Sukses

Pendapatan Naik 5,11 Persen, Kawasan Industri Jababeka Tekan Rugi

Kawasan Industri Jababeka memperoleh laba bruto sebesar Rp 864,22 miliar, naik 36,17 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 634,66 miliar.

Liputan6.com, Jakarta PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) mengumumkan kinerja perseroan untuk periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2022.

Pada periode ini perseroan berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 5,11 persen menjadi Rp 1,73 triliun dari Rp 1,65 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Bersamaan dengan itu, perseroan berhasil menekan beban pokok pendapatan menjadi Rp 872,77 miliar dari Rp 1,02 triliun pada September 2021.

Alhasil, perseroan memperoleh laba bruto sebesar Rp 864,22 miliar, naik 36,17 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 634,66 miliar.

Melansir laporan keuangan perseroan, Jumat (23/12/2022), pada periode ini perseroan mencatatkan beban penjualan sebesar Rp 47,9 miliar, beban umum dan administrasi Rp 347,75 miliar, pendapatan keuangan Rp 26,66 miliar, dan beban keuangan Rp 359,15 miliar. Lalu beban pajak final senilai Rp 32,8 milir, serta beban lain-lain Rp 197,33 miliar.

Setelah dikurangi beban pajak penghasilan, perseroan berhasil menekan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk menjadi Rp 145,51 miliar dari rugi Rp 179,53 miliar pada September 2021.

Dari sisi aset perseroan sampai dengan September 2022 tercatat sebesar Rp 12,56 triliun, naik tipis dibandingkan posisi Desember 2021 sebesar Rp 12,29 triliun. Terdiri dari aset lancar senilai Rp 8,75 triliun dan sisanya Rp 3,811 merupakan aset tidak lancar.

Liabilitas sampai dengan September 2022 tercatat sebesar Rp 6,28 triliun, naik dari Rp 5,92 triliun pada Desember 2021.

Terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 1,35 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 4,92 triliun. Sementara ekuitas sampai dengan September 2022 turun menjadi Rp 6,29 triliun dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 6,37 triliun.

2 dari 3 halaman

Klaster Industri Net Zero Pertama di Asia Tenggara

Pabrik-pabrik industri terkemuka di Kawasan Industri Jababeka di Cikarang-Indonesia terdiri dari Pertamina, Hitachi, Unilever, dan L'Oréal, berkolaborasi untuk menciptakan klaster industri net zero dan menjadi klaster industri net zero pertama di Asia Tenggara.

Hal ini merupakan hasil konkret dari Task Force Energy, Sustainability & Climate (TF ESC) B20 dengan mendorong kolaborasi untuk klaster industri net zero pertama di Asia Tenggara.

Kelompok pabrik Jababeka tersebut menandatangani pernyataan bersama dan mengumumkan rencananya untuk menjadi klaster industri net zero pertama di Kawasan Industri Jababeka di Indonesia Net Zero Summit 2022, side event B20 Indonesia 2022.

Klaster ini akan didukung oleh World Economic Forum dan Accenture sebagai bagian dari inisiatif "Transitioning Industrial Clusters towards Net Zero" yang bekerja sama dengan Accenture dan EPRI.

 

3 dari 3 halaman

Dekarbonisasi

Pascapenandatanganan, kelompok pabrik Jababeka berencana akan bersama-sama mengembangkan solusi dekarbonisasi di Kawasan Industri Jababeka. Di mana targetnya ialah mencapai emisi karbon nol bersih sebelum 2050 untuk mendukung target net zero Indonesia pada 2060.

Tujuan utama lainnya termasuk meningkatkan efisiensi operasional dan sirkularitas serta transisi dari energi fosil ke energi listrik bertenaga surya, dan sumber terbarukan lainnya. Tujuan-tujuan ini akan menjadi bagian dari upaya transisi energi B20 yang mendukung presidensi G20 Indonesia pada 2022.

“Klaster industri net zero Jababeka akan dibangun di atas dasar yang telah kami letakkan sebagai kawasan industri selama lebih dari 30 tahun dengan perusahaan dari 30 negara untuk bertransformasi di masa depan, menggunakan teknologi dan digital dalam operasionalnya,” tutur Managing Director Jababeka Infrastruktur Agung Wicaksono, dikutip Sabtu (12/11/2022).

Ia menuturkan, inisiatif tersebut, akan membantu perusahaan-perusahaan yang ada di kawasan industri terbesar di Asia Tenggara ini untuk mengambil peran utama dalam mengatasi meningkatnya permintaan konsumen akan produk berkelanjutan dan praktik bisnis yang bertanggung jawab.

Video Terkini