Liputan6.com, Jakarta - PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) telah mendapatkan restu dari pemegang saham untuk merampungkan akuisisi PTT Mining Limited (PTTML) melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diadakan pada Kamis, 15 Desember 2022.
Mengutip keterangan resminya, Jumat (16/12/2022), pemegang saham dalam RUPSLB telah memberi restu terkait rencana aksi korporasi Astrindo Nusantara Infrastruktur untuk mengambilalih 100 persen saham PTTML menjadi bagian dari anak perusahaan BIPI, PT Sintesa Bara Gemilang (SBG) yang akan memberikan dan mendukung kinerja BIPI ke depan.
Baca Juga
Direktur Utama BIPI, Ray Anthony Gerungan mengatakan, PTTML melalui anak usahanya merupakan pemilik konsesi tambang batu bara berkualitas tinggi 5.200 sampai 5.700 kkal per kilogram, kadar sulfur rendah, produksinya stabil, cadangan pengembangan yang besar dengan kontrak penjualan jangka panjang yang terjamin.
Advertisement
"Infrastruktur PTTML dari hauling, processing, crushing dan port sudah lengkap. Kami yakin langkah strategis ini memiliki sejumlah potensi untuk mendukung rencana pertumbuhan berkelanjutan,” kata Ray, dikutip Jumat (16/12/2022).
Di samping itu, BIPI juga menuju dekarbonisasi dengan target paling cepat dan mudah adalah penggunaan panel surya di dekat pelabuhan, melakukan otomatisasi untuk meningkatkan efisiensi menuju industri hijau dengan memaksimalkan potensi batu bara dan produk turunannya yang lebih bersih.
Direktur Astrindo Nusantara Infrastruktur, Michael Wong optimistis akuisisi PTTML sudah pasti akan membuat kinerja keuangan BIPI semakin baik karena BIPI akan mengkonsolidasikan PTTML melalui SBG.
Kinerja Perseroan
Di sisi lain, kinerja perseroan hingga kuartal III 2022 dari sisi pendapatan turun dari USD 44,26 juta atau sekitar Rp 691,16 miliar (asumsi kurs Rp 15.616 per dolar AS) pada kuartal III 2021 menjadi USD34,98 juta karena Perseroan masih menghadapi kendala curah hujan tinggi di site, tetapi secara laba bersih BIPI meningkat dari USD 18,57 juta pada kuartal III 2021 menjadi USD24,46 juta.
Sementara itu, apabila melihat catatan laba bersih PTTML sampai dengan kuartal III 2022 itu sekitar USD 186,33 juta, berarti secara proforma total laba Perseroan akan meningkat 8 kali lipat laba kuartal III 2022.
Dengan demikian, BIPI berharap bahwa posisi perusahaan semakin menarik dan kuat bagi para investor dan kreditur.
"Kita senang mendengar bahwa saham BIPI saat ini masuk ke dalam Morgan Stanley Capital International (MSCI) kategori Small Cap Indexes List yang semakin meningkat kepercayaan dari para investor kepada BIPI. Persetujuan dari para pemegang saham kali ini semoga menjadi katalis positif terhadap kinerja dan likuiditas saham BIPI ke depan,” kata dia.
Advertisement
Astrindo Nusantara Infrastruktur Dirikan Anak Usaha Baru di Bidang Tambang Minyak hingga Pelumas
Sebelumnya, PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) mendirikan anak usaha baru bernama PT Sagara Nusantara Energi (PTSNE) pada 5 Oktober 2022.
Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Rabu (26/10/2022), pendirian PT Segara Nusantara Energi dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk berusaha dalam bidang aktivitas pertambangan minyak bumi, pertambangan gas alam dan pengusahaan tenaga panas bumi dan industri bahan bakar dan minyak pelumas hasil pengilangan minyak bumi.
"Maksud dan tujuan pendirian PTSNE adalah berusaha dalam bidang aktivitas pertambangan minyak bumi pertambangan gas alam dan pengusahaan tenaga panas bumi dan industri bahan bakar dan minyak pelumas hasil pengilangan minyak bumi,” tulis Corporate Secretary BIPI Kurniawati Budiman, dikutip Rabu (26/10/2022).
Modal dasar untuk mendirikan PTSNE senilai 50.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 10.000 per saham. Selain itu, modal disetor dan ditempatkan sejumlah 12.500 lembar saham dengan nilai nominal Rp 10.000 per saham.
Sementara itu, BIPI memiliki 12.375 saham atau setara 99 persen dari keseluruhan saham PTSNE. Lalu, PT Astrindo Ekatama Abadi memiliki 125 saham atau 1 persen dari keseluruhan saham PTSNE.
"Pendirian PTSNE tidak menimbulkan dampak yang material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha perseroan,” kata Kurniawati.
Akuisisi Perusahaan Hong Kong
Sebelumnya, PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) melakukan perjanjian jual beli saham (PJB) dengan PT Sintesa Bara Gemilang (SBG) dan perusahaan asal Hong Kong PTT International Holdings Limited (PIH).
Perjanjian tersebut dilakukan pada 1 Agustus 2022. Perseroan berencana mengambil alih seluruh saham anak usaha PIH, PTT Mining Limited (PML) sebanyak 200 lembar saham dengan nilai HKD 1 per lembar saham dan 20.425.608 lembar saham dengan nilai USD 24,35 per lembar saham.
Nilai rencana transaksi adalah sebesar USD 471,17 juta atau sekitar Rp 7,33 triliun (kurs Rp 15.555 per USD). Deposit sebesar USD 40 juta atau sekitar Rp 623,19 miliar (asumsi kurs rupiah 15.579 per dolar AS) telah dibayarkan pada tanggal penandatanganan PJB sebagai syarat pendahuluan rencana transaksi.
Nilai tersebut merupakan nilai transaksi material karena merupakan 95,1 3 persen dari total ekuitas perseroan berdasarkan laporan keuangan periode 30 Juni 2022. Nilai transaksi itu juga lebih besar dari 50 persen ekuitas perseroan, sehingga disyaratkan untuk memperoleh persetujuan RUPS terlebih dahulu yang rencananya akan digelar pada 25 November 2022.
"Atas terealisasinya transaksi ini, perseroan optimis mendapatkan kontribusi positif pada kinerja keuangan konsolidasian perseroan di masa mendatang yang pada akhirnya memperkuat posisi perseroan sebagai salah satu perusahaan dalam bisnis infrastruktur energi di Indonesia,” tulis manajemen perseroan, dikutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (20/10/2022).
Dengan kuatnya posisi tersebut, perseroan berharap daya tarik investasi dan akses pembiayaan dari para investor dan kreditur kepada perseroan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kredibilitas dan kinerja Astrindo Nusantara Infrastruktur serta dapat meningkatkan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan perseroan.
Perseroan juga berharap kinerja secara keseluruhan, baik infrastruktur maupun pertambangan batu bara pada akhirnya dapat beroperasi dengan bisnis netral karbon di masa yang akan datang.
Advertisement