Sukses

Apple dan Amazon Kehilangan Kapitalisasi Pasar Setara Rp 12.491 Triliun

Saham Apple dan Amazon alami tekanan sepanjang 2022 sehingga mendorong kapitalisasi pasar menyusut.

Liputan6.com, Jakarta - Terkadang sedikit perspektif diperlukan untuk benar-benar menunjukkan besarnya statistik tertentu. Itulah yang terjadi dengan kerugian besar yang dihitung oleh Apple dan Amazon pada 2022.

Melansir CNBC, Rabu (4/1/2023), kedua saham tersebut adalah pecundang kapitalisasi pasar terbesar pada 2022. Apple kehilangan kapitalisasi pasar USD 846,34 miliar atau sekitar Rp 13.215 triliun (asumsi kurs Rp 15.614 per dolar AS) dan Amazon kehilangan USD 834,06 miliar atau sekitar Rp 13.023 triliun. Kapitalisasi pasar mengukur nilai gabungan dari semua saham perusahaan.

Valuasi yang ditumpahkan oleh masing-masing dari kedua perusahaan tersebut menekan ukuran total saham teknologi lainnya.  Bespoke Investment Group menyebut angka itu mengejutkan. Hal itu diungkapkan dalam sebuah tweet nya.

Saham Amazon tenggelam karena pendapatan perusahaan dalam keadaan sulit dan pedoman kuartal IV putus asa.  Kinerjanya sejalan dengan sektor teknologi secara lebih luas, yang dirugikan oleh kenaikan suku bunga, perlambatan iklan internet, dan faktor lainnya.

Meskipun menjadi salah satu dari sedikit nama teknologi besar yang menghindari penurunan pendapatan, Apple masih berjuang karena pertanyaan seputar popularitas produk barunya dan menghadapi kesulitan dengan pengiriman iPhone 14 selama musim liburan karena pembatasan COVID-19 utamanya di pabrik China.

Apple juga telah memperlambat laju perekrutan bersama dengan perusahaan lain di sektor ini karena kekhawatiran tumbuh atas potensi resesi, yang dapat melemahkan permintaan karena konsumen menunda pembelian barang-barang mahal untuk menghemat uang.  

 

 

2 dari 4 halaman

Saham Apple Merosot

Saham Apple merosot 3,7 persen pada perdagangan Selasa, 3 Januari 2023, mencapai level terendah 52 minggu karena kapitalisasi pasarnya turun di bawah USD 2 triliun untuk pertama kalinya sejak Mei.

Akan tetapi, yang bisa hilang dalam data adalah seberapa besar kedua perusahaan ini di pasar saham. Dibandingkan dengan rekan platform, yakni Meta yang memiliki kapitalisasi pasar akhir tahun USD 315,56 miliar, Amazon lebih dari dua kali lipat ukuran tersebut mencapai USD 856,94 miliar.  

Pada 30 Desember, Apple beberapa kali lipat dari ukuran itu menjadi USD 2,067 triliun.Faktanya, apa yang dikeluarkan oleh masing-masing dari dua saham tersebut dalam satu tahun saja lebih dari dua kali lipat ukuran kapitalisasi pasar lengkap Meta.

Kehilangan USD 830 miliar atau sekitar Rp 12.962 triliun itu saja setara dengan kapitalisasi pasar PayPal yang berada di urutan 10, urutan delapan Intel, urutan 18 Snowflake dan Rivian yang berada di urutan 49.

3 dari 4 halaman

Penutupan Wall Street pada 3 Januari 2023

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street merosot pada perdagangan Selasa, 3 Januari 2023 karena kekhawatiran suku bunga dan inflasi tinggi. Sentimen tersebut yang juga menekan wall street pada 2022 dan menyusahkan investor pada 2023.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks S&P 500 turun 0,40 persen ke posisi 3.824,14. Indeks S&P 500 melemah dari level tertinggi ketika indeks manufaktur Desember turun pada laju tercepat sejak Mei 2020.

Indeks Dow Jones susut 10,88 poin atau 0,03 persen menjadi 33.136,67. Indeks Nasdaq tergelincir 0,76 persen ke posisi 10.386,99. Saham Tesla dan Apple tergelincir dan membebani bursa saham pada awal 2023. Adapun sentimen yang terjadi pada 2022 yaitu bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi menyeret sektor saham teknologi ke zona merah.

Saham Tesla anjlok 12,24 persen, dan sentuh level terendah sejak Agustus 2020, seiring hasil kinerja kuartal IV 2022 yang mengecewakan. Saham Apple merosot 3,74 persen seiring laporan perseroan bakal pangkas produksi karena lemahnya permintaan.

Sentimen dapat berlanjut pada 2023 karena bank sentral AS siap untuk terus menaikkan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan memicu kekhawatiran ekonomi AS jatuh ke dalam resesi.

 

4 dari 4 halaman

Investor Menanti Data Ekonomi

"Lingkungan resesi pada 2023 selanjutnya dapat menghambat kinerja saham teknologi pada tahun baru karena kehausan investor akan meningkat untuk perusahaan berorientasi nilai dan perusahaan dengan margin keuntungan lebih tinggi, arus kas lebih konsisten dan hasil dividen yang kuat,” ujar CEO AXS Investments Greg Bassuk dikutip dari laman CNBC, Rabu (4/1/2023).

Rata-rata indeks acuan menutup 2022 dengan kerugian tahunan terburuk sejak 2008, dan mematahkan kenaikan beruntun dalam tiga tahun. Indeks Dow Jones merosot 8,8 persen dan 10,3 persen dari level tertinggi dalam 52 minggu. Indeks S&P 500 susut 19,4 persen pada 2022 dan lebih dari 20 persen di bawah rekor tertinggi. Indeks Nasdaq anjlok 33,1 persen.

Sementara itu, investor mendapatkan kumpulan data pada awal pekan perdagangan perdana 2023 yang akan memberikan informasi lebih lanjut tentang keadaan ekonomi. Pada Selasa, indeks manajer pembelian AS untuk manufaktur dirilis dan datang ,lebih rendah dari yang diharapkan, menandakan penurunan tercepat sejak Mei 2020. Kemudian, pengeluran konstruksi pada November 2022 sedikit meningkat menunjukkan industri mungkin pulih.