Sukses

Ekspor Bauksit Dilarang Mulai 2023, Bagaimana Nasib Bisnis dan Saham Antam?

Penjualan bijih bauksit dan perak Antam masing masing sebesar Rp 436,9 miliar dan Rp 92,1 miliar.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah mengumumkan melarang ekspor bijih bauksit mulai Juni 2023. Lantas, bagaimana nasib saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang notabene memproduksi dan mengolah bijih bauksit?

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas, Cheryl Tanuwijaya menilai, porsi pendapatan Antam dari lini bisnis bauksit tergolong minim, tepatnya hanya 1,3 persen dari total pendapatan emiten tersebut hingga kuartal III 2022.

Alhasil, rencana pemerintah untuk melarang ekspor bauksit diyakini tidak berdampak signifikan terhadap kelangsungan bisnis Antam. Emiten tersebut masih bisa memperoleh keuntungan yang optimal dari komoditas lainnya.

"Antam masih prospektif di tengah kenaikan harga emas dan nikel," kata Cheryl saat dihubungi Liputan6.com, ditulis Minggu (25/12/2022).

Dengan demikian, Cheryl memprediksi harga saham ANTM dengan target harga Rp 2.180 per saham.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Chisty Maryani menjelaskan, hingga akhir September 2022 ANTM mencatatkan pertumbuhan dari sisi pendapatan naik 27,22 persen year on year (yoy) menjadi sebesar Rp 33,68 triliun.

Penjualan emas masih menjadi kontributor terbesar ANTM sebesar 66,8 persen atau sebesar Rp22,53 triliun. Kemudian, disusul pendapatan feronikel yang menopang sebesar 14,57 persen atau sebesar Rp 4,91 triliun, lalu alumina sebesar Rp 1 triliun dan bijih nikel Rp 3,56 triliun.

Sedangkan, bijih bauksit dan perak masing masing sebesar Rp 436,9 miliar dan Rp 92,1 miliar. Alhasil, ANTM mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang melesat 54,39 persen yoy menjadi sebesar Rp 2,63 triliun.

 

2 dari 2 halaman

Kembangkan hilirisasi

Menurut Chisty, larangan ekspor bijih bauksit pada pertengahan tahun depan merupakan upaya untuk mengembangkan hilirisasi dan meningkatkan nilai tambah ekspor di masa mendatang.

"Larangan tersebut tidak berpengaruh signifikan pada kinerja ANTM karena jika dilihat dari komposisi penjualan bijih bauksit hanya menyumbang 1,3 persen dari pendapatan ANTM," kata Chisty.

Potensi kinerja ANTM pada masa depan akan lebih dipengaruhi oleh permintaan komoditas logam, khususnya emas, dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Hal ini tercermin dari kontribusi penjualan ANTM yang sebagian besar untuk kebutuhan domestik yaitu sebesar 80 persen, sedangkan sisanya 20 persen untuk ekspor.

Selain itu, kinerja ANTM juga didorong oleh potensi kenaikan harga emas pada 2023. Komoditas emas berpotensi meningkat ketika peluang resensi muncul pada tahun depan, mengingat emas merupakan salah satu aset safe haven.

Oleh karena itu, Chisty merekomendasikan beli dengan support Rp 2.000 per saham, dengan target kenaikan harga pada resistance Rp 2.200.

"Investor dapat cut loss jika saham ANTM berada di level Rp 1.970 per saham," tutup dia.