Sukses

Wall Street Menguat, Investor Abaikan Langkah Bank Sentral Jepang

Pada penutupan perdagangan, indeks Dow Jones naik 92,20 poin atau 0,28 persen ke posisi 32.849,74.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street pada perdagangan Selasa, 20 Desember 2022. Wall street menepis langkah mengejutkan dari Bank of Japan atau bank sentral Jepang yang mendorong imbal hasil obligasi menguat.

Selain itu, investor juga mengabaikan kekhawatiran kalau reli akhir tahun mungkin tidak akan terjadi. Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones naik 92,20 poin atau 0,28 persen ke posisi 32.849,74. Indeks S&P 500 menguat 0,10 persen menjadi 3.821,62. Indeks Nasdaq bertambah 0,01 persen menjadi 10.547,11.

Bank of Japan bergerak memperluas batasannya pada imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun membuat pelaku pasar lengah dan mendorong saham berjangka turun, pada awal sesi perdagangan. Itu menambah tekanan dari bank sentral lainnya yang hawkish. Hal ini setelah pekan lalu bank sentral Eropa dan the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga.

Saham pulih seiring pelaku pasar menilai pergerakan bank sentral dan bertaruh kalau sebagian besar akan menghentikan kenaikan suku bunga pada 2023.

“Lebih dari 90 persen bank sentral telah menaikkan suku bunga tahun ini membuat sebagian besar upaya terkoordinasi global belum pernah terjadi sebelumnya,” ujar Fixed Income Strategist LPL Financial, Lawrence Gillum, dikutip dari CNBC, Rabu (21/12/2022).

“Berita bagus? Kami pikir mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunga ini yang dapat kurangi angin sakal yang telah kami lihat di pasar keuangan global tahun ini,” ia menambahkan.

 

2 dari 4 halaman

Kapitalisasi Pasar Merosot

Wall street meski menguat pada perdagangan Selasa, 20 Desember 2022, saham berada di zona merah dalam sepekan. Indeks Dow Jones turun 5,03 persen pada Desember 2022. Indeks S&P 500 tergelincir 6,34 persen dan indeks Nasdaq terpangkas 8,03 persen.

Sejumlah perusahaan besar akan melaporkan hasil kuartalan pekan ini jelang liburan Natal. Nike dan FedEx akan laporkan kinerja. Di sisi lain, pekan ini juga menjanjikan banyak informasi mengenai industri perumahan. Data penjualan rumah lama dan baru akan dirilis pada Rabu dan Jumat pekan ini. Laporan pengeluaran konsumsi pribadi pada November, ukuran inflasi yang disukai the Fed akan rilis pada Jumat pekan ini.

Sementara itu, ini merupakan tahun yang sulit untuk saham yang berada di wilayah bearish atau koreksi dan merosot year to date (ytd). Kapitalisasi pasar saham AS merosot USD 11,7 triliun, berdasarkan data Bespoke Group.

“Penarikan maksimal adalah USD 13,6 triliun, pada titik terendah 30 September. Jadi kami telah melihat peningkatan kapitalisasi pasar hanya di bawah USD 2 triliun sejak saat itu. Dalam dolar AS, penarikan ini lebih ekstrem dari apa pun yang pernah dialami investor, itu sangat deflasi jika Anda bertanya kepada kami,” tulsi analis dikutip dari CNBC, Rabu (21/12/2022).

Dari kapitalisasi pasar yang susut USD 11,7 triliun, kerugian lebih dari USD 5 triliun hanya berasal dari lima perusahaan antara lain Apple, Microsoft, Amazon, Alphabet, Meta dan Tesla.

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street 19 Desember 2022

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) merosot pada perdagangan Senin, 19 Desember 2022. Koreksi wall street terjadi seiring kekhawatiran resesi meningkat dan investor khawatir waktu hampir habis untuk reli akhir tahun.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melemah 162,92 poin atau 0,49 persen menjadi 32.757,54. Indeks S&P 500 merosot 0,90 persen menjadi 3.817,66. Indeks Nasdaq turun 1,49 persen menjadi 10.546,04. Indeks Nasdaq tertekan didorong saham Amazon yang tergelincir 3,35 persen.

Penutupan wall street pada Senin, 19 Desember 2022 menandai penurunan hari keempat berturut-turut untuk indeks acuan. Pergerakan indeks tersebut mengikuti koreksi mingguan lainnya setelah bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) merilis kenaikan suku bunga 50 basis poin (bps) dan mengisyaratkan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu lama.

Kekhawatiran bank sentral akan mendorong ekonomi AS ke dalam resesi karena pembuat kebijakan menaikkan perkiraan kenaikan suku bunga ke depan di atas harapan sebelumnya. Bank sentral AS saat ini harapkan suku bunga naik menjadi 5,1 persen.

“Menjelang akhir Desember, investor masih menunggu reli santa claus itu, dengan saham turun berturut-turut selama berminggu-minggu untuk pertama kalinya sejak September,” ujar Direktur Pelaksana E*Trade Morgan Stanley, Chris Larkin seperti dikutip dari CNBC, Selasa (20/12/2022).

Ia menuturkan, data menunjukkan inflasi mereda mungkin telah memberi dorongan untuk pasar dalam jangka pendek, tetapi the Fed tetap teguh. Ketua the Fed Jerome Powell menyatakan, suku bunga dapat tetap tinggi kemungkinan menekan investor.

 

 

4 dari 4 halaman

Menambah Kekhawatiran Investor

Bank sentral lain juga dalam mode hawkish, menambah kekhawatiran investor akan resesi global. Bank sentral Eropa pekan lalu menaikkan suku bunga dan mengatakan akan melihat kenaikan suku bunga lebih signifikan ke depan. Bank of Japan juga berpotensi mempertimbangkan kembali target inflasi dua persen dan mungkin akan segera menaikkan suku bunga.

Saham bersiap untuk melengkapi kinerja bulanan yang suram pada Desember 2022 setelah dua minggu negatif berturut-turut. Sejauh ini, indeks Dow Jones melemah 5,3 persen. Indeks S&P 500 merosot 6,4 persen. Indeks Nasdaq tergelincir 8 persen.

Investor juga akan mengamati beberapa laporan laba yang drilis akhir pekan ini. FedEx dan Nike dijadwalkan untuk melaporkan hasil laba pada Selasa, 20 Desember 2022 setelah penutupan pasar. Saat ketakutan resesi meningkat, kinerja laba akan menjadi fokus.

“Tingkat suku bunga dan inflasi mungkin telah memuncak tetapi kami melihat sebagai tanda peringatan untuk profitabilitas, sebuah kenyataan yang kami yakini masih kurang dihargai tetapi tidak dapat diabaikan lagi,” ujar Analis Morgan Stanley Michael Wilson.