Sukses

Garuda Indonesia Pangkas Porsi Private Placement, Kenapa?

Manajemen Garuda Indonesia (GIAA) menyatakan, semula perseroan berencana menerbitkan 21.329.763.265 saham baru seri C dalam rangka private placement.

Liputan6.com, Jakarta - PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) memangkas jumlah saham yang akam diterbitkan melalui penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement.

Sekretaris Perusahaan Garuda Indonesia, Mitra Piranti menjelaskan, semula perseroan berencana menerbitkan 21.329.763.265 saham baru Seri C dengan nilai nominal Rp 196 per saham pada aksi ini.

Namun, pada perkembangannya, terjadi pengurangan atas jumlah kreditur yang berhak untuk menerima saham perseroan berdasarkan perjanjian perdamaian. Hal itu mengingat sampai tanggal tenggat waktu yang ditentukan, beberapa kreditur tidak menyampaikan informasi yang dipersyaratkan sesuai Pasal 5.10(b)(iii) Perjanjian Perdamaian.

"Oleh karenanya, sesuai Pasal 5.10(b)(iv) perjanjian perdamaian, kreditur tersebut dianggap telah mengesampingkan bagian tagihannya yang seharusnya diselesaikan dengan ekuitas baru melalui PMTHMETD, sehingga hal ini berakibat pada jumlah saham yang akan dicatatkan Perseroan sehubungan dengan pelaksanaan PMTHMETD turun dari yang semula 21.329.763.265 saham menjadi 20.704.030.092 saham," ungkap Mitra dalam keterbukaan informasi Bursa, ditulis Jumat (30/12/2022).

Private placement ini digelar dalam rangka konversi utang kreditur sebagai pelaksanaan atas rencana perdamaian yang telah dihomologasi dan disahkan oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat melalui Putusan No. 425/Pdt.Sus-PKPU/2021/PN.Niaga.Jkt.Pst pada 27 Juni 2022, dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap melalui Putusan Mahkamah Agung No. 1454 K/Pdt.Sus- Pailit/2022 pada 26 September 2022.

Di samping itu, rencana pribate placement ini telah disetujui oleh Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa Lanjutan Garuda Indonesia pada 14 Oktober 2022.

Berdasarkan pengumuman perseroan sebelumnya pada 20 Desember 2022, terdapat 406 kreditur yang berhak menerima saham konversi. Sedangkan, dalam pengumuman teranyar, hanya terdapat 281 kreditur yang berhak atas saham seri C tersebut.

 

2 dari 4 halaman

Resesi Membayangi, Garuda Indonesia Optimistis Perbaikan Kinerja Berlanjut pada 2023

Sebelumnya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) optimistis dapat melanjutkan pertumbuhan kinerja tahun depan, kendati diselimuti bayangan resesi.

Merujuk pernyataan Kementerian Keuangan resesi akan berdampak minim terhadap Indonesia, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra yakin perseroan dapat mencapai pertumbuhan yang konservatif.

"Saat ini untuk tetap pada posisi berhati-hati, tidak ekspansif. Kami mengikuti pendapat Menteri Keuangan, Sri Mulyani dengan proyeksi kemungkinan besar Indonesia hanya akan terdampak secara marginal. Untuk itu kami berkeyakinan plan sudah kita sesuai, kita akan terbangkan lebih banyak penerbnagan domestik, dan menyeleksi penerbangan ke luar negeri,” kata Irfan dalam paparan publik perseroan, Selasa (27/12/2022).

Di sisi lain, perseroan juga terus memantau data pertumbuhan penumpang untuk moda transportasi udara saat ini. Meski tercatat tumbuh, namun Irfan mencermati data tersebut kemungkinan bersifat semu atau tren sementara.

Melansir data Badan Pusat statistik (BPS), jumlah penumpang angkutan udara domestik yang berangkat pada Oktober 2022 sebanyak 4,6 juta orang, naik 10,08 persen dibanding September 2022. Jumlah penumpang tujuan luar negeri (internasional) juga mengalami kenaikan, yaitu sebesar 7,22 persen menjadi 985,7 ribu orang.

Selama Januari–Oktober 2022, jumlah penumpang domestik sebanyak 42,7 juta orang dan jumlah penumpang internasional sebanyak 5,1 juta orang. Masing-masing naik sebesar 88,94 persen dan 1.010,64 persen dibanding kondisi pada periode yang sama pada 2021.

 

3 dari 4 halaman

Pasang Target Konservatif

“Kami masih mewaspadai apakah data itu nyata atau banyak diisi revenge travelers, yaitu orang-orang yang setelah pandemi terbang terus kemana-mana. Misal, biasanya ke Bali hanya setahun tiga kali, tapi sekarang jadi sampai 12 kali. Nah, apakah yang bersangkutan akan mempertahankan 12 kali penerbangan ke Bali dalam setahun atau kembali ke situasi sebelum pandemi menjadi tiga kali,” ujar Irfan.

Untuk itu, perseroan memasang proyeksi konservatif untuk tahun depan. Adapun strategi transformasi bisnis yang akan dilakukan perseroan ke depannya, meliputi penurunan lease rate, optimalisasi jumlah dan tipe pesawat, penetapan power by hour, optimalisasi route network, serta optimalisasi pendapatan kargo dan ancillary.

"Jadi kita akan konservatif tahun depan. Kami yakin ini cara yang terbaik buat kita untuk bisa hadapi ancaman resesi 2023,” pungkas Irfan.

 

 

4 dari 4 halaman

Dirut Garuda Indonesia Bidik Operasikan 70 Pesawat pada 2023

Sebelumnya, Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra memproyeksikan bisa mengoperasikan 70 pesawat di tahun depan. Komposisi ini didapat dari jumlah restorasi pesawat dan tambahan sewa pesawat.

Optimisme ini muncul setelah pemerintah resmi menyuntikkan dana Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp 7,5 triliun ke kas maskapai berkode saham GIAA tersebut. Dana ini memang digunakan untuk restorasi pesawat dan sewa pesawat baru.

"Nanti tahun depan sekitar 70 (armada) lah, termasuk 5 baru tambahan. Dalam proses ini ada 5 pesawat narrow body. Di luar yang direstorasi," ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Senin (26/12/2022).

Mengacu rencana perusahaan, maskapai pelat merah akan merestorasi sebanyak 63 pesawat hingga Juni 2023 mendatang. Diantaranya armada Boeing B737, Boeing B777, dan Airbus A330. Untuk armada Aribus A330, proses restorasi akan dilakukan bertahap.

Secara total, Irfan memproyeksikan mampu mengoperasikan sekitar 70 pesawat. Tentu, kata dia, ini mengacu pada kinerja perusahaan kedepannya. Sehingga ada kemungkinan penambahan pesawat bisa lebih banyak dari rencana.

Rencana penambahan pesawat bukan tanpa alasan. Irfan melihat adanya peningkatan kapasitas yang terjadi di beberapa rute domestik. Mengingat, geliat pariwisata dan pergerakan masyarakat yang semakin pulih.

"Dalam rencana bisnis kami, kita lihat narrow body untuk kebutuhan domestik kurang. Sekarang kelihatan juga kan," ujarnya.

Irfan tak berbicara banyak soal jenis pesawat baru yang akan diambil maskapai. Namun, dia memastikan pesawat itu masih tetap pesawat sewa.

"Kita berharap kalau bisa Boeing 737 NG, tidak menutup kemungkinan Airbus 320 untuk rute domestik," sambungnya.

Dia juga memastikan kalau proses sewa pesawat yang dilakukan akan sesuai ketentuan. Lessor yang dipilih, menurutnya adalah lessor yang selama ini sudah bekerja sama dengan Garuda Indonesia.

"Yang sudah masuk ketertarikan lessor yang selama ini kerja sama dengan kita. Karena memang ada referensi lah," pungkasnya.