Liputan6.com, Jakarta - PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk, perusahaan bergerak di industri minuman beralkohol hasil destilasi menawarkan saham perdana atau initial public offering (IPO).
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (16/12/2022), PT Jobubu Jarum Minahasa Tbk menawarkan saham perdana 800 juta saham baru yang merupakan saham biasa dengan nilai nominal Rp 10 per saham. Jumlah saham yang ditawarkan dalam rangka IPO tersebut maksimal 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan.
Baca Juga
Dalam IPO tersebut, perseroan menawarkan harga di kisaran Rp 200-Rp 220 per saham. Dengan demikian, total dana yang akan diraup antara Rp 160 miliar-Rp 176 miliar.
Advertisement
Dana IPO antara lain sekitar 5,26 persen atau sekitar Rp 9,25 miliar untuk belanja barang modal berupa tanah, sekitar 6,11 persen atau sekitar Rp 10,74 miliar untuk pembangunan fasilitas produksi dan sisanya digunakan untuk modal kerja perseroan untuk mendukung kegiatan usaha perseroan.
Dalam IPO ini, perseroan telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek PT UOB Kay Hian Sekuritas. Sedangkan penjamin emisi efek akan ditentukan kemudian. Adapun penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek menjamin dengan kesanggupan penuh atau full commitmen terhadap penawaran umum perseroan.
Hingga September 2022, perseroan mencatat penjualan bersih sebesar Rp 37,08 miliar. Penjualan naik 68,43 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 22,01 miliar. Beban pokok penjualan naik 52,67 persen menjadi Rp 14,30 miliar hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 9,36 miliar.
Kinerja Perseroan
Dengan demikian, laba bruto bertambah 80,1 persen menjadi Rp 22,78 miliar hingga September 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 12,64 miliar. Perseroan membukukan laba periode berjalan sebesar Rp 11,05 miliar hingga September 2022. Laba perseroan naik 59,9 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 6,91 miliar.
Total ekuitas tercatat Rp 46,07 miliar hingga September 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 34,99 miliar. Sementara itu, total liabilitas tercatat Rp 15,19 miliar hingga September 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 13,77 miliar. Perseroan mencatat aset Rp 61,27 miliar hingga September 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp48,77 miliar. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 219,83 juta hingga September 2022.
Untuk kebijakan dividen, perseroan berencana membagikan dividen tunai secara kas sebanyak-banyaknya 20 persen dari laba bersih perseroan mulai tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2022.
Berikut jadwal sementara:
-Masa penawaran awal pada 16-22 Desember 2022
-Tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Desember 2022
-Masa penawaran umum pada 30 Desember 2022-4 Januari 2023
-Tanggal penjatahan pada 4 Januari 2023
-Tanggal distribusi saham secara elektronik pada 5 Januari 2023
-Tanggal pencatatan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Januari 2023
Advertisement
BEI Catat 42 Perusahaan Masih Proses IPO
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat ada 42 perusahaan yang masih dalam proses penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) hingga 9 Desember 2022.
“Sampai dengan 9 Desember 2022 terdapat 42 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI,” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna kepada wartawan, Senin (12/12/2022).
Ia menambahkan, hingga 9 Desember 2022, ada 58 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan jumlah dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp 32,7 triliun. Saat ini terdapat 1 perusahaan yang sedang melakukan proses penawaran umum di sistem e-IPO, yaitu PT Venteny Fortuna International Tbk (VTNY). Bila sesuai jadwal, Venteny Fortuna International akan dicatatkan 15 Desember 2022.
Nyoman menuturkan, jika saham Venteny Fortuna International tercatat pada pertengahan Desember 2022 akan bawa saham yang tercatat di BEI pada 2022 naik 9 persen dibandingkan 2021.
“Apabila saham VTNY telah tercatat di BEI, maka total saham yang tercatat di BEI tahun 2022 berjumlah 59 saham atau naik 9 persen dibandingkan tahun 2021 yang berjumlah 54 saham dan lebih tinggi dibanding rekor all time high BEI pada tahun 2018 yang berjumlah 57 saham,” ujar dia.
Sektor Saham
Nyoman menuturkan, dengan mempertimbangkan waktu hingga akhir 2022 sudah semakin pendek, kemungkinan terjadi perubahan jadwal pencatatan yang sebelumnya direncanakan 2022 menjadi 2023.
Berikut adalah klasifikasi aset perusahaan yang saat ini berada dalam pipeline pencatatan saham dengan rincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 2 Perusahaan dari sektor Basic Materials
• 2 Perusahaan dari sektor Industrials;
• 4 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistic;
• 2 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals;
• 7 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals;
• 6 Perusahaan dari sektor Technology;
• 3 Perusahaan dari sektor Healthcare;
• 5 Perusahaan dari sektor Energy;
• 2 Perusahaan dari sektor Financials.
• 6 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate.
• 3 Perusahaan dari sektor Infrastructures.
“Berdasarkan data di atas, perusahaan pada sektor Consumer Cyclicals, Technology, Energy, Properties & Real Estate paling banyak pada pipeline pencatatan saham, sedangkan sisanya tersebar pada sektor lainnya,” ujar Nyoman.
Advertisement