Sukses

Kaleidoskop 2022: Emiten Gencar Himpun Dana Lewat Rights Issue

Hingga 28 Desember 2022, OJK mencatat 44 penawaran umum terbatas atau rights issue.

Liputan6.com, Jakarta - Pasar modal masih menjadi alternatif pendanaan oleh perusahaan tercatat sepanjang 2022. Hal ini ditunjukkan dengan penghimpunan dana melalui penawaran umum terbatas (PUT) atau rights issue masih ramai pada 2022.

Hingga 28 Desember 2022, OJK mencatat nilai hasil penawaran umum mencapai Rp 266,41 triliun. Sayangnya, penghimpunan dana turun dibandingkan posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 363,29 triliun. Dana tersebut berasal dari 224 penawaran umum, naik dibandingkan 194 penawaran pada 2021.

Rinciannya, terdiri dari 57 Penawaran Umum Perdana Saham, 44 Penawaran Umum Terbatas (PUT), 123 Penawaran Umum Efek Bersifat Utang dan atau Sukuk.

"Total keseluruhan nilai hasil penawaran umum sebesar Rp 266,41 triliun. Dari 224 kegiatan emisi tersebut, kami mencatat emiten baru yang berhasil melantai di Bursa Efek sebanyak 63 Emiten,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi dalam konferensi pers di Jakarta, dikutip Jumat, 30 Desember 2022.

Mengutip data OJK pada minggu kedua Desember 2022, ada sekitar 43 perusahaan tercatat gelar rights issue dengan perolehan dana Rp 77,64 triliun.  Sementara itu, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), ada 40 emiten yang gelar rights issue dengan penghimpunan dana Rp 96,9 triliun hingga 20 Desember 2022.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengatakan, perusahaan tercatat atau emiten yang melakukan rights issue didominasi oleh sektor keuangan dengan 21 perusahaan tercatat. Kemudian sektor basic materials dengan lima perusahaan tercatat dan empat perusahaan tercatat dari sektor infrastruktur.

“Pada tahun 2021, ada 39 perusahaan tercatat yang telah melakukan rights issue. Dibandingkan tahun 2021, jumlah perusahaan yang melakukan rights issue pada tahun 2022 cenderung stabil,” tutur dia, Kamis, 29 Desember 2022.

2 dari 4 halaman

Faktor Pendorong Rights Issue pada 2022

Sementara itu, analis menilai, rights issue sepanjang 2022 terbilang cukup menarik karena emiten mencari modal untuk melakukan ekspansi.

Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis menuturkan, terdapat beberapa macam faktor emiten melakukan right issue, seperti emiten bank yang harus memenuhi modal inti, serta sektor lainnya yang membutuhkan modal untuk melakukan ekspansi.

"Hal tersebut karena emiten sektor keuangan khususnya perbankan harus memenuhi modal inti yang telah dtetapkan berdasarkan peraturan OJK," kata Abdul saat dihubungi Liputan6.com, Senin, 19 Desember 2022.

Abdul menyebutkan, potensi emiten melakukan rights issue masih ada, terlebih pada 2023 ada momen seperti tahun politik serta mulai pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru.

Hal tersebut membuat emiten akan membutuhkan modal besar, tetapi juga dilihat bagaimana pergerakan pasar saham karena ketika pasar saham sedang bullish kecenderungan emiten melakukan right issue juga cukup besar.

Sementara itu, Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas, Jono Syafei megatakan, rights issue memang dipengaruhi banyak faktor, antara lain untuk kebutuhan modal kerja maupun bagian dari penyehatan neraca keuangan. 

"Untuk sektor keuangan memang karena adanya peraturan kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) di mana bank harus memenuhi ketentuan modal minimum untuk masuk sesuai kelompok tertentu sehingga beberapa bank memerlukan modal tambahan," kata Jono.

Dia menuturkan, rights issue akan ramai jika tujuan aksi tersebut dianggap berdampak positif oleh investor. 

