Liputan6.com, Jakarta - Investor ritel berburu saham Tesla (TSLA) pada perdagangan Selasa, 13 Desember 2022, seiring dengan penurunan harga yang signifikan sepanjang Desember ini. Saham Tesla turun 4,1 persen pada Selasa dan ditutup sekitar USD 161.
Kemerosotan itu berlanjut hingga perdagangan Rabu, 14 Desember 2022 dengan penurunan sekitar 1 persen mendekati pukul 13:00 waktu setempat. Sepanjang Desember saja, saham Tesla turun 17 persen. Sejal awal tahun atau secara year to date, saham Tesla telah longsor lebih dari 50 persen.
Baca Juga
Meski begitu, pembelian ritel bersih Tesla mencapai USD 610 juta dalam lima sesi perdagangan yang berakhir Selasa. Selama periode lima hari yang sama, Apple (AAPL), Amazon (AMZN), NVIDIA (NVDA), dan AMD (AMD) mengikuti popularitas Tesla, dengan aliran masuk ritel bersih masing-masing sebesar USD 210 juta, USD 188 juta, USD 147 juta, dan USD 90 juta.
Advertisement
Melansir Yahoo Finance, Kamis (15/12/2022), tekanan jual untuk Tesla ini menyusul kekhawatiran atas keberlangsungan Twitter di bawah kepemimpinan CEO Elon Musk lewat akuisisi senilai USD 44 miliar. Bahkan, saham Twitter juga telah tergelincir 28 persen sejak penutupan kesepakatan.
Goldman Sachs bahkan memangkas target harga pada Selasa malam menjadi USD 235 dari USD 305, merujuk prospek permintaan yang memburuk karena tekanan ekonomi makro. Namun, Goldman Sachs Masih mempertahankan peringkat beli atau buy, karena menilai prospek perusahaan masih positif dalam jangka panjang.
"Kami percaya bahwa meneruskan pengurangan biaya kepada konsumen, serta faktor-faktor seperti memperluas program leasing dan kredit pajak konsumen, dapat membantu Tesla mendorong pertumbuhan dan margin. Namun, sejauh mana ini akan membantu volume, dan biaya Tesla untuk mencapainya, akan menjadi hal yang perlu diperhatikan,” tulis analis Goldman, Mark Delaney dalam laporannya.
Saham Tesla Anjlok 28 Persen Sejak Elon Musk Caplok Twitter
Sebelumnya, saham produsen kendaraan listrik Tesla anjlok 28 persen sejak 27 Oktober 2022. Koreksi saham Tesla ini terjadi sejak CEO Tesla Elon Musk membeli Twitter dan mengangkat dirinya sebagai chief twit atau CEO dari bisnis media sosial.
Mengutip CNBC, Rabu (14/12/2022), sebagai perbandingan, produsen kendaraan antara lain Ford, GM dan Volkswagen menguat sejak 27 Oktober 2022, seperti BYD, perusahaan China yang membuat kendaraan listrik dan baterai. Sementara itu, produsen kendaraan listrik dari AS Rivian jatuh 27 persen selama periode tersebut.
Pada perdagangan saham Selasa, 13 Desember 2022, saham Tesla ditutup turun lebih dari 4 persen ke posisi USD 160,95. Itu adalah pengecualiaan langka di antara saham teknologi yang berorientasi pada pertumbuhan, yang sebagian besar naik setelah data inflasi yang lebih dingin dari perkiraan.
Penurunan harga saham Telsa telah mendorong pemegang saham ritel terbesar Tesla yaitu Leo Koguan, yang merupakan miliarder dan pendiri perusahaan jasa IT SHI International untuk meminta dewan perusahaan melakukan terapi kejut untuk menyadarkan kembali harga saham dengan cara buyback saham,
Musk menjual kepemilikan saham Tesla senilai miliaran dolar AS untuk membiayai pengambilalihan Twitter. Sejak Elon Musk mengambil alih perusahaan, Musk telah teratur mengunggah tweet yang menghasut, terutama ditujukan untuk pihak yang memegang nilai politik kiri-tengah dan yang sering digambarkan Musk sebagai musuh dengan “virus pikiran yang terbangun”. Misalnya, Musk membidik Director of the National Institute of Allergy and Infectious Diseases Dr Anthony Fauci.
Advertisement
Tanggapan Pemegang Saham Tesla
Cuitan ofensif menarik lebih dari 1 juta yang suka cuitan itu di Twitter. Adapun Elon Musk memiliki lebih dari 120 juta pengikut yang terdaftar, serta kritik dari Gedung Putih, dan dari mantan Direktur CIA John O.Brenna. Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre menyebut tweet Musk tentang serangan pribadi Fauci “sangat berbahaya”.
Pendiri Nia Impact Capital dan pemegang saham Tesla, Kristin Hull menulis di Twitter begitu banyak masalah dengan merek Tesla, ketika dewan tidak dapat mengendalikan CEO.
Kondisi ekonomi dan jajaran produk yang menua juga berkontribusi pada tekanan saham Tesla. Tesla telah menunda produksi massal truk pickup yang terinspirasi sci-fi, cybertruck. Tesla awalnya memamerkan desain cybertruck pada 2019, dengan perusahaan tersebut diharapkan mulai produksi pada 2021.
Perusahaan mengadakan acara di pabrik baterainya di Nevada untuk menandai dimulainya pengiriman truk yang sepenuhnya elektrik bulan lalu. Di acara tersebut, eksekutif Tesla termasuk Elon Musk tidak menyebutkan teknologi self-driving yang sebelumnya digembar-gemborkan.
Koreksi Saham Jadi Kesempatan Beli
Tesla juga hadapi serangan balasan atas penundaan selama bertahun-tahun dalam menghadirkan teknologi self-driving melalui pembaruan perangkat lunak untuk mobil pelanggannya. Pelanggan juga makin menuntut Tesla di AS untuk mendapatkan pengembalian uang untuk sistem self-driving yang dibayar dan diharapkan sudah dikirimkan.
Tesla memasarkan sistem bantuan pengemudinya sebagai autopilot, enhanced autopilot, dan kemampuan self driving di Amerika Serikat. Tak satu pun dari sistem ini membuat mobilnya aman untuk dikendarai tanpa manusia di belakang kemudi, yang memeprhatikan jalan dan tugas mengemudi setiap saat.
Di sisi lain, sejumlah penggemar Tesla melihat anjloknya harga saham sebagai kesempatan untuk membeli meski ada gangguan baru dari Musk dengan Twitter.
Perusahaan meningkatkan produksi di pabrik perakitan kendaraan baru di Austin, Texas, dan satu lagi di luar Berlin.
Advertisement