) akan mengganti lini usaha yang sejalan dengan kompetensi bisnis grup PT Intraco Penta Tbk (INTA) yakni menjadi distributor alat pengangkut komersial.

Direktur PT Intan Baru Prana Tbk, Alexander Reyza mengatakan, penggantian lini usaha ini menyusul pencabutan izin usaha [CIU] perseroan sebagai perusahaan pembiayaan pada akhir Januari 2022. Saat ini, sebagai entitas anak dari emiten penyedia alat berat PT Intraco Penta Tbk (INTA), IBFN tetap mempertahankan kegiatan operasionalnya.

Kecuali pemberian pembiayaan baru yang tidak diperkenankan sesuai Surat Keputusan Otoritas Jasa Keuangan No. KEP-8/D.05/2022 yang berkaitan dengan pencabutan izin usaha sebagai perusahaan pembiayaan. Sejalan dengan hal tersebut, Intan Baru Prana telah mengevaluasi sejumlah peluang usaha yang dapat menjadi bisnis utama IBFN.

"Kami bersyukur dapat menjalani tahun ini dengan dukungan induk usaha yang baik. Kami telah merencanakan untuk mengembangkan lini usaha baru yang selaras dengan kompetensi bisnis Grup utama kami yakni menjadi distributor alat pengangkut komersial," kata dia dalam Paparan Publik IBFN 2022, Rabu (14/12/2022).

Reyza menambahkan, dengan rencana perubahan lini bisnis ini, ke depan pihaknya akan melakukan sejumlah agenda guna pemenuhan POJK Nomor 17/POJK.04/2022.

Di antaranya dengan meminta persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) atas perubahan lini usaha yang akan dilakukan. Perseroan juga akan menggunakan jasa penilai (KJPP) independen untuk melakukan studi kelayakan atas perubahan kegiatan usaha.

 

2 dari 5 halaman

Aset Perseroan

Tak hanya itu, perseroan juga akan menyampaikan keterbukaan informasi terkait perubahan lini usaha paling lambat pada saat pengumuman RUPS tahun depan.

"Dalam memulai kegiatan usaha baru sebagai distributor alat pengangkutan komersial perseroan juga akan menjalankan sejumlah management plan. Yakni menyusun rencana bisnis tahunan, melakukan reorganisasi yang disesuaikan dengan kebutuhan bidang usaha yang baru, dan menjaga collection terhadap existing debitur untuk mempertahankan arus kas perseroan," imbuh dia.

Secara keseluruhan saat ini IBFN memiliki aset Rp 519 miliar per Agustus 2022 dengan total liabilitas Rp1,08 triliun dan defisiensi modal Rp 564 miliar. Pemegang saham mayoritas perseroan hingga 30 November 2022 adalah PT Intraco Penta Tbk sebesar 55,07 persen, diikuti oleh PT Inta Trading sebesar 17,23 persen, serta masyarakat lainnya dengan kepemilikan masing- masing kurang dari 5 persen sebesar 27,70 persen.

3 dari 5 halaman

Intraco Penta Cari Investor Baru untuk Intan Baru Prana

Sebelumnya, PT Intraco Penta Tbk (INTA), selaku induk usaha dari perusahaan jasa pembiayaan PT Intan Baruprana Finance Tbk (IBFN) berencana mencari investor baru, sehubungan dengan pencabutan izin usaha entitas anak tersebut oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Direktur Utama PT Intraco Penta Tbk, Petrus Halim mengatakan, investor baru ini juga sehubungan dengan rencana perubahan bisnis baru pasca pencabutan izin usaha.

"Kami pertimbangkan permodalan yang dibutuhkan maupun sinergi yang dibutuhkan atau mungkin ada pengalaman-pengalaman yang spesialisasi yang kami butuhkan, di situlah kami harapkan investor strategis untuk berpartisipasi. Baik dari sisi pengalaman yang kita butuhkan maupun untuk memenuhi kebutuhan modal,” kata dia dalam paparan publik insidentil perseroan, Jumat (19/8/2022).

Petrus mengatakan, bidang usaha baru entitas anak itu tidak akan jauh dari kompetensi unggulan yang dimiliki grup perseroan, yakni di bidang alat berat. Langkah ini dinilai sebagai strategi yang cukup prudential dengan mempertimbangkan aspek kehati-hatian.

"Apakah itu yang berkaitan dengan alat berat dan jasanya, apakah itu berkaitan dengan penambahan maupun komoditas. Semua sedang kami evaluasi, namun masih sangat tahap awal sehingga belum bisa kami uraikan di sini,” imbuh dia.

 

 

4 dari 5 halaman

Intraco Penta Berharap Restrukturisasi Selesai pada 2022

Sebelumnya, PT Intraco Penta Tbk (INTA) berupaya restrukturisasi utang Rp 2,3 triliun. Perseroan berharap restrukturisasi selesai paling cepat kuartal I dan II 2022.

Untuk menyelesaikan restrukturisasi, Intraco Penta akan optimalkan aset non core. Selain itu, dalam paparan publik Intraco Penta disebutkan untuk mencicil sisa utang sesuai waktu yang disepakati. Kemudian reorganisasi dan penggabungan anak usaha di lini bisnis alat berat dan membentuk team recovery dan collection untuk mempercepat tagihan piutang bermasalah.

"Target penyelesaian (restrukturisasi secepatnya) pada kuartal I dan II 2022. Komunikasi saat ini berjalan dengan baik dan intensif dengan kreditur utama, Bank Mandiri,” ujar Head of Finance PT Intraco Penta Tbk, Daniel Kusniadi saat paparan publik virtual, Selasa (28/12/2021).

Hingga September 2021, pendapatan usaha perseroan turun 22,08 persen menjadi Rp 443,78 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 569,57 miliar. Rugi perseroan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp 196,48 miliar hingga kuartal III 2021 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 168,15 miliar.

 

 

5 dari 5 halaman

Selanjutnya

Total liabilitas tercatat Rp 4,19 triliun hingga 30 September 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 4,13 triliun. Perseroan catat defisiensi modal Rp 1,46 triliun hingga 30 September 2021 dari Desember 2020 Rp 1,24 triliun.

Total aset turun jadi Rp 2,72 triliun hingga September 2021 dari Desember 2020 sebesar Rp 2,88 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 54,47 miliar hingga 30 September 2021 dari Desember 2020 Rp 37,79 miliar.

Sementara itu, penjualan alat berat perseroan tumbuh 19 persen dari 169,2 unit hingga September 2020 menjadi 200,9 unit hingga September 2021.

Dari jumlah unit itu, penjualan alat berat hingga September 2021 mayoritas alami kenaikan antara lain untuk sektor tambang naik 46 persen, sedangkan sektor di luar pertambangan meningkat 17 persen.

Untuk belanja modal 2022, Daniel menuturkan, pihaknya sedang finalisasi. Belanja modal pada 2022 akan digunakan untuk peremajaan alat yang sudah berumur untuk disewakan.

"Sumber dana kita juga akan penjualan aset inventory cukup lama sebagai program cleaning. Sumber internal dari bisnis diharapkan membaik seiring berjalan vaksin dan situasi COVID-19 membaik. Setelah restrukturisasi berjalan baik diharapkan bantuan finansial dari institusi keuangan untuk support kembali INTA untuk belanja modal,” kata dia.