"Rights issue akan ramai jika tujuannya dianggap berdampak positif oleh investor, misal untuk kebutuhan modal kerja sehingga emiten tidak perlu menambah utang bank, kemudian ada atau tidaknya standby buyer baik dari pengendali atau pihak ketiga," kata dia.

3 dari 4 halaman

Rights Issue BUMN

Adapun pada 2022-2023, emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) gencar menghimpun dana melalui rights issue.

Terdapat tujuh perusahaan yang semula direncanakan untuk gelar penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue.

Tujuh perusahaan itu antara lain, Krakatau Steel (Persero) (KRAS), Semen Indonesia (SMGR), Waskita Karya (WSKT), Adhi Karya (ADHI), Bank Tabungan Negara (BBTN), Garuda Indonesia (GIAA), dan Bank Syariah Indonesia (BRIS).

Hingga akhir 2022, empat di antaranya telah dan dan sedang merampungkan rights issue, antara lain, SMGR, ADHI, BBTN, dan BRIS.

- PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) atau SIG

Pada porsi publik, tercatat sebanyak 388.403.084 lembar saham baru senilai Rp 2,56 triliun telah dipesan atau setara 93,68 persen dari total 414.598.313 saham baru yang ditawarkan. Hal ini menunjukkan tingginya minat dan partisipasi pemegang saham publik.

Pada aksi ini, perseroan semula berencana menawarkan sebanyak-banyaknya 846.215.318 saham baru Seri B dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Harga pelaksanaan rights issue dipatok sebesar Rp 6.600 per saham.

Dengan asumsi itu, perseroan diperkirakan memperoleh dana segar senilai Rp 5,58 triliun. Termasuk HMETD pemerintah RI sesuai porsinya yang dilakukan dengan cara penyetoran saham dalam bentuk selain uang (inbreng).

Penyetoran modal Negara RI akan disetorkan dalam bentuk kepemilikan 75,51 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor PT Semen Baturaja Tbk (SMBR), atau setara 7,49 miliar saham Seri B (inbreng saham SMBR), dengan nilai seluruhnya sebesar Rp 2,84 triliun.

 

4 dari 4 halaman

Selanjutnya

- PT Adhi Karya Tbk (ADHI)

Perseroan berhasil menyerap dana Rp 2,6 triliun lewat rights issue. Jumlah ini termasuk setoran modal pemerintah sebagai bagian dari proses rights issue secara penuh Rp 1,97 triliun. Semula, perseroan menargetkan perolehan dana Rp 3,87 triliun yang berasal dari penyertaan modal negara (PMN) Rp 1,97 triliun dan publik Rp 1,89 triliun. Dalam rights issue ini, perseroan menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 7.004.510.932 saham baru seri B.

- PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN)

Proses rights issue BBTN saat ini masih berlangsung. Dalam rangka rights issue, perseroan melepas 3,44 miliar saham baru atau setara 24,54 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan harga pelaksanaan Rp1.200 maka BTN berpeluang meraih tambahan modal Rp 4,13 triliun. Adapun jadwal pelaksanaan rights issue BBTN adalah sebagai berikut:

- Cum-right di pasar reguler & negosiasi: 22 Desember 2022

- Cum-right di pasar tunai: 26 Desember 2022

- Recording date: 26 Desember 2022

- Masa Pelaksanaan HMETD: 28 Desember 2022 - 5 Januari 2023

- Masa Perdagangan HMETD: 28 Desember 2022 - 5 Januari 2023

 

-PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS)

Rights issue BSI mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed sebanyak 1,4 kali. Hal ini menunjukan bahwa investor baik dari dalam dan luar negeri semakin percaya terhadap kinerja bank bersandi saham BRIS tersebut.

Seperti diketahui, pada pelaksanaan rights issue ini jumlah saham yang diterbitkan sebanyak-banyaknya 4.999.952.795 saham baru Seri B atau sebesar 10,84 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan.

Harga pelaksanaan rights issue Rp 1.000 untuk setiap lembar saham. Sehingga jumlah dana yang akan diterima perseroan dalam rangka PMHMETD I ini sebanyak-banyaknya sebesar Rp 5 triliun.