Liputan6.com, Jakarta - PT Sunindo Pratama Tbk, perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan besar mesin, peralatan dan perlengkapan lainnya menetapkan harga penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) senilai Rp 300.
Mengutip laman e-ipo, ditulis Senin (2/1/2023), PT Sunindo Pratama Tbk akan menawarkan 600 juta saham dengan nilai nominal Rp 100 dalam rangka IPO. Jumlah saham yang ditawarkan itu 24 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah IPO. Dalam rangka IPO, perseroan menawarkan harga kisaran Rp 300 per saham.
Baca Juga
Dengan demikian, perseroan akan meraup dana Rp 180 miliar dari IPO. Perseroan akan memakai dana IPO sekitar 40,14 persen untuk pembelian saham PT Rainbow Tubulars Manufacture (PT RTM), anak perseroan yang saat ini sebanyak 60 persen sahamnya dimiliki oleh perseroan.
Advertisement
Kemudian sekitar 42,60 persen akan digunakan untuk pelunasan sebagian utang usaha PT RTM kepada supplier dan modal kerja PT RTM untuk pembelian kebutuhan bahan baku dan bahan pendukung serta membiayai kegiatan operasional PT RTM. Lalu sisanya sekitar 17,26 persen atau Rp 30,38 untuk modal kerja termasuk pembelian kebutuhan bahan baku dan bahan pendukung sera untuk membiayai kegiatan operasional perseroan.
Dalam rangka IPO ini, Sunindo Pratama telah menunjuk PT UOB Kay Hian sebagai penjamin pelaksana emisi efek dan penjamin emisi efek. Adapun pemegang saham perseroan setelah IPO antara lain Soe To Tie Lin sebesar 64,60 persen, Willy Johan Chandra sebesar 11,40 persen dan masyarakat di bawah 5 persen sebesar 24 persen.
Perseroan mencatat penjualan Rp 245,08 miliar hingga 30 Juni 2022. Penjualan perseroan naik 88,91 persen dari periode sama tahun sebelumnya (tidak diaudit-red) sebesar Rp 129,73 miliar. Beban pokok penjualan naik 90,3 persen menjadi Rp 178,34 miliar hingga akhir kuartal II2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 93,70 miliar.
Laba dan Jadwal IPO
Laba bruto naik 85,22 persen menjadi Rp 66,73 miliar hingga Juni 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 36,02 miliar. Perseroan mencatat laba kompfrehensif periode tahun berjalan sebesar Rp 34,52 miliar hingga Juni 2022. Laba baik 142,9 persen dari periode akhir kuartal II 2022 sebesar Rp 14,20 miliar. Laba per saham dasar tercatat 14,58 hingga Juni 2022 dari periode sama tahun sebelumnya 90,09.
Perseroan mencatat ekuitas sebesar Rp 342,16 miliar hingga 30 Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 307,6 miliar. Perseroan membukukan lialibitas turun menjadi Rp 123,7 miliar hingga Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 129,08 miliar. Perseroan mencatat aset Rp 465,89 miliar hingga 30 Juni 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 437,44 miliar.
Untuk kebijakan dividen, perseroan berkomitmen membagikan dividen tunai sekitar 10 persen dari laba bersih tahun berjalan perseroan setelah sisikan cadangan wajib mulai tahun buku 2023.
JADWAL:
-Tanggal Efektif : 29 Desember 2022
-Masa Penawaran Umum : 2 - 5 Januari 2023
-Tanggal Penjatahan : 5 Januari 2023
-Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik : 6 Januari 2023
-Tanggal Pencatatan pada Bursa Efek Indonesia : 9 Januari 2023
Advertisement
IPO, Sunindo Pratama Lepas 24 Persen Saham ke Publik
Sebelumnya, PT Sunindo Pratama Tbk, perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan besar mesin, peralatan dan perlengkapan lainnya akan menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO).
Mengutip laman e-ipo, ditulis Minggu (18/12/2022), PT Sunindo Pratama Tbk akan menawarkan 600 juta saham dengan nilai nominal Rp 100 dalam rangka IPO. Jumlah saham yang ditawarkan itu 24 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam perseroan setelah IPO. Dalam rangka IPO, perseroan menawarkan harga kisaran Rp 280-Rp 300 per saham.
Dengan demikian, perseroan akan meraup dana Rp 168 miliar-Rp 180 miliar dari IPO. Perseroan akan memakai dana IPO sekitar 40,14 persen untuk pembelian saham PT Rainbow Tubulars Manufacture (PT RTM), anak perseroan yang saat ini sebanyak 60 persen sahamnya dimiliki oleh perseroan.
Kemudian sekitar 42,61 persen akan digunakan untuk pelunasan sebagian utang usaha PT RTM kepada supplier dan modal kerja PT RTM untuk pembelian kebutuhan bahan baku dan bahan pendukung serta membiayai kegiatan operasional PT RTM. Lalu sisanya sekitar 17,25 persen untuk modal kerja termasuk pembelian kebutuhan bahan baku dan bahan pendukung sera untuk membiayai kegiatan operasional perseroan.
Dalam rangka IPO ini, Sunindo Pratama telah menunjuk PT UOB Kay Hian sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Sedangkan penjamin emisi efek akan ditentukan kemudian. Adapun pemegang saham perseroan setelah IPO antara lain Soe To Tie Lin sebesar 64,60 persen, Willy Johan Chandra sebesar 11,40 persen dan masyarakat di bawah 5 persen sebesar 24 persen.
OJK: 64 Perusahaan Antre Himpun Dana di Pasar Modal, Ada IPO Jumbo pada 2023
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan terdapat penawaran umum perdana saham (initial public offering/ IPO) bernilai lebih dari Rp1 triliun di bursa pada 2023.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inarno Djajadi menuturkan, IPO di atas Rp1 triliun masih dalam proses dan ada di pipeline OJK. Kemungkinan, IPO tersebut masuknya tahun depan.
"Tidak hanya satu, masih dalam proses dan pipeline. Kapan akan masuknya, Insya Allah masuk pada tahun depan," kata Inarno dalam Konferensi Pers Akhir Tahun 2022, ditulis Jumat (30/12/2022).
Inarno menuturkan, rencana tersebut masih bergantung dengan calon emiten, kondisi pasar dan lainnya.
"Tentunya tergantung daripada emitennya juga, pasarnya juga dan tentunya masih banyak kemungkinan yang terjadi," kata dia.
Dia menyebutkan, terdapat 64 calon emiten yang berada di pipeline OJK pada 2023.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan, penggalangan dana di pasar modal sudah mencapai Rp 226,49 triliun hingga 30 November 2022. Saat ini juga masih ada pipeline sejumlah 91 perusahaan dengan nilai Rp 96,2 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi mengatakan, untuk penggalangan dana di pasar modal mencapai Rp 226 triliun hingga akhir November 2022.
"Untuk yang fundrise, saat ini kita sudah mencapai Rp 226 triliun sampai dengan 30 November 2022 dan saat ini pun itu masih ada pipeline sejumlah 91 perusahaan dengan nilai sampai saat ini Rp 96,2 triliun,” kata Inarno dalam RDK OJK, Selasa, 6 Desember 2022.
Advertisement