Liputan6.com, Jakarta - Pada 2022, Bursa Efek Indonesia (BEI) diwarnai penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) dari sektor teknologi, antara lain PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) atau Blibli.
Momen yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba pada April 2022. Perusahaan startup berstatus decacorn, layanan ride hailing Gojek tercatat di pasar modal Indonesia. Status decacorn merupakan startup dengan valuasi di atas USD 10 miliar.
Baca Juga
Melalui PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 April 2022 dengan kode saham GOTO.
Advertisement
GOTO menjadi perusahaan tercatat ke-15 di BEI dengan jumlah saham yang dicatatkan 1.184.363.929.502 saham. Saham tersebut terdiri dari saham pendiri seri A sebanyak 1.082.912.477.886 saham, saham treasuri seri A sebanyak 10.264.665.616 saham, saham pendiri seri B sebanyak 50.571.730.000 saham, dan penawaran umum kepada masyarakat atau initial public offering (IPO) seri A sebanyak 40.615.056.000 saham dengan nilai nominal Rp 1 per saham.
Perseroan mematok harga IPO Rp 338 per saham. Dari IPO tersebut, perseroan memeroleh dana sekitar Rp 13,7 triliun. Perolehan dana IPO GOTO termasuk terbesar sepanjang 2022 di BEI. Bahkan penghimpunan dana IPO GOTO terbesar ketiga di Asia.
GOTO memakai dana IPO tersebut untuk modal kerja dan meningkatkan penyertaan pada perusahaan anak yang akan digunakan sebagai modal kerja.
Adapun dari sisi penghimpunan dana saat itu mencerminkan kapitalisasi pasar mencapai Rp 400,3 triliun. Dalam proses IPO tersebut, GOTO juga menarik partisipasi sekitar 300.000 investor.
Saat pencatatan perdana saham ini, perseroan juga siapkan strategi stabilisasi harga saham. Perseroan menunjuk PT CGS-CIMB Sekuritas selaku agen stabilisasi harga saham. Program stabilisasi harga saham tersebut selesai pada 28 April 2022 dengan akumulai saham dibeli mencapai 6.092.258.400 lembar atau 100 persen dari alokasi saham greenshoe senilai Rp 2,05 tiliun. Adapun saham yang diperoleh dari opsi greenshoe ini hanya boleh ditahan kepemilikannya maksimal 3 tahun.
Namun, langkah stabilitasi harga saham tersebut belum mampu menahan tekanan terhadap saham GOTO. Hingga akhir 2022, saham GOTO tertekan. Mengutip data RTI, saham GOTO sudah turun 74,55 persen menjadi Rp 86 per saham pada Jumat, 23 Desember 2022 dari harga IPO Rp 338 per saham. Kapitalisasi psar saham GOTO tercatat Rp 229,74 triliun.
Â
IPO Blibli
Selain GOTO, perusahaan teknologi yang bergerak di bidang e-commerce yaitu PT Global Digital Niaga Tbk (BELI) tercatat di BEI pada 2022.
Perseroan menawarkan 17,77 miliar saham ke publik dengan harga Rp 450 per saham. Dengan demikian, perseroan memperoleh dana IPO sebesar Rp 7,99 triliun. Perolehan dana Blibli termasuk terbesar kedua pada 2022 setelah GoTo.
Perseroan akan memakai dana IPO antara lain sekitar Rp 5,5 triliun untuk pembayaran utang ke perbankan. Sedangkan sisanya akan digunakan oleh perseroan dan entitas anak sebagai modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha utama dan pengembangan usaha perseroan.
Untuk melaksanakan IPO, PT Global Digital Niaga Tbk telah menunjuk penjamin pelaksana emisi efek yaitu PT BCA Sekuritas dan PT BRI Danareksa Sekuritas.
PT Global Digital Niaga Tbk resmi menjadi perusahaan tercatat ke-47 di BEI pada 8 November 2022 2022. Pada perdagangan perdana, saham Blibli naik tipis 0,89 persen ke posisi Rp 454 per saham pada Selasa, 8 November 2022.
Hingga akhir 2022, saham Blibli terpantau stabil dan cenderung menguat meski tidak signifikan. Saham Blibli naik 4 persen ke posisi Rp 468 per saham pada Jumat, 23 Desember 2022 dari harga IPO Rp 450 per saham. Kapitalisasi pasar saham yang terbentuk sekitar Rp 55,45 triliun.
Advertisement
Tanggapan Analis
Berbicara saham sektor teknologi, saham tersebut terpantau loyo pada 2022. Berdasarkan data BEI hingga penutupan perdagangan Jumat, 23 Desember 2022, sektor saham teknologi merosot 42,88 persen ke posisi 5.137. Hal itu juga bebani laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Meski demikian, analis menilai fluktuasi yang terjadi pada perusahaan IPO merupakan hal yang wajar. Padahal, di awal harganya menguat seiring sentimen pelaku pasar yang saat itu sangat antusias terhadap saham-saham teknologi.
"Namun seiring berjalan waktu tentu pasar mulai objektif melihat kinerja perusahaan," kata Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 19 Desember 2022.
Misalnya, saat ini kinerja GOTO belum bisa menunjukkan perbaikan dalam aspek profitabilitas. Sehingga, harga saham GOTO turun drastis setelah periode lock up.
Â
Â
Â
Selanjutnya
Sementara itu, Analis RHB Sekuritas Michael Wilson Setjoadi menuturkan, karena sebagian besar IPO saham teknologi digunakan untuk waktu exit (keluar) bagi nvestor yang sudah berinvetasi di perusahaan-perusahaan tersebut sebelum IPO.Â
"Selling pressure besar, seperti yang kita lihat di BUKA dan GOTO. Mayoritas saham BELI masih dari Djarum group di mana mirip seperti perusahaan IPO konvensional, tidak ada investor besar yang mempunyai kepentingan untuk exit dalam waktu 3-8 tahun," kata Michael.
Pada penutupan perdagangan Jumat, 16 Desember 2022, saham GOTO menjadi Rp 96. Artinya, saham tersebut terkoreksi dari harga IPO Rp 338.Michael menilai, hal tersebut menjadi momentum untuk keluar dari saham GOTO.
"Karena cukup banyak investor yang sudah melihat setelah lock up IPO selesai itu menjadi poin waktu untuk exit," kata dia.
Sedangkan, pada penutupan perdagangan Jumat lalu, harga saham BELI meningkat tipis dari IPO, yakni Rp 450. Michael mengatakan, hal tersebut dipengaruhi kepemilikan grup Djarum. "Djarum group yang masih mampunyai kepemilikan mayoritas," tutupnya.
Â
Â
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual saham. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.
Advertisement