Sukses

PEI Salurkan Pendanaan Transaksi Marjin dan Repo Rp 1,65 Triliun

PEI berupaya mempertahankan tren penyaluran pendanaan transaksi marjin mencapai Rp 1,1 triliun per minggu ketiga Desember 2022.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pendanaan Efek Indonesia (PEI) menyalurkan pendanaan transaksi marjin dan pendanaan transaksi repo dengan total sebesar Rp 1,65 triliun hingga minggu ketiga Desember 2022.

PEI mengawali 2022 dengan kepercayaan diri yang tinggi setelah mendapatkan izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menyediakan fasilitas pendanaan transaksi repo dan pinjam meminjam efek melalui penerbitan POJK No.27/POJK.04/2021 27 Desember 2021.

Meskipun tidak mengalami lonjakan yang signifikan, PEI berupaya mempertahankan tren penyaluran pendanaan transaksi marjin mencapai Rp 1,1 triliun per minggu ketiga Desember 2022. 

"Pada 2021 transaksi marjin Rp 1,3 triliun, mengalami penurunan pada tahun ini," kata Direktur PEI, Suryadi dalam Media Gathering PEI, Rabu (27/12/2022).

Adapun, pendanaan transaksi marjin diberikan kepada partisipan PEI yang berjumlah 16 anggota bursa (AB), atau meningkat 4 AB jika dibandingkan dengan jumlah partisipan PEI pada 2021. 

Selain itu, dukungan BEI selaku Pemegang Saham PEI dilakukan melalui penerbitan SK Direksi BEI No.00044 tentang Penambahan Ketentuan terkait dengan Anggota Bursa Efek Dalam Melakukan transaksi margin pada 12 Agustus 2022. 

Melalui SK Direksi BEI tersebut, PEI diberi mandat untuk memberikan pendanaan transaksi marjin kepada AB marjin dengan MKBD antara Rp50 miliar sampai dengan Rp250 miliar.

Dalam hal AB marjin tersebut memberikan fasilitas pembiayaan transaksi marjin kepada nasabahnya untuk saham-saham marjin yang termasuk dalam list saham indeks IDX80. 

"Hal ini merupakan suatu terobosan baru yang diinisiasi oleh SRO, mengingat sebelumnya AB marjin dengan nilai MKBD tersebut hanya dapat membiayai transaksi marjin nasabahnya, yang sahamnya termasuk dalam list saham Indeks LQ45 saja," kata Suryadi.

2 dari 4 halaman

Fasilitas Triparty Repo

Sementara itu, dengan memanfaatkan fasilitas triparty repo yang disediakan oleh KPEI, sejak Maret 2022 PEI telah menyalurkan pendanaan transaksi repo sebesar total Rp 543 miliar. PEI juga mengambil peran sebagai pelopor penggunaan fasilitas Triparty Repo di KPEI, di mana KPEI menawarkan sistem pemantauan dan collateral management yang sangat dapat diandalkan melalui sistem triparty repo KPEI. 

"Meskipun baru berumur kurang dari satu tahun, produk pendanaan transaksi repo di PEI merupakan salah satu produk pendanaan transaksi efek dengan tingkat permintaan yang tinggi," ujar dia.

Meski demikian, PEI senantiasa menjaga kualitas kredit di PEI dengan memanfaatkan berbagai informasi calon partisipan repo PEI, di antaranya melalui optimalisasi penggunaan kredit skor dari IdScore (Pefindo Biro Kredit) dan informasi kredit dari Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK. 

Selain dua produk utama PEI, sejak Februari 2022 PEI juga telah menjalankan fungsi sebagai lender melalui fasilitas pinjam meminjam efek di KPEI. 

 

 

3 dari 4 halaman

Kinerja PEI

PEI juga telah secara aktif melakukan peminjaman Efek dalam rangka penyelesaian transaksi bursa, dan saat ini tengah dalam proses sebagai partisipan fasilitas pinjam meminjam efek (PME) bilateral di KPEI. 

PME Bilateral sendiri merupakan fasilitas yang baru disediakan oleh KPEI melalui penerbitan Peraturan KPEI No.XII 14 November 2022, dan PEI berencana untuk menjadi pionir dalam pelaksanaan PME bilateral di Indonesia pada 2023 mendatang. 

Kinerja PEI yang prima ditunjukkan melalui nilai non-performing loan (NPL) yang masih konsisten di nol persen (nihil). 

Sepanjang 2022, PEI tidak melakukan penjualan paksa (forced sell) atas saham jaminan yang dijaminkan di PEI, serta secara konsisten menjaga posisi pendanaan tidak mengalami default atau gagal bayar. 

Tak hanya itu, PEI mencatatkan rekor posisi outstanding pendanaan harian tertinggi pada 22 Desember 2022 lalu, yaitu mencapai Rp585,55 miliar. 

4 dari 4 halaman

Pendanaan Efek Indonesia Bakal Hadirkan IPO Financing

Sebelumnya, mengacu pada kebutuhan pendanaan di industri pasar modal, Pendanaan Efek Indonesia (PEI) menyusun roadmap (peta jalan) pengembangan produk pendanaan pasar perdana (IPO Financing) yang telah dimulai sejak 2022.

Direktur Pendanaan Efek Indonesia, Suryadi mengatakan, pihaknya akan mengambil peran untuk mengembangkan IPO Financing.

"Kami akan meminta (izin) pada OJK, PEI mengambil peran disana jadi inilah beberapa inisiatif dari PEI," kata Suryadi dalam Media Gathering PEI secara virtual, Rabu (27/12/2022).

Menurut ia, PEI nantinya akan menjadi salah satu lembaga yang menjadi penyedia likuiditas di pasar modal, tidak hanya di pasar sekunder, tetapi juga masuk di pasar primer.

Sementara itu, keterbatasan sumber pendanaan bagi investor di pasar perdana, merupakan peluang bagi PEI untuk dapat memberikan kesempatan bagi investor dalam mengoptimalkan keuntungan dari sektor pasar modal, bahkan dari hari pertama Efek tersebut ditransaksikan di bursa. 

Kajian awal atas produk tersebut telah selesai dilakukan pada tahun 2022, dan pada tahun depan PEI merencanakan untuk melakukan pendalaman dan studi komparasi terkait implementasi IPO Financing di negara lain. 

"Harapannya, PEI telah menyelesaikan kajian menyeluruh atas IPO Financing dan mengajukan produk tersebut kepada OJK agar dapat segera diimplementasikan dan meningkatkan peluang pendanaan di pasar perdana bagi para investor Indonesia," kata dia. 

Adapun, beberapa rencana kegiatan PEI pada 2023, sebagai berikut:

-PEI akan melakukan pendalaman pasar terkait detail kebutuhan industri terkait pendanaan pasar perdana, melalui acara gathering dan diskusi bersama para pelaku pasar.

-PEI akan melakukan studi komparatif pada praktik IPO Financing di negara lain, seperti Jepang dan Korea.

-Produk tersebut ditargetkan untuk dapat diajukan ke OJK sebagai produk pendanaan transaksi efek pada kuartal IV 2023.