Liputan6.com, New York - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street beragam pada perdagangan Selasa, 27 Desember 2022. Indeks S&P 500 merosot pada awal pekan ini seiring imbal hasil obligasi AS naik dan investor menimbang prospek ekonomi pada 2023.
Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones menguat 37,63 poin atau 0,11 persen ke posisi 33.241,56. Indeks S&P 500 tergelincir 0,4 persen menjadi 3.829,25. Indeks Nasdaq terpangkas 1,38 persen menjadi 10.353,23.
Baca Juga
Saham yang berkaitan dengan China menguat. Hal tersebut didorong sentimen China melonggarkan pembatasan COVID-19. Saham Tesla turun lebih dari 11 persen di tengah berita tentang jeda produksi yang diperpanjang selama sepekan di Shanghai. Penghentian produksi itu lataran kasus COVID-19 meningkat.
Advertisement
Sentimen itu juga mendorong saham Tesla alami kinerja buruk tahunan yang pernah ada. Dengan demikian memicu aksi jual saham Tesla yang berlanjut pada Selasa pekan ini.
Sepanjang Desember 2022, saham Tesla turun lebih dari 42 persen.Saham Tesla juga merosot lebih dari 57 persen sejak awal kuartal dan hampir 68 persen pada 2022. Koreksi saham Tesla juga terjadi di tengah akuisisi Twitter oleh CEO Elon Musk.
Southwest turun hampir 6 persen karena maskapai menimbulkan ribuan penerbangan. Di sisi lain, imbal hasil obligasi juga menguat sehingga memberikan tekanan pada saham pertumbuhan atau growth stock seperti teknologi.
Imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik hampir 11 basis poin ke posisi 3,85 persen. Sementara itu, saham Apple mencatat kinerja buruk di Dow Jones, jatuh ke level yang tidak terlihat sejak Juni 2021. Saham Apple melemah 1,4 persen.
Saham Apple
Terlepas dari saham Apple yang koreksi, sejumlah pengamat dan analis mengatakan, waktu yang lebih baik di depan untuk perusahaan teknologi tersebut.
Saham Apple telah anjlok hampir 27 persen pada 2022 karena kenaikan suku bunga. Apple juga bergulat dengan gangguan pasokan yang dipicu oleh penutupan pabrik di pemasok terbesarnya di China yang baru saja mulai mereda.
Barton Crockket dari Rosenblatt menuturkan, hambatan produksi telah mereda, permintaan tetap kuat dan masalah rantai pasokan akan mereda pada pertengahan bulan depan. Itu akan menjadi pertanda baik bagi Apple pada tahun baru termasuk saham.
Selain itu, Analis Citi Jim Suva menyebutkan, enam katalis untuk saham pada tahun baru. Meski Desember menantang, ia berharap perdagangan Apple lebih tinggi karena mendapat manfaat dari potensi pertumbuhan di India, pertumbuhan pendapatan berkelanjutan dan peningkatan pendapatan layanan.
Selain itu, peluncuran headset augmented reality dan virtual reality, buyback, dan perpindahan ke saham berkualitas dinilai dapat angkat saham.
“Ini pada dasarnya kelanjutan dari imbal hasil tinggi yang menekan pertumbuhan, dengan redistribusi ke sektor lain yang lebih kecil, tetapi tidak cukup besar untuk mengubah indeks utama,” ujar co-Chief Investment Officer Truist’s Keith Lerner seperti dikutip dari CNBC, Rabu (28/12/2022).
Sementara itu, Senior Global Market Strategist Wells Fargo Investment Institute, Sameer Samana menuturkan, kombinasi dari pajak penjualan rugi, penyeimbangan kembali portofolio dan investor yang memutuskan posisi pada 2023 juga dapat membebani indeks saham.
Advertisement
Kinerja Wall Street pada 2022
Saham menuju kinerja tahunan terburuk sejak 2008 dengan indeks Dow Jones dan S&P 500 masing-masing turun 8,5 persen dan 19,7 persen pada 2022. Indeks Nasdaq merosot 33,8 persen.
Pada Desember 2022, indeks S&P tergelincir 6,2 persen. Indeks Dow Jones dan Nasdaq masing-masing merosot 3,9 persen dan 9,7 persen. Rata-rata indeks acuan alami penurunan bulanan terbesar sejak September 2022.
Setelah gejolak perdagangan saham sepanjang 2022 diliputi ketakutan inflasi dan resesi, investor berharap menutup 2022 dengan catatan positif. Pada perdagangan Jumat, 23 Desember 2022 mulai periode reli sinterklas yang biasanya dianggap sebagai rentang perdagangan lima hari terakhir pada 2022, serta dua hari perdagangan pertama pada tahun baru.
Pertanyaan juga tetap apakah volatilitas akan berlanjut hingga 2023? Kemudian apakah yang akan ditimbulkan oleh ekonomi, inflasi pada tahun berikutnya?
Pasar saham tutup pada Senin, 26 Desember 2022 untuk libur Natal. Pada perdagangan yang singkat pekan ini, investor berharap volatilitas yang relatif tenang dan lebih lanjut karena volume perdagangan yang rendah.
Penutupan Wall Street pada 23 Desember 2022
Sebelumnya, Wall street menghijau di mana indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite menguat. Namun indeks masih membukukan kerugian mingguan karena kekhawatiran resesi terus menekan sentimen investor.
Melansir laman CNBC, Sabtu (24/12/2022), indeks S&P 500 naik 0,6% menjadi 3.844,82, sedangkan Komposit Nasdaq bertambah 0,2% ditutup pada level 10.497,86. Sementara indeks Dow Jones Industrial Average ditutup 176,44 poin lebih tinggi, atau 0,5%, menjadi 33.203,93.
Indeks utama terombang-ambing di awal sesi setelah indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti, ukuran inflasi pilihan Federal Reserve, sedikit memanas dari perkiraan ekonom pada basis tahun-ke-tahun, menunjukkan bahwa inflasi bertahan meskipun upaya Fed. untuk melawannya.
"Angka ekonomi yang diumumkan hari ini menyoroti kesulitan bagi investor, di mana angka yang lemah membawa ketakutan resesi dan angka yang kuat membawa ketakutan Fed," kata Louis Navellier, pendiri dan kepala investasi perusahaan investasi pertumbuhan Navellier & Associates.
“Anda tidak bisa menang sekarang di angka makro,” tambahnya. “Itulah mengapa sekarang ini lebih merupakan pasar pengambilan saham, tetapi dengan semua indeks dan pedagang ETF, bahkan saham yang menjalankan rencana bisnis mereka dengan baik dapat didorong secara berarti oleh pecundang terkait.”
Indeks S&P 500 mengakhiri minggu ini turun sekitar 0,2%, membukukan penurunan mingguan ketiga berturut-turut. Sementara Nasdaq Composite, turun 2% pada pekan ini, juga untuk minggu ketiga turun berturut-turut. Dow mengungguli, membukukan kenaikan 0,9%.
Advertisement