Liputan6.com, Jakarta - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) berencana mengantarkan anak usaha, PT Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI) untuk melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dari aksi ini, perseroan menargetkan dana yang diperoleh mencapai USD 200 juta atau sekitar Rp 3,11 triliun (kurs 15.553,95 per USD).
Baca Juga
"Besaran yang diincar dari IPO sekitar USD 100 juta sampai dengan Rp 200 juta," kata Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim dalam paparan publik perseroan, Jumat 930/12/2022).
Advertisement
Silmy cukup percaya diri dengan IPO anak usaha ini lantaran telah mengantongi standby buyer. Sayangnya, dia tak menyebutkan siapa entitas yang akan menjadi standby buyer atas IPO PT Krakatau Sarana Infrastruktur.
“Sudah ada standby buyer untuk untuk IPO PT Krakatau Sarana Infrastruktur. Sehingga tidak terganggu oleh kondisi capital market baik nasional maupun internasional. Sehingga saya encourage manajemen untuk melaksanakan IPO karena sudah ada standby buyer,” imbuh Silmy.
Rencana ini sebelumnya telah dikemukakan Silmy dalam rapat bersama Komisi VI DPR. Silmy mengatakan, perseroan tengah menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) terkait dengan IPO PT Krakatau Sarana Infrastruktur.
Target 2023
Sebelumnya, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) optimistis penjualan dan laba bersih perseroan akan mengalami kenaikan pada tahun depan. Hal ini sejalan dnegan perbaikan fundamental perseroan yang terus gigenjot, salah satunya lewat restrukturisasi utang.
"Target di 2023, untuk penjualan USD 1,8 miliar. Dengan proyeksi keuntungan USD 88 juta USD. Itu rencana kerja untuk 2023,” kata Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim dalam paparan publik perseroan, Jumat (20/12/2022).
Hingga September 2022, pendapatan perseroan meningkat 14,5 persen menjadi USD 1,8 miliar dari USD 1,6 miliar pada periode zynga sama tahun lalu. Pendapatan itu merupakan kontribusi dari kenaikan volume penjualan sebesar 6,9 persen dan kenaikan harga jual komposit HSM & CRM sebesar 22,8 persen dari USD 741 per ton menjadi USD 910 per ton.
Dari raihan itu, laba bersih naik 134 persen menjadi USD 82 juta dari USD 60 juta pada September 2021. Lalu EBITDA Krakatau Steel mencapai 98 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar USD 116 juta menjadi USD 114 juta.
Dari sisi ekuitas, Krakatau Steel mengalami kenaikan 7,3 persen dari semula US$ 522 juta pada 31 Desember 2022 menjadi US$ 560 juta pada September 2022. Perseroan optimis mampu menjaga cash flow tetap positif sampai akhir 2022 dibandingkan capaian sebelumnya. Sampai September 2022, saldo kas operasi tercatat sebesar USD 138 juta.
"Performance ini merupakan bagian dari kinerja yang diperoleh pasca restrukturisasi dan transformasi. Kita masih melakukan itu dan harapannya kinerja Krakatau steel akan semakin baik," imbuh dia.
Advertisement
Krakatau Steel Resmi Genggam 50 Persen Saham Krakatau Posco
Sebelumnya, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) resmi menambah kepemilikan saham pada PT Krakatau Posco, perusahaan joint venture antara Krakatau Steel dengan Posco Holdings.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim mengatakan, penambahan kepemilikan saham ditandai dengan penandatanganan akta inbreng pada Senin, 28 November 2022.
"Dengan ditandatanganinya akta inbreng, kepemilikan saham Krakatau Steel di Krakatau Posco saat ini menjadi 50 persen, meningkat dari sebelumnya 30 persen," kata Silmy dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (29/11/2022).
Adapun proses penambahan kepemilikan saham Krakatau Posco oleh perseroan dimulai sejak 2016, ketika ditandatangani Minutes of Agreement antara Krakatau Steel dan Krakatau Posco. Silmy menilai Posco sebagai perusahaan baja paling efisien di dunia. Sehingga penambahan porsi kepemilikan perseroan atas saham Posco akan berdampak positif ke depannya.
"Dengan peningkatan saham Krakatau Steel di Krakatau Posco artinya kinerja Krakatau Steel akan semakin membaik khususnya pada proses produksi karena Krakatau Steel akan mensinergikan keunggulan Krakatau Steel dan Posco dalam setiap tahapan proses produksi," imbuh Silmy.
Rencana Strategis Perusahaan
Di sisi lain, penambahan saham Krakatau Steel ke PT Krakatau Posco adalah bagian dari upaya mewujudkan rencana-rencana strategis perseroan. Di antaranya seperti peningkatan kapasitas menjadi 10 juta ton per tahun dan juga pengembangan produk hilir seperti baja untuk otomotif serta produk baja berkualitas tinggi lainnya.
"Peningkatan saham Krakatau Steel pada Krakatau Posco akan memberikan nilai tambah kepada Krakatau Steel dalam upaya kami untuk menjadi market leader produk baja di Indonesia serta dalam usaha memperkuat pasar ekspor,” ujar Silmy.
Krakatau Posco mencatatkan laba USD 415 juta atau setara dengan Rp 6,5 triliun pada 2021. Bersamaan dengan itu, pendapatan tercatat sebesar USD 2,35 miliar atau setara dengan Rp 36,8 triliun. EBITDA PT Krakatau Posco pada 2021 mencapai USD 695 juta atau setara dengan Rp 10,8 triliun.
Saat ini Krakatau Posco memiliki kapasitas produksi 3,2 juta ton yang merupakan pabrik baja terintegrasi terdiri dari Iron and Steel Making Plant, Plate Rolling Mill, dan Hot Rolling Plant.
Advertisement