Liputan6.com, Jakarta Santa Claus Rally atau reli Sinterklas menggambarkan peningkatan berkelanjutan di pasar saham yang terjadi pada pekan jelang 25 Desember.
Namun, tampaknya ada beberapa ketidaksepakatan mengenai waktu persis kapan fenomena ini berlangsung, apakah sepekan jelang Natal, atau justru sepekan usai Natal hingga 2 Januari.
Ada banyak penjelasan penyebab reli Sinterklas, termasuk pertimbangan pajak, optimisme pasar dan euforia musiman di Wall Street, serta investasi tambahan jelang musim libur.
Advertisement
Teori lain menyebutkan bahwa beberapa investor institusi cenderung mengambil momentum dan menyerahkan pasar kepada investor ritel yang cenderung lebih bullish.
Melansir laman Investopedia, Sabtu (24/12/2022), investor atau trader memperhatikan tren siklus dan tak jarang menemukan cara untuk mengeksploitasi pola historis.
Tapi itu selalu merupakan proposisi yang relatif acak. Bagi yang melakukan perdagangan dengan pola yang seolah-olah teratur, mereka cenderung melakukannya berulang kali dari waktu ke waktu, dengan membatasi jumlah risiko dan imbal hasil yang mereka ambil melalui sebuah takaran, menghentikan pesanan, dan mengurangi risiko kerugian jika posisi berlawanan dengan asumsi mereka.
Pada kondisi ini, ada baiknya investor memiliki strategi untuk memutuskan investasinya pada beberapa skenario. Di antaranya termasuk mempertimbangkan tingkat stop-loss dan memiliki rencana tentang apa yang harus dilakukan jika perdagangan tidak menguntungkan atau stagnan.
Di Indonesia
Di Indonesia, Head of Research NH Korindo Sekuritas Liza C. Suryanata mengatakan, fenomena ini tergantung pada kondisi market global dan finansial keuangan dunia.
Untuk saat ini, Liza mencermati setidaknya ada tiga sentimen besar yang mempengaruhi berlangsungnya santa claus rally. Pertama, adanya getaran World Cup Qatar 2022.
“Secara historis, memang kalau ada world cup itu pasar saham nilai transaksinya selalu sepi. Kemarin saja, nilai taruhan yang bergulir di sekitar World Cup yang ditutup kemenangan Argentina, mencapai Rp 550 triliun. Bisa dibayangkan, jadi duit spekulannya pindah meja dulu ke World Cup,” beber Liza pada pemberitaan sebelumnya.
Kedua yakni sentimen kinerja saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). Saham GOTO menjadi salah satu pemberat IHSG selama Desember 2022, menyusul usainya periode lock up pemegang saham GOTO pada 30 November 2022. Sejak saat itu, saham GOTO terkoreksi hingga beberapa kali sentuh level auto reject bawah (ARB).
Advertisement
Hal Lain
Ketiga, yakni pelonggaran atau zero covid policy relaxation di China. Menyusul kebijakan itu, diharapkan perekonomian China akan mulai bergulir dan impor ekspor dari dan ke negara itu bisa kembali lancar.
Bersamaan dengan pelonggaran itu, bursa saham negeri tirai bambu itu tercatat sedang murah, akibatnya banyak investor yang melirik bursa negara tersebut.
“Pada saat (pengetatan) itu dibuka, bursa saham Hongkong Han Seng dan China pas lagi murah-murahnya. Sebagai perbandingan, saat itu PER Hang Seng 10 kali, sedangkan kita 14,7. Jadi no wonder setelah pengumuman itu banyak inflow yang masuk ke sana. Jadi masuk akal fun manager kalau tertarik ke sana,” jelas Liza.