Sukses

Wall Street Tersungkur Imbas Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga The Fed

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 348,99 poin atau 1,05 persen ke posisi 33.027,49.

Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street anjlok pada perdagangan Kamis, 22 Desember 2022. Wall street koreksi seiring aksi jual pada akhir 2022.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones merosot 348,99 poin atau 1,05 persen ke posisi 33.027,49. Pada awal sesi perdagangan, indeks Dow Jones melemah 803,05 poin. Indeks S&P 500 turun 1,45 persen menjadi 3.822,39. Sementara itu, indeks Nasdaq tergelincir 2,18 persen menjadi 10.476,12.

Koreksi ini mengikuti reli 526 poin dalam indeks Dow Jones pada Rabu, 21 Desember 2022 setelah laba Nike dan FedEx lebih baik dari perkiraan. Selain itu, sentimen data konsumen yang kuat pada Desember 2022. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing melonjak 1,49 persen dan 1,54 persen pada Rabu pekan ini.

Namun, aksi jual kembali terjadi pada Kamis pekan ini seiring investor tetap khawatir pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut dari bank sentral di dunia akan mendorong ekonomi ke dalam resesi. Saham teknologi termasuk di antara paling rugi dengan perusahaan semikonduktor antara lain Lam Rsearch dan Advanced Micro Devices masing-masing turun hampir 8,7 persen dan 5,6 persen.

"Saya bersandar pada pasar saham. Keuntungan dan kerugiannya tidak masuk akal bagi saya ketika saya memiliki begitu banyak. Bank sentral memberi tahu saya apa yang akan mereka lakukan,” ujar Pendiri Appaloosa Management, David Tepper, dikutip dari CNBC, Jumat (23/12/2022).

Saham berjangka jatuh ke posisi terendah setelah komentar dari hedge fund berpengaruh. Sepanjang Desember 2022, indeks Dow Jones turun 4,5 persen. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing tergelincir 6,3 persen dan 8,7 persen. Rata-rata tiga indeks acuan ini memecahkan rekor kemenangan beruntung dalam tiga tahun dan membukukan kinerja tahunan terburuk sejak 2008.

 

2 dari 4 halaman

Gerak Saham di Wall Street

Saham Tesla turun hampir 8,9 persen setelah produsen kendaraan listrik tersebut mulai menawarkan diskon USD 7.500 atau sekitar Rp 116,82 juta (asumsi kurs Rp 15.577 per dolar AS). Hal ini menambah kekhawatiran investor akan melambatnya permintaan mobil listrik.

Saham CarMax turun sekitar 3,7 persen setelah pengecer mobil bekas kehilangan keuntungan dan harapan pendapatan. Saham Micron Technology tergelincir 3,4 persen seiring hasil kuartalan yang mengecewakan yang dirilis Rabu malam.

Demikian saham meme AMC turun lebih dari 7 persen setelah mengumumkan kenaikan modal. Saham AMC jatuh 23 persen setelah mengumumkan rencana mengumpulkan USD 110 juta dalam penjualan saham preferen. Saham AMC turun lebih dari 23 persen pra perdagangan.

Antara Capital akan membeli saham APE dengan rata-rata harga 66 sen per saham. Saham preferen ditutup di posisi 68,5 sen. AMC juga ingin mendapatkan persetujuan pemegang saham untuk mengubah saham APE menjadi saham biasa AMC dengan rasio 1:10.

Sementara itu, klaim pengangguran mingguan yang berakhir 17 Desember 2022 naik 2.000 menjadi 216.000, demikian laporan Departemen Tenaga Kerja AS. Klaim pengangguran ini lebih lecil dari konsensus sebesar 220.000.

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 21 Desember 2022

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street melonjak pada perdagangan Rabu, 21 Desember 2022. Wall street catat kenaikan dalam dua hari setelah laporan kinerja laba meningkatkan harapan kalau laba perusahaan lebih baik dari pada yang ditakuti bahkan  dengan potensi resesi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones melonjak 526,74 poin atau 1,6 persen  ke posisi 33.376,48. Indeks S&P 500 melambung 1,49 persen ke posisi 3.878,44. Indeks Nasdaq bertambah 1,54 persen ke posisi 10.709,37.

“Kami mendapat semacam oversold dan saya pikir pasar sedang mencari alasan untuk reli dan Nike dan FedEx menyediakan itu,” ujar Chief Investment Strategist CFRA Research, Sam Stovall seperti dikutip dari CNBC, Kamis (22/12/2022).

Saham Nike melonjak 12 persen setelah kinerja mengalahkan wall street untuk pendapatan dan laba kuartalan. Hasilnya mengangkat saham ritel lainnya. Produsen pakaian olahraya ini juga menunjukkan kemajuan dalam upaya mengosongkan persediaan.

Sementara itu, saham FedEx naik 3,4 persen setelah melaporkan laba per saham yang mengalahkan perkiraan. Perseroan juga berencana memangkas biaya.

Di sisi lain, data kepercayaan konsumen yang lebih baik dari perkiraan pada Desember yang melonjak ke level tertinggi sejak April 2022 juga mendorong sentimen investor.

Akhir tahun di depan mata, rata-rata tiga indeks acuan pada kecepatan untuk menghentikan kemenangan beruntun dalam tiga tahun dan membukukan tahun terburuk sejak 2008.

Pada 2022, indeks Dow Jones melemah 8,15 persen pada 2022 dan 3,51 persen pada Desember 2022. Indeks S&P 500 merosot 18,63 persen pada 2022 dan 4,94 persen pada Desember 2022. Sementara itu, indeks Nasdaq anjlok 31,55 persen dan 6,62 persen pada Desember 2022.

 

4 dari 4 halaman

Saham yang Paling Banyak Dibeli

Vanda Research menunjukkan Tesla, Apple yang paling banyak dibeli pada 2022. Terlepas dari perdagangan yang bergejolak, investor ritel berbondong-bondong menuju saham perusahaan perusahaan teknologi yang terpukul pada 2022, berdasarkan data Vanda Research.

Investor membeli saham Tesla USD 15,4 miliar pada 2022, meningkat 424 persen dari 2021. Itu memungkinkan saham kendaraan listrik mengungguli saham paling populer di kalangan investor ritel.

Aksi beli investor ritel mencapai USD 15,2 miliar untuk Apple. Pembelian itu naik 18 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kemudian diikuti saham Advanced Micro Devices dengan aksi beli USD 10,6 miliar. Namun, bukan saham individu yang paling banyak dibeli investor pada 2022. SDPR S&P 500 ETF Trust dan Invesco QQQ Trust menjadi sekuritas yang paling banyak dibeli.

Tiga saham yang paling tidak populer yang dibeli pada 2022 adalah AMC, Palantir Technologies, dan Micron Technology, berdasarkan data Vanda. Di sisi lain, banyak saham meme juga yang alami penurunan pembelian dari tahun ke tahun meski arus masuk melonjak pada kuartal I 2022.

"Kami percaya kerugian portofolio besar yang terakumulasi pada tingkat agregat berada di balik penurunan perilaku spekulatif ini,” tulis Vanda.

Data juga menunjukkan rata-rata portofolio ritel akan turun 35 persen dari level tertinggi sepanjang masa pada akhir tahun